Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah “Kampung Mati” yang Viral di Bekasi: Dulu Tampung Pengungsi Vietnam dan Sempat Jadi Sarang Narkoba

Kompas.com - 15/05/2023, 18:04 WIB
Ivany Atina Arbi

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Sebuah kampung yang tak terawat bentuknya didokumentasikan oleh sebuah akun YouTube dan viral di media sosial.

Kampung itu ternyata dikenal dengan nama Kampung Mati dan berlokasi di Kecamatan Bantargebang, Kota Bekasi, Jawa Barat.

Kompas.com menelusuri “Kampung Mati” tersebut dan mendapati bahwa terdapat setidaknya 13 kepala keluarga (KK) yang bermukim di sana.

Salah satu warga penghuni kampung itu bernama Bejo (53).

Kepada Kompas.com, Bejo mengaku pindah ke kampung tersebut pada 2010 lalu. Sebelumnya, Bejo dibesarkan di Kelurahan Dukuh yang tak jauh dari sana.

Bejo mengaku tahu betul sejarah kampung ini yang awalnya menjadi tempat penampungan korban perang Vietnam pada 1977-1978.

Baca juga: Viral Kampung Mati Di Bantargebang Kota Bekasi, Seperti Ini Faktanya

“Dulu waktu konflik antara negara Vietnam dan Amerika, banyak lah pengungsi di sini. Sama pemerintah ditempatkan di bagian depan sana (dekat gapura),” ujar Bejo.

Ada ratusan orang Vietnam yang mengungsi di sana.

“Dulu dibuat satu bangunan gitu aja. Kayak penampungan pengungsi. Mereka tinggal bersama di bangunan itu,” bebernya.

Setelah perang usai, para pengungsi itu sebagian dikirim pulang ke Vietnam dan sebagian lainnya meminta suaka ke Australia.

Kampung mati bekas pengungsian warga Vietnam di kawasan Kramat Jati, Jakarta Timur.KOMPAS.com/RIZKY SYAHRIAL Kampung mati bekas pengungsian warga Vietnam di kawasan Kramat Jati, Jakarta Timur.

Usai pengungsi Vietnam tersebut pergi, pemerintah menjadikan bangunan tadi sebagai panti jompo yang dinaungi oleh Dinas Sosial.

“Sekitar tahun 1980-an sudah mulai (digunakan) untuk panti jompo," ujar Bejo.

Panti jompo itu berhenti beroperasi pada 2007 sehingga kampung menjadi sepi.

Baca juga: Menelusuri Kampung Mati Bekas Pengungsi Perang Vietnam di Jakarta Timur

Walau kini terkesan tak terawat dan menyeramkan, Bejo mengaku kampung tersebut aman dan tenang.

“Masih hijau dekat rawa dan kali,” tuturnya.

Listrik juga masih mengalir ke rumah-rumah yang berpenghuni.

Bejo tergerak untuk menjaga kampung tersebut dari peredaran narkoba dan obat terlarang.

Sebelum dirinya dan sejumlah warga lain pindah ke sana, banyak orang asing yang masuk dan menyalahgunakan kampung itu sebagai tempat berpesta narkoba.

"Makanya dulu sesepuh sini yang saya panggil pakde, menempatkan saya dan beberapa tetangga di setiap sudut kampung untuk menjaga," ucap dia.

(Penulis : Rizky Syahrial/ Editor : Ihsanuddin, Irfan Maullana)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda

Terkini Lainnya

Dinkes DKI Hitung Kebutuhan Suplemen dan Vitamin untuk KPPS Pemilu 2024

Dinkes DKI Hitung Kebutuhan Suplemen dan Vitamin untuk KPPS Pemilu 2024

Megapolitan
Cerita Penjual Ayam di Pasar Johor Baru 'Full Senyum' Dagangannya Diborong Mendag Zulhas

Cerita Penjual Ayam di Pasar Johor Baru "Full Senyum" Dagangannya Diborong Mendag Zulhas

Megapolitan
Ini Peran Tiga Buruh Pengeroyok Sopir Truk Saat Demo UMK di Cikarang...

Ini Peran Tiga Buruh Pengeroyok Sopir Truk Saat Demo UMK di Cikarang...

Megapolitan
JPU Sebut Pleidoi Fatia dalam Kasus 'Lord Luhut' Menunjukkan Keputusasaan

JPU Sebut Pleidoi Fatia dalam Kasus "Lord Luhut" Menunjukkan Keputusasaan

Megapolitan
Persiapan Pemilu 2024, Bawaslu DKI Keluhkan Fasilitas Kantor

Persiapan Pemilu 2024, Bawaslu DKI Keluhkan Fasilitas Kantor

Megapolitan
Nasib Nahas Bocah di Tangerang: Hanyut di Kali Angke Usai Terpeleset Saat Bermain, Jasadnya Ditemukan 3 Hari Kemudian

Nasib Nahas Bocah di Tangerang: Hanyut di Kali Angke Usai Terpeleset Saat Bermain, Jasadnya Ditemukan 3 Hari Kemudian

Megapolitan
Anak Diperkosa Ayah Kandung Belasan Kali hingga Hamil, P2TP2A Tangsel: Korban Trauma Ingat Bapaknya

Anak Diperkosa Ayah Kandung Belasan Kali hingga Hamil, P2TP2A Tangsel: Korban Trauma Ingat Bapaknya

Megapolitan
Jadi Tersangka, Tiga Buruh yang Keroyok Sopir Truk Terancam 5 Tahun Penjara

Jadi Tersangka, Tiga Buruh yang Keroyok Sopir Truk Terancam 5 Tahun Penjara

Megapolitan
Dinkes DKI Minta KPU Wajibkan Anggota KPPS Terdaftar Jadi Peserta BPJS Kesehatan

Dinkes DKI Minta KPU Wajibkan Anggota KPPS Terdaftar Jadi Peserta BPJS Kesehatan

Megapolitan
Jangan Lagi Ada Korban di Pemilu 2024, Eks Petugas KPPS: Masa Pemerintah Enggak Berkaca?

Jangan Lagi Ada Korban di Pemilu 2024, Eks Petugas KPPS: Masa Pemerintah Enggak Berkaca?

Megapolitan
Harga Cabai Tembus Rp 120.000 di Jakarta, Mendag Zulhas Minta Pemda Subsidi Ongkos Angkut

Harga Cabai Tembus Rp 120.000 di Jakarta, Mendag Zulhas Minta Pemda Subsidi Ongkos Angkut

Megapolitan
Suami di Jaksel Bakar Istrinya Usai Lihat Korban 'Chatting' dengan Pria Lain

Suami di Jaksel Bakar Istrinya Usai Lihat Korban "Chatting" dengan Pria Lain

Megapolitan
Dinkes DKI Siap Fasilitasi 'Medical Check Up' KPPS Pemilu 2024

Dinkes DKI Siap Fasilitasi "Medical Check Up" KPPS Pemilu 2024

Megapolitan
Dinkes DKI Mendata Anak yang Terinfeksi Pneumonia di Jakarta

Dinkes DKI Mendata Anak yang Terinfeksi Pneumonia di Jakarta

Megapolitan
Pedagang Jual Rawit Merah Rp 120.000 Per Kg di Pasar Johar Baru, Zulhas: Wuih yang Benar Kamu?

Pedagang Jual Rawit Merah Rp 120.000 Per Kg di Pasar Johar Baru, Zulhas: Wuih yang Benar Kamu?

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com