"Yang punya rumah ini yang bertumpuk sampah, dulunya punya kakak saya yang lain. Saat itu, kakak saya dibawa sama anak saya ke Batam, diajak untuk tinggal sama anak saya," kata Tiyowati.
"Terus, rumah ini dijual ke Bude Warti, Sulih Warti. Akhirnya dibeli," ungkap dia.
Baca juga: Sulih Warti Belasan Tahun Hidup di Atas Tumpukan Sampah, Depresi Usai Suami Meninggal
Setelah tinggal di rumah itu, Warti kembali mengumpulkan sampah. Tiyowati pun mengungkapkan alasan kakaknya mengumpulkan sampah.
"Sebagian dibakar, sebagian yang bisa dijual, ya dijual. Katanya, 'Saya kalau enggak mengumpulkan sampah, saya pengin jajan atau pengin sesuatu, itu dari mana?', gitu. 'Nah, kalau makan, itu bisa, kamu kasih. Tapi kalau saya pengin yang lain, bagaimana?'," ujar Tiyowati menirukan percakapan mereka.
Sering waktu berjalan, sampah tersebut semakin menumpuk hingga akhirnya memadati seluruh ruangan rumah tersebut.
Tiyowati menganggap Warti mulai depresi setelah suaminya meninggal. Tiyowati sempat membawa sang kakak ke dokter kejiwaan.
“Pernah berobat ke dokter kejiwaan, dibilang enggak gila, tapi hanya stres. Karena dia tahu uang, mengaji pintar,” tutur Tiyowati.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.