Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Suka Duka Perjuangan Danuji, 33 Tahun Mengabdi sebagai Porter Stasiun Pasar Senen

Kompas.com - 14/03/2023, 10:19 WIB
Firda Janati,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pekerjaan sebagai kuli angkut di stasiun atau lebih dikenal dengan sebutan porter, tidak mudah dilakoni, terutama bagi Danuji (52).

Jauh dari keluarga yang tinggal di kampung, tidak menyurutkan semangat Danuji untuk mengais rezeki di tanah rantau. Dia sudah 33 tahun menjadi porter di stasiun Pasar Senen, Jakarta Pusat.

Meski usia sudah setengah abad, semangatnya tetap membara, apalagi ketika mendekati Ramadhan dan Lebaran Idul Fitri.

Sayangnya, Danuji pernah menerima kenyataan pahit. Tidak selamanya Ramadhan dan Idul Fitri ramai pengunjung. Stasiun sepi, hal ini terjadi saat pandemi Covid-19.

Baca juga: Nasib Porter Stasiun Pasar Senen Kala Pandemi, Banting Setir Jadi Pelaut demi Bertahan Hidup

Lalu bagaimana Danuji bisa menyambung hidup? Suka duka apa saja yang dilaluinya selama 33 tahun?

Simak kisah Danuji, mengabdi 33 tahun jadi porter demi anak dan istri.

33 tahun menjadi porter

Tak kenal lelah menjadi kalimat yang pantas ditujukan kepada Danuji. Bekerja mengangkut barang penumpang kereta di stasiun sampai puluhan kilo tak masalah baginya.

Semua dilakukan Danuji selama 33 tahun, demi anak dan istri yang tinggal di kampung halaman, Brebes, Jawa Tengah.

Baca juga: Perjuangan Danuji, 33 Tahun Jadi Porter Stasiun Pasar Senen untuk Hidupi Anak Istri di Kampung

"Tahun 1990, bulan 5, tanggal 11, masih ingat saya. Saya masuk menjadi porter," katanya bercerita kepada Kompas.com, Senin (13/3/2023).

Di Jakarta, Danuji tinggal di sebuah kontrakan. Dia tidak mengajak istri dan anak ke Ibu Kota. Alasannya, biaya hidup terlalu mahal.

"Saya aslinya Jawa Tengah, Brebes, saya di sini itu ngontrak. Anak dan istri di kampung, kalau di sini kan repot ya, buat makan, bayar kontrakan," ujar Danuji.

Pernah dicopet

Menggantungkan hidup menjadi porter selama 33 tahun bukanlah waktu yang sebentar. Pengalaman pahit sudah dirasakan Danuji.

Apalagi, saat stasiun Pasar Senen masih amburadul. Preman dan mengemis bebas masuk ke area stasiun.

Dampaknya, pekerjaan porter terganggu. Danuji pernah menjadi korban pencopetan tahun 1990, saat dia sedang mencari nafkah.

Baca juga: Cerita Porter Turut Jadi Saksi Kemajuan Stasiun, Dulu Sering Kecopetan, Kini Preman Sudah Diberantas

Saat dicopet, Danuji hanya bisa pasrah, dirinya masih muda dan belum memiliki pengalaman serta keberanian untuk melawan.

"Saya jawab 'ya, enggak apa-apa', ternyata saya dicopet, tahun 1990. Mereka rombongan preman-preman, waduh itu dulu mah kereta berjubel (ramai) banget," ujar Danuji.

Penipu berkedok pengunjung juga sering ditemui Danuji. Dikira ingin memakai jasanya, ternyata diminta menjaga tas yang isiinya koran.

Sampai pada akhirnya keadaan mulai berubah pada 2000. Tahun itu, semua mulai teratur, preman dan pengemis sudah diberantas.

Banting setir

Sebagai porter, Danuji bersyukur keadaan stasiun setiap tahunnya selalu ada kemajuan yang berdampak baik baginya.

Namun, ujian Danuji tidak berhenti sampai di situ. Saat preman sudah tidak ada, pandemi Covid-19 muncul.

Daripada tidak ada penghasilan, Danuji bantir setir sementara menjadi pelaut selama menganggur karena tidak ada penumpang kereta api.

"Waktu masa pandemi itu, aduh, karena saya menganggur terus selama sebulan, akhirnya saya ikut berlayar di laut 5 hari 5 malam," ujarnya.

Danuji menuturkan, selama pandemi itu, ada saja sumbangan yang diberikan orang-orang untuk para porter.

Pasalnya, selama dua tahun pandemi, para porter tidak memiliki penghasilan. Padahal, hidup masih harus terus berjalan.

Penghasilan naik

Setelah melewati duka itu, Danuji bersyukur kini pendapatannya mulai ada lagi walaupun tidak tinggi.

