Karena itu, setiap pagi, sekitar pukul 05.00, Anggiat dan Alam berangkat dari rumah di daerah Pondok Cabe, Tangerang Selatan, menuju kantor cabang salah satu bank swasta di dekat bundaran Pondok Indah.
Sementara itu, Marni Tambunan (52), penjaja uang kertas baru lainnya yang duduk sekian ratus meter dari Anggiat dan Alam tidak menukarkan pecahan uang kertas sendiri ke bank.
Perempuan kelahiran Tapanuli Selatan itu sudah dapat "barang jadi” senilai Rp 20 juta dari ”bandar” yang ia sebut punya kenalan "orang bank”.
Bandar itu Marni kenal di Terminal Lebak Bulus. Bedanya dari Anggiat, Marni dituntut pengembalian yang lebih besar, yaitu Rp 90.000 setiap Rp 1 juta.
Baca juga: Tukar Uang Lebaran di Bank, Warga Bisa Minta Pengawalan Polisi Secara Gratis
Karena itu, Marni berusaha mengambil keuntungan tambahan sebesar Rp 15.000 sehingga biaya tukar pecahan setiap Rp 1 juta adalah Rp 105.000.
Namun, masyarakat selalu menawarnya menjadi pas Rp 100.000 saja sehingga keuntungan yang didapatnya tak begitu banyak.
Terkait banyaknya orang Batak di bisnis jasa penukaran uang baru, pengajar Ilmu Sosiologi Universitas Sumatera Utara, Hadriana Marhaeni Munthe memberikan pandangannya.
Ia mengatakan bahwa keterlibatan orang-orang Batak dalam bisnis penukaran uang memang bermula dari banyaknya perantau yang bekerja di bidang transportasi darat di Jakarta.
Tak heran jika terminal, seperti Lebak Bulus, menjadi ruang terbentuknya solidaritas sosial berdasarkan latar belakang etnis dan kultural.
Baca juga: BI Tidak Anjurkan Masyarakat Tukar Uang di Lapak Musiman Pinggir Jalan, Ini Alasannya
"Jejaring ini akhirnya membentuk kesadaran kolektif sesama mereka sebagai orang Batak. Ini terlihat mula-mula dari banyaknya komunitas berbasis marga, daerah asal, dan identitas agama, seperti (denominasi) gereja," Marhaeni.
"Umumnya, para perantau Batak akan mencari wadah seperti ini sebagai strategi untuk tetap eksis di perantauan,” sambungnya.
Harian Kompas (penulis: Kristian Oka Prasetyadi, Benediktus Krisna Yogatama).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.