Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Curhat Mukhlis 32 Tahun Jadi Marbut Masjid, Kerap Ditegur Istri karena Penghasilan Minim

Kompas.com - 29/03/2023, 20:07 WIB
Ellyvon Pranita,
Ihsanuddin

Tim Redaksi

TANGERANG, KOMPAS.com-  Menjadi seorang marbut masjid tidaklah mudah. Selain bekerja ikhlas tanpa upah berlimpah, Mukhlis (51) juga sesekali merasa "nyesek" saat mengingat teguran mendiang istrinya.

Mukhlis yang merupakan marbot di Masjid Jami' Kali Pasir Kelurahan Sukasari, Kota Tangerang itu, mengaku istrinya kerap mengeluh karena penghasilannya sebagai marbut sangat minim.

"Ya kadang-kadang dalam hati begini dukanya, dulu kan ya maaf, saat istri saya yang udah meninggal ini, dulunya sih katanya (istri) ngapain sih (jadi marbut) di masjid aja, dapat apa kali?" ucap Mukhlis kepada Kompas.com, Rabu (29/3/2023).

"Namanya kita punya istri, istri juga suka ngeluh juga gitu. Seolah-olah kok gua gak diurusin," tambah dia.

Baca juga: 32 Tahun Jadi Marbut Masjid Kali Pasir Tangerang, Mukhlis Tidak Bosan karena Cinta

Mukhlis bisa memaklumi keluhan istrinya itu karena pada awal-awal menjadi marbut masjid, ia bahkan tidak mendapatkan upah atau gaji sama sekali.

Meski demikian, keluhan istrinya itu tetap tidak menghalangi keteguhan Mukhlis untuk tetap mengabdi di rumah Allah.

Mukhlis pun mengaku hanya bisa menjawab keluhan istrinya itu dengan sabar.

"Kalau dia (istri Mukhlis bertanya) ngapain di masjid aja? Kata saya, ya itu mah ibadah buat saya," ucap dia.

Baca juga: Digaji Rp 1,25 Juta sebagai Marbut untuk Kebutuhan Ibu dan Adik di Kampung, Topik: Alhamdulillah Cukup

Kini, sudah lebih dari 30 tahun ia mengabdikan dirinya untuk merawat dan membersihkan masjid bersejarah di Kota Tangerang itu.

Bertahun-tahun tidak mendapatkan upah, akhirnya pekerjaannya sebagai marbut masjid diberi tunjangan sekitar Rp 1.000.000 per bulan dari "uang kemasjidan".

Uang kemasjidan itu dikeluarkan dari dana masjid sekitar Rp 1.000.000 per bulan.

Namun, uang itu tidak hanya untuk dirinya sendiri melainkan dibagi dengan anggota marbut lainnya yang giat bekerja di bulan tersebut, juga upah untuk imam masjid, dan sesekali memberi pemuda setempat yang ikut rajin menjadi muadzin di masjid.

Sementara, intensif dari pemerintah adalah sebesar Rp 1.050.000 per tiga bulan.

"Jadi hitungannya satu bulan Rp 300.000, dari zaman Wali Kota Tangerang Wahidin Halim, sekitar 10 tahun-an," jelasnya.

Baca juga: Cerita Eman Marbut Masjid Polres Jakbar, Pagi Bersih-bersih, Siang Dagang Pentol

Untuk menutupi kekurangan penghasilan itu, Mukhlis mengakalinya dengan menjadi guru mengaji.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Kronologi Brigadir RAT Bunuh Diri Pakai Pistol di Dalam Alphard

Megapolitan
Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Polisi Pastikan Kasus Dugaan Pemerasan Firli Bahuri Masih Terus Berjalan

Megapolitan
Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Brigadir RAT Diduga Pakai Pistol HS-9 untuk Akhiri Hidupnya di Dalam Mobil

Megapolitan
Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Korban: Guling yang Dicuri Maling Peninggalan Almarhum Ayah Saya

Megapolitan
Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Guling yang Dicuri Maling di Cinere Usianya Sudah Belasan Tahun

Megapolitan
Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program 'Bebenah Kampung'

Khawatir Rumahnya Diambil Pemerintah, Banyak Warga Tanah Tinggi Tak Ikut Program "Bebenah Kampung"

Megapolitan
Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Anggota Polresta Manado Tembak Kepalanya Pakai Senpi, Peluru Tembus dari Pelipis Kanan ke Kiri

Megapolitan
Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Maling Guling Beraksi di Cinere, Korban: Lucu, Kenapa Enggak Sekalian Kasurnya!

Megapolitan
Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Kronologi Pengendara Moge Tewas Terlindas Truk Trailer di Plumpang

Megapolitan
Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Mayat Bayi di Tanah Abang, Diduga Dibuang Ayah Kandungnya

Megapolitan
2 Pria Rampok Taksi 'Online' di Kembangan untuk Bayar Pinjol

2 Pria Rampok Taksi "Online" di Kembangan untuk Bayar Pinjol

Megapolitan
Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Heru Budi: Jakarta Bisa Benahi Tata Kota jika Pemerintahan Pindah ke IKN

Megapolitan
Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Polda Metro Jadwalkan Pemeriksaan Pendeta Gilbert Lumoindong Terkait Dugaan Penistaan Agama

Megapolitan
Prabowo-Gibran Belum Dilantik, Pedagang Pigura: Belum Berani Jual, Presidennya Masih Jokowi

Prabowo-Gibran Belum Dilantik, Pedagang Pigura: Belum Berani Jual, Presidennya Masih Jokowi

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com