Kisah ini bermula ketika ada seorang pria lansia yang membawa barang yang cukup banyak.
Ia kemudian meminta tolong ke Sardiman untuk membantu memanggul barang-barang bawaannya ke dalam bagasi bus.
"Ditanya, saya mau enggak bawain barang, tapi cuma dibayar Rp 5.000 karena dia cuma ada segitu. Saya jawab mau karena saya kerja sambil menolong," Sardiman berujar.
Baca juga: Cerita Porter di Kampung Rambutan Bantu Lansia hingga Disabilitas, Tak Patok Harga ke Pengguna Jasa
Nominal itu diakui memang lebih kecil daripada yang Sardiman kerap dapatkan dari penumpang lainnya.
Namun, ia berprinsip bahwa pekerjaannya tidak semata-mata untuk mencari uang, tetapi juga membantu orang lain.
Sardiman pernah menolak pemberian seorang penumpang tunanetra usai membantunya mengangkut barang.
Tunanetra itu sekaligus meminta tolong kepada Sardiman untuk menuntunnya ke tempat yang dituju.
Sebagai ucapan terima kasih, tunanetra itu hendak membayar jasa Sardiman, meski ditolak.
"Penumpang kalau perlu dibantu ya akan dibantu, kalau saya enggak ada tarif. Mereka mau kasih nominal besar ya alhamdulillah, kalau enggak ada uang, ya tetap dibantu," kata Sardiman.
"Hanya dibayar Rp 5.000 pun saya bantu. Bawa barang berat, tapi cuma ada Rp 10.000, ya saya mau bantu," sambung dia.
Baca juga: Lebaran Jadi Momen Paling Ditunggu Porter Terminal Kampung Rambutan, Raup Untung Rp 150.000 Per Hari
Sardiman menceritakan, pernah suatu ketika ia menerima imbalan dari seorang penumpang bukan berupa uang tunai.
Tentu saja, hal itu tidak lazim bagi Sardiman yang mencari rupiah dengan menjadi kuli angkut di terminal.
Sardiman menuturkan, ia pernah dibayar menggunakan barang oleh beberapa penumpang yang ia bantu.
"Pernah dibayar enggak pakai duit, tapi pakai barang. Pakai rokok," ungkap dia.
Tak jelas betul kapan momen itu terjadi, Sardiman ingat waktu itu ada seorang penumpang yang meminta bantuan kepada Sardiman untuk membawakan barang bawaannya.