Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 05/04/2023, 18:29 WIB
Baharudin Al Farisi,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ningsih (37), seorang ibu rumah tangga (IRT) di Pasar Minggu, mengungkapkan perjuangannya agar sang anak, DAR (3), terbebas dari tengkes atau stunting.

Menurut dia, hal utama yang perlu dibenahi adalah pola pikir orangtua agar terhindar dari stres sebelum memperbaiki gizi anak.

"Pertama, aku dulu sebagai ibu supaya enggak stres memikirkan berat badan (anak) dan pikirkan anak stunting atau sebagainya," kata Ningsih saat ditemui Kompas.com di lingkungan RT 008/RW 10, Pasar Minggu, Jakarta Selatan pada Rabu (5/4/2023).

Menurut Ningsih, ketika si ibu berhasil mengatasi stres karena memikirkan stunting, maka orangtua dapat dengan tenang memperbaiki asupan buah hati.

Baca juga: Kecewa Anaknya Terdiagnosis Stunting, Ningsih Bangkit untuk Perbaikan Gizi

"Kalau kita enggak stres, kita kan pasti berpikir, 'Oh iya, ini asupannya yang kurang'. Nah, itu yang kita tambahkan. Tapi, kalau ibu sudah stres, enggak bisa berpikir," ucap Ningsih.

Ningsih menyadari bahwa dia tidak ingin berlarut dengan kesedihan.

Dia mau bangkit untuk membuktikan bahwa anaknya bisa terbebas dari stunting.

"Enggak mungkin sedih terus. Kita sebagai orangtua harus tetap bangkit, dan berjuang lagi agar bagaimana anaknya tetap sehat. Ya dengan asupannya lebih baik lagi," tutur Ningsih.

Sebagai informasi, anak Ningsih didiagnosis stunting pada 2020, di mana wabah virus corona saat itu melanda Indonesia dan membuat keadaan mencekam.

Baca juga: Beratnya Pandemi Covid-19 Bagi Ningsih, Suami Kena PHK dan Anaknya Stunting

Suami Ningsih, Setiono (34) merupakan salah satu karyawan yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) dari perusahaan.

Dengan kondisi yang sangat mengimpit, hal tersebut berdampak pada asupan gizi yang diberikan Ningsih dan Setiono terhadap buah hati.

"Konsumsi untuk protein hewani, yang memang kurang. Bukan anaknya enggak suka. Tapi memang ya karena keadaan kalau kita semuanya serba hati-hati dalam kondisi Covid-19 itu," ungkap Ningsih.

"Jadi, untuk pengeluaran beli makanan protein hewani, agak lebih berat. Karena kan harganya agak lebih mahal. Memang ada faktor juga (dari ekonomi)," ucap Ningsih.

Ningsih kemudian bangkit dari keterpurukan. Dia mencoba memberikan asupan yang terbaik kepada DAR meski keadaan seperti itu.

Seiring berjalannya waktu, Setiono kembali mendapatkan pekerjaan sehingga pemasukan setiap bulannya terpenuhi.

"Ya sekarang sudah lebih baik deh dari yang kemarin. Sekarang sudah 12 kilogram beratnya Tingginya sudah bertambah sedikit. Pokoknya pengaruh banget setelah memperbaiki asupan. Jadi pertumbuhannya malah lebih bagus," ucap Ningsih.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda

Terkini Lainnya

4 Bocah di Jagakarsa Dibunuh 3 Hari Sebelum Ditemukan Tewas

4 Bocah di Jagakarsa Dibunuh 3 Hari Sebelum Ditemukan Tewas

Megapolitan
4 Anak di Jagakarsa Dibunuh Dalam Keadaan Sadar

4 Anak di Jagakarsa Dibunuh Dalam Keadaan Sadar

Megapolitan
Ayah yang Diduga Bunuh 4 Anaknya di Jagakarsa Sempat Rekam Video Sebelum dan Sesudah Pembunuhan

Ayah yang Diduga Bunuh 4 Anaknya di Jagakarsa Sempat Rekam Video Sebelum dan Sesudah Pembunuhan

Megapolitan
BPBD DKI: Banjir di Sebagian Wilayah Jakarta Sudah Surut

BPBD DKI: Banjir di Sebagian Wilayah Jakarta Sudah Surut

Megapolitan
4 Anak di Jagakarsa Dibunuh Secara Bergantian oleh Sang Ayah

4 Anak di Jagakarsa Dibunuh Secara Bergantian oleh Sang Ayah

Megapolitan
Polisi: Ayah di Jagakarsa Bunuh 4 Anaknya dengan Cara Dibekap

Polisi: Ayah di Jagakarsa Bunuh 4 Anaknya dengan Cara Dibekap

Megapolitan
Keluh Pedagang Cabai di Pasar Tomang Barat: Harganya Melonjak, tapi Kualitasnya Terkadang Menurun

Keluh Pedagang Cabai di Pasar Tomang Barat: Harganya Melonjak, tapi Kualitasnya Terkadang Menurun

Megapolitan
Diduga Ingin Bunuh Diri, Seorang Pria Loncat ke Sela Peron Stasiun Depok

Diduga Ingin Bunuh Diri, Seorang Pria Loncat ke Sela Peron Stasiun Depok

Megapolitan
Mayat Perempuan yang Terlakban di Cikarang Timur Tiba di RS Polri Kramatjati

Mayat Perempuan yang Terlakban di Cikarang Timur Tiba di RS Polri Kramatjati

Megapolitan
Ayah yang Diduga Bunuh 4 Anaknya di Jagakarsa Ditetapkan Jadi Tersangka

Ayah yang Diduga Bunuh 4 Anaknya di Jagakarsa Ditetapkan Jadi Tersangka

Megapolitan
Kriminolog Minta Polisi Hukum Mati Pembunuh 4 Anak di Jagakarsa

Kriminolog Minta Polisi Hukum Mati Pembunuh 4 Anak di Jagakarsa

Megapolitan
Terduga Pembunuh 4 Anak di Jagakarsa Sudah Bisa Diajak Bicara

Terduga Pembunuh 4 Anak di Jagakarsa Sudah Bisa Diajak Bicara

Megapolitan
Mayat Perempuan Ditemukan dalam Kondisi Mulut, Tangan, dan Kaki Dilakban di Cikarang Timur

Mayat Perempuan Ditemukan dalam Kondisi Mulut, Tangan, dan Kaki Dilakban di Cikarang Timur

Megapolitan
Kasus Covid-19 Kembali Melonjak di Jakarta, Epidemiolog: 5M Harus Dibudayakan Lagi

Kasus Covid-19 Kembali Melonjak di Jakarta, Epidemiolog: 5M Harus Dibudayakan Lagi

Megapolitan
Kondisinya Membaik, Polisi Periksa Ayah Terduga Pembunuh 4 Anak di Jagakarsa

Kondisinya Membaik, Polisi Periksa Ayah Terduga Pembunuh 4 Anak di Jagakarsa

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com