"Yang saya ingat bapak saya orang yang suka main musik, suka main gitar, dan suka hewan. Makanya di rumah dulu enggak heran suka bawa monyet, bawa anjing karena memang bapak saya suka melihara hewan," ujar Hardingga saat ditemui Kompas.com di kawasan Senen, Jakarta Pusat, Rabu (24/5/2023).
Baca juga: Detik-Detik Sopir Angkot Yani Afri Diculik Pada 1997, Awalnya Pamit Ingin Kampanye PDI
Di mata Hardingga, Yani sangat bertanggung jawab kepada keluarga.
Yani menghidupi keluarganya dengan bekerja sebagai sopir angkutan kota (angkot) jurusan Tanjung Priok-Cakung Cilincing atau Tanjung Priok-Senen.
Biasanya, Yani mulai mencari penumpang mulai pukul 21.00 WIB, dan pulang di pagi hari. Menurut Hardingga, ayahnya selalu memberikan uang hasil jerih payahnya kepada neneknya.
"Saya ingat ayah saya setiap kali pulang narik (angkot) selalu ngasih uang untuk nenek saya. Meskipun ayah saya udah berkeluarga, tapi selalu menyisihkan uang untuk nenek saya," tutur dia.
Di antara adik dan kakaknya, Yani dianggap paling perhatian dengan keluarga besarnya. Oleh sebab itu, Yani juga menjadi anak kesayangan di keluarganya tersebut.
"Kebetulan bapak saya bukan orang yang bergerak di bidang politik, bukan aktivis, bukan mahasiswa dan lain-lain. Bapak saya cuman seorang sopir angkot, simpatisan PDI pada waktu itu," kata dia.
Tak pernah pulang
Hardingga menyampaikan, neneknya yakni Tuti Koto berupaya untuk terus mencari keberadaan Yani.
Di tengah kekalutan, Tuti mencari keberadaan Yani ke sana kemari. Tuti sempat bertanya kepada sejumlah pihak termasuk ke kantor polisi hingga Kodim TNI.
"Suasananya jelas mencekam. Sebenarnya kami belum dapat kabar, kami dapat kabar kalau ayah saya benar-benar diculik itu dari mami, dari nenek saya," ucap Hardingga.
Tuti kemudian mengadukan kasus penghilangan paksa Yani ke lembaga bantuan hukum. Tak sampai di situ, ia juga menemui aktivis hak asasi manusia (HAM) Munir Said Thalib.
Hardingga sendiri tak ingin menyebut ayahnya sebagai aktivis ataupun orang poitik. Dia berujar, Yani saat itu hanya menginginkan "perubahan."
"Ayah saya itu memang simpatisan PDI, yang jelas pengin ada perubahan dan ganti presiden yang pada saat itu presidennya masih Soeharto," imbuh dia.
Baca juga: Paian Tak Lelah Ceritakan Kisah Ucok yang Diculik pada Rezim Soeharto
Mulanya, pihak keluarga menduga sosok yang menculik Yani ialah tim penembakan misterius atau Petrus. Sebab, pada waktu itu Petrus masih merajalela.