Dari kontrakannya, Danuji menempuh waktu 10 menit dengan jalan kaki ke stasiun. Aktivitas itu dilaluinya selama 33 tahun.

Danuji menawari jasa angkut barang penumpang kereta api selama 12 jam, dari pukul 07.00 sampai 19.00 WIB.

Tak tentu berapa pendapatan, karena tarif seikhlas penumpang, Danuji mendapat biasanya mendapatkan Rp 15.000 dan paling besar Rp 30.000 untuk jasanya.

"Kalau pendapatannya sehari itu saya dari pagi, baru tiga kali, pertama Rp15.000, Rp 20.000, Rp 20.000. Kalau jadi porter itu enggak ditarif tapi memang seikhlasnya," imbuhnya.

Harapan ke depannya, Danuji ingin tetap seperti ini, ia bahkan berdoa agar penumpang semakin ramai menjelang Ramadhan dan Idul Fitri 2023.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polisi Selidiki Dugaan Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel Saat Sedang Ibadah

Polisi Selidiki Dugaan Pengeroyokan Mahasiswa di Tangsel Saat Sedang Ibadah

Megapolitan
Mahasiswa di Tangsel Diduga Dikeroyok saat Beribadah, Korban Disebut Luka dan Trauma

Mahasiswa di Tangsel Diduga Dikeroyok saat Beribadah, Korban Disebut Luka dan Trauma

Megapolitan
Kasus Kekerasan di STIP Terulang, Pengamat: Ada Sistem Pengawasan yang Lemah

Kasus Kekerasan di STIP Terulang, Pengamat: Ada Sistem Pengawasan yang Lemah

Megapolitan
Kasus Penganiayaan Putu Satria oleh Senior, STIP Masih Bungkam

Kasus Penganiayaan Putu Satria oleh Senior, STIP Masih Bungkam

Megapolitan
Beredar Video Sekelompok Mahasiswa di Tangsel yang Sedang Beribadah Diduga Dianiaya Warga

Beredar Video Sekelompok Mahasiswa di Tangsel yang Sedang Beribadah Diduga Dianiaya Warga

Megapolitan
Tegar Tertunduk Dalam Saat Dibawa Kembali ke TKP Pembunuhan Juniornya di STIP...

Tegar Tertunduk Dalam Saat Dibawa Kembali ke TKP Pembunuhan Juniornya di STIP...

Megapolitan
Rumah Warga di Bogor Tiba-tiba Ambruk Saat Penghuninya Sedang Nonton TV

Rumah Warga di Bogor Tiba-tiba Ambruk Saat Penghuninya Sedang Nonton TV

Megapolitan
Jadwal Pendaftaran PPDB Kota Bogor 2024 untuk SD dan SMP

Jadwal Pendaftaran PPDB Kota Bogor 2024 untuk SD dan SMP

Megapolitan
Sejumlah Warga Setujui Usulan Heru Budi Bangun 'Jogging Track' di RTH Tubagus Angke untuk Cegah Prostitusi

Sejumlah Warga Setujui Usulan Heru Budi Bangun "Jogging Track" di RTH Tubagus Angke untuk Cegah Prostitusi

Megapolitan
Taruna Tingkat 1 STIP Dipulangkan Usai Kasus Penganiayaan oleh Senior

Taruna Tingkat 1 STIP Dipulangkan Usai Kasus Penganiayaan oleh Senior

Megapolitan
Ketika Ahok Bicara Solusi Masalah Jakarta hingga Dianggap Sinyal Maju Cagub DKI...

Ketika Ahok Bicara Solusi Masalah Jakarta hingga Dianggap Sinyal Maju Cagub DKI...

Megapolitan
Kelakuan Pria di Tanah Abang, Kerap Makan di Warteg tapi Bayar Sesukanya Berujung Ditangkap Polisi

Kelakuan Pria di Tanah Abang, Kerap Makan di Warteg tapi Bayar Sesukanya Berujung Ditangkap Polisi

Megapolitan
Viral Video Maling Motor Babak Belur Dihajar Massa di Tebet, Polisi Masih Buru Satu Pelaku Lain

Viral Video Maling Motor Babak Belur Dihajar Massa di Tebet, Polisi Masih Buru Satu Pelaku Lain

Megapolitan
Personel Gabungan TNI-Polri-Satpol PP-PPSU Diterjunkan Awasi RTH Tubagus Angke dari Prostitusi

Personel Gabungan TNI-Polri-Satpol PP-PPSU Diterjunkan Awasi RTH Tubagus Angke dari Prostitusi

Megapolitan
Tumpahan Oli di Jalan Juanda Depok Rampung Ditangani, Lalu Lintas Kembali Lancar

Tumpahan Oli di Jalan Juanda Depok Rampung Ditangani, Lalu Lintas Kembali Lancar

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com