Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Reza Indragiri soal Penembak Kantor MUI: Kewarasannya Dipertanyakan

Kompas.com - 08/05/2023, 22:17 WIB
Xena Olivia,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pakar Psikologi Forensik Reza Indragiri Amriel mempertanyakan kewarasan Mustopa (60), penembak kantor MUI Pusat pada 2 Mei 2023 lalu.

“Ketika bicara tentang motif itu sesungguhnya saya mengajak kita berpikir tentang tingkat kewarasan (pelaku) dulu,” kata Reza saat diwawancarai Kompas.com di Kantor MUI Pusat, Senin (8/5/2023).

Ada beberapa kemungkinan dari kondisi mental Mustopa. Pertama, dia memiliki mental yang waras. Kedua, mentalnya tidak waras.

Baca juga: MUI Bentuk Tim Investigasi Usut Latar Belakang dan Jejak Digital Mustopa

“Kalau sudah tidak waras tidak ada gunanya bicara soal motif. Wong tidak waras. Jangankan kita, jangankan polisi, yang bersangkutan saja tidak bisa menjelaskan tentang apa yang dia lakukan,” jelas dia.

Reza mengungkapkan kemungkinan ketiga, yaitu jika Mustofa sebenarnya waras tapi berpura-pura tidak waras.

Pikiran itu muncul karena adanya kekontrasan antara surat yang ditulis Mustofa kepada MUI dan keterangan dari pihak keluarga soal kondisi mentalnya.

Baca juga: Nasib Mustopa Temui Ajal Setelah Nekat Menembak di Kantor MUI, Jasadnya Belum Dijemput Keluarga

“Keterangan keluarga mengarah pada kesimpulan bahwa pelaku orang yang waras, tapi kalau kita baca suratnya, kesannya dia tidak waras. Jadi masuk akal kalau kita berspekulasi pelaku waras, tapi pura-pura tidak waras,” tutur Reza.

Selain itu, ada kemungkinan lain yang mengarah pada kesimpulan kondisi mental pelaku waras atau tidak waras disebabkan oleh adanya pihak lain yang mengganggu profiling terhadap pelaku.

“Tadi saya katakan ada kekontrasan. Kekontrasan itu datang dari si pelaku sendiri kah pura-pura tidak waras? Atau karena ada pengaruh dari pihak lain?” tanya Reza.

Baca juga: Identitas Pelaku Penembakan Kantor MUI: Mustopa NR, Warga Lampung

“Entah membangun skenario atau apapun, yang sekali lagi mempersulit kita menarik kesimpulan apakah pelaku ini sungguh-sungguh waras atau tidak waras,” sambung dia.

Dari pola tutur Mustopa dalam surat-surat ancaman kepada MUI, ada indikasi bahwa dia tidak waras.

“Walaupun harus dicari tahu, gangguan kewarasan tipe yang mana? Tapi tidak cukup hanya dari surat, harus dicari tahu misalnya ke keluarga,” tutur Reza.

“Keterangan dari pihak keluarga yang saya tangkap langsung lewat telinga saya, justru mengesankan pelaku ini waras. Karena pihak keluarga menilai dalam kesehariannya baik perkataan, maupun pelaku ini tidak aneh,” lanjut dia.

Pihak keluarga Mustopa menyatakan bahwa pelaku adalah lulusan SMP dan tidak pernah mengejar paket ujian nasional.

Tidak hanya itu, pelaku juga tidak terbiasa berkomunikasi dengan surat. Terlebih, mencetak dokumen menggunakan komputer dan printer.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Warga Boleh Buang Sampah di TPS Dekat Lokbin Pasar Minggu pada Pagi Hari, Petugas Bakal Lakukan 'OTT'

Warga Boleh Buang Sampah di TPS Dekat Lokbin Pasar Minggu pada Pagi Hari, Petugas Bakal Lakukan "OTT"

Megapolitan
Remaja yang Tusuk Seorang Ibu di Bogor Ditahan Selama 7 Hari

Remaja yang Tusuk Seorang Ibu di Bogor Ditahan Selama 7 Hari

Megapolitan
Dubes Palestina: Gaza Utara Hancur Total, Rafah Dikendalikan Israel

Dubes Palestina: Gaza Utara Hancur Total, Rafah Dikendalikan Israel

Megapolitan
Warga Luar Jadi Biang Kerok Menumpuknya Sampah di TPS Dekat Lokbin Pasar Minggu

Warga Luar Jadi Biang Kerok Menumpuknya Sampah di TPS Dekat Lokbin Pasar Minggu

Megapolitan
Remaja yang Tusuk Seorang Ibu di Bogor Kini Berstatus Anak Berhadapan dengan Hukum

Remaja yang Tusuk Seorang Ibu di Bogor Kini Berstatus Anak Berhadapan dengan Hukum

Megapolitan
Seorang Pria Ditemukan Meninggal Dunia di Dalam Bajaj, Diduga Sakit

Seorang Pria Ditemukan Meninggal Dunia di Dalam Bajaj, Diduga Sakit

Megapolitan
PKS-Golkar-Nasdem Masih Terbuka ke Parpol Lain untuk Berkoalisi di Pilkada Depok 2024

PKS-Golkar-Nasdem Masih Terbuka ke Parpol Lain untuk Berkoalisi di Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Dukung Penertiban Jukir Liar, Pegawai Minimarket: Kadang Mereka Suka Resek!

Dukung Penertiban Jukir Liar, Pegawai Minimarket: Kadang Mereka Suka Resek!

Megapolitan
Diduga Mengantuk, Sopir Angkot di Bogor Tabrak Pengendara Sepeda Motor hingga Tewas

Diduga Mengantuk, Sopir Angkot di Bogor Tabrak Pengendara Sepeda Motor hingga Tewas

Megapolitan
Pengendara Motor Tewas Usai Ditabrak Angkot di Bogor

Pengendara Motor Tewas Usai Ditabrak Angkot di Bogor

Megapolitan
Soal Jakarta Tak Lagi Jadi Ibu Kota, Ahok : Harusnya Tidak Ada Pengangguran

Soal Jakarta Tak Lagi Jadi Ibu Kota, Ahok : Harusnya Tidak Ada Pengangguran

Megapolitan
Keterlibatan 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP, dari Panggil Korban sampai 'Kompori' Tegar untuk Memukul

Keterlibatan 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP, dari Panggil Korban sampai "Kompori" Tegar untuk Memukul

Megapolitan
Puncak Kasus DBD Terjadi April 2024, 57 Pasien Dirawat di RSUD Tamansari

Puncak Kasus DBD Terjadi April 2024, 57 Pasien Dirawat di RSUD Tamansari

Megapolitan
Ahok : Buat Tinggal di Jakarta, Gaji Ideal Warga Rp 5 Juta

Ahok : Buat Tinggal di Jakarta, Gaji Ideal Warga Rp 5 Juta

Megapolitan
Ahok: Saya Mendorong Siapa Pun yang Jadi Gubernur Jakarta Harus Serahkan Nomor HP Pribadi ke Warga

Ahok: Saya Mendorong Siapa Pun yang Jadi Gubernur Jakarta Harus Serahkan Nomor HP Pribadi ke Warga

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com