Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Untar untuk Indonesia
Akademisi

Platform akademisi Universitas Tarumanagara guna menyebarluaskan atau diseminasi hasil riset terkini kepada khalayak luas untuk membangun Indonesia yang lebih baik.

"Bullying Bystanders" yang Berpotensi Hilangnya Nyawa Orang

Kompas.com - 15/03/2023, 16:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Dr. Naomi Soetikno, M.Pd., Psikolog*

PERNAHKAH Anda berada dalam suatu kejadian kekerasan, misalkan, pemukulan atau kekerasan verbal seperti caci maki yang ditujukan kepada orang lain yang ada di dekat Anda, dan Anda hanya diam atau bahkan memfilmkan kejadian tersebut?

Kekerasan dalam bentuk pemukulan bertubi-tubi dilakukan oleh seorang pria remaja akhir (19 tahun) terhadap seorang remaja pria lain (17 tahun) sampai mengakibatkan korban koma, mengejutkan publik.

Mirisnya, kejadian tersebut difilmkan oleh teman dekat si pelaku dan sang teman sama sekali tidak melakukan tindakan mencegah atau melindungi korban.

Bullying bystanders

Berdiam diri dalam suatu kejadian seperti diceritakan di atas, hanya menjadi pengamat, dapat dikategorikan sebagai pengamat (bystander).

Bystander effect merupakan suatu efek atau dampak dari kehadiran orang lain yang malahan menghambat munculnya perilaku menolong (Latane & Darley, 1968).

Dapat dijelaskan seperti, misalkan, dalam sebuah kerumunan kejadian, ada dua orang atau lebih yang menyaksikan suatu peristiwa, dan mereka yang menyaksikan hanya menjadi pengamat tanpa menawarkan bantuan.

Secara psikologis, bystander yang melihat adanya suatu kejadian, misalkan saja suatu kejadian bullying atau kekerasan, mengurungkan niatnya untuk menolong dengan adanya evaluasi terhadap situasi yang terjadi, evaluasi terhadap konteks sosial, dan juga evaluasi terhadap keadaan dirinya sendiri.

Bystander dapat bersikap hanya sebagai penonton dari suatu kejadian bullying atau kekerasan dikarenakan adanya perasaan takut dirinya akan terlibat dalam kejadian tersebut.

Ada juga penghayatan dari bystander yang tidak menunjukkan perilaku menolong korban dengan adanya keragu-raguan untuk memulai tindakan, mereka melihat siapa dahulu yang akan memulai atau berinisiatif menolong.

Thornberg dkk (2012) menyatakan dari hasil penelitian kualitatifnya bahwa terdapat lima tema yang terkait dengan motif dari sang pengamat (bystander), yakni: 1) adanya interpretasi bahaya dalam situasi intimidasi, 2) reaksi emosional, 3) evaluasi sosial, 4) evaluasi moral, dan 5) efikasi diri intervensi.

Interpretasi mengenai bahaya dalam suatu intimidasi menggambarkan bagaimana seorang bystander menginterpretasi apakah situasi yang terjadi itu berbahaya atau tidak berbahaya.

Dapat saja terjadi di dalam suatu kejadian bullying atau kekerasan, bystander mengamati apakah tindakan kekerasan tersebut masih dianggap ‘wajar’ dan tidak membahayakan atau tidak.

Sedangkan kemampuan menginterpretasi suatu keadaan berbahaya atau tidak berbahaya juga sangat dipengaruhi oleh faktor individual dari bystander tersebut.

Bullying bystander juga dapat tidak terpikir untuk memberikan bantuan kepada korban dengan adanya reaksi emosional yang dirasakannya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com