JAKARTA, KOMPAS.com - Lima sekuriti di Kompleks Green Permata, Pesanggrahan, Jakarta Selatan, memberikan kesaksian di persidangan perihal peristiwa penganiayaan Mario Dandy Satriyo (20) terhadap D (17).
Kelimanya dihadirkan jaksa penuntut umum (JPU) dalam lanjutan sidang dengan terdakwa Mario dan Shane Lukas (19) di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan, Kamis (15/6/2023).
Selama sidang berlangsung, kelimanya menjadi pelengkap dari kesaksian Rudi Setiawan dan Natalia Puspita Sari yang merupakan orangtua dari teman D, R (15).
Baca juga: Mario Dandy Bantah Marahi Satpam Kompleks usai Aniaya D: Saya Saat Itu Bingung, Yang Mulia
Abdul Rosyid selaku komandan regu (danru) dari pihak keamanan mengaku mengetahui insiden penganiayaan D oleh Mario setelah ditelepon oleh Rudi.
Ia lantas mengirimkan empat sekuriti yang berada di bawah komandonya untuk ke tempat kejadian perkara (TKP). Mereka adalah Asum, Ali, Muhammad Ali, dan Burhanudin.
Sesampainya di TKP penganiayaan, Rosyid mengaku korban sudah tak sadarkan diri dengan posisi wajah mencium aspal.
Ia bersama Burhanudin kemudian mencoba mengecek kondisi D, apakah masih bernyawa atau tidak.
"Saya langsung mendekati yang tengkurap, yang korban, Karena dipikir saya muka di aspal takut gak bisa napas, saya langsung balik badannya perlahan, saya angkat kepalanya," cerita Rosyid di ruang sidang.
"Saya lihat posisi hidung dan mulut penuh darah. Bahkan di lubang hidung sempat ada gelembung, karena napas. Saya tahunya masih ada napas karena darahnya gelembung. Jadi saya langsung lega akhirnya," lanjut dia.
Baca juga: Ditagih Restitusi Rp 100 Miliar, Kuasa Hukum Mario Dandy: Dia Masih Mahasiswa, Belum Kerja
Rosyid menyebut Mario sempat berbohong soal alasan menganiaya D.
Saat itu, Mario mengatakan sedang memberi hukuman kepada D karena korban telah melecehkan keluarganya, dalam hal ini adalah sang mantan pacar, AG (15).
Terdakwa mengaku memukul perut korban sebanyak dua kali hingga tubuhnya tersungkur.
Padahal belakangan diketahui Mario tidak memukul D sebanyak dua kali, melainkan memukul dan turut menendang beberapa kali hingga korban tak sadarkan diri.
Setelah momen pengakuan itu, Rosyid juga mengaku sempat dibentak oleh terdakwa.
"Dia bentak saya, ya akhirnya saya bentak lagi," imbuh dia.
Mario membentak Rosyid karena tak bisa diam setelah menganiaya D.
Rosyid yang tak terima dibentak akhirnya meminta Mario kartu Identitas. Menurutnya, cara terdakwa berbicara dengan nada tinggi tidak etis.
"Saya sampaikan ya bukan gini caranya, yaudah mana identitasnya keluarin," ujar Rosyid.
Mukanya Mario enggan memberikan kartu Identitasnya. Ia terus berkilah dengan berbagai macam alasan.
Namun, setelah diancam bakal diborgol, terdakwa tiba-tiba luluh
"Pertama ngaku enggak ada, akhirnya saya panggil Pak Burhanudin lagi. 'Bur ambil borgol bur'," tutur Rosyid.
"Pas saya ambil borgol mario agak melemah, lalu dia bilang, 'ya sudah SIM aja ya'," lanjut dia.
Kendati begitu, Mario juga tak memperbolehkan Rosyid menyita SIM-nya. Ia hanya ingin difoto.
"Difoto aja ya kata dia. Terus saya bilang, ya udah tidak apa-apa," beber Rosyid.
Mario, Shane, dan AG disebut sempat mencoba kabur dari TKP penganiayaan.
Rosyid mengatakan, ketiganya memiliki niat jahat itu saat situasi lengah,
"Mereka berita awalnya sempat masuk ke mobil, tetapi saya tegur. Mario dan yang perempuan (AG) akhirnya keluar," cerita dia.
Tapi tak lama setelah itu, Rosyid mengaku mobil Jeep Rubicon tiba-tiba lewat dari TKP.
Rosyid yang awalnya tak tahu siapa yang mengendarai refleks mengabari penjaga yang ada pos depan kompleks.
"Terus saya refleks lapor ke pak Asum. Pak Sum kontak pake HT di depan tutup pintu suruh balik lagi mobilnya," tutur Rosyid.
"Akhirnya Pak Sum kontak ke gerbang utama tuh, dipalangin pintunya, ditanya, suruh balik lagi, ya nurut balik lagi, ngga lama mobil balik ke TKP lagi," lanjut dia.
Sosok yang mengendarai mobil itu adalah Shane.
Baca juga: BERITA FOTO: Mario Dandy Enggan Serahkan Kartu Identitas Usai Aniaya D
Tidak berhenti sampai di sana, Mario juga sempat berganti pakaian sebanyak tiga kali.
Rasyid mendeskripsikan pakaian yang dikenakan kedua terdakwa di hadapan Majelis Hakim.
"Mario pakai sweater abu-abu, celana jeans, sepatu gede kaya sepatu gunung gitu. Saya cuma tahu sepatunya gede warna hitam. Kalau Shane kemeja biru lengan pendek, celana jeans juga kayaknya," tutur dia.
Setelah menjawab pertanyaan itu, JPU kemudian maju ke hadapan Majelis Hakim untuk menunjukkan barang bukti yang terdiri dari beberapa helai pakaian.
Rosyid yang ikut melihat barang bukti kemudian memberi pernyataan tegas bahwa Mario mengganti pakaian sebanyak tiga kali.
"Mario pada saat kejadian itu tiga kali ganti baju seingat saya. Waktu pertama saya lihat dia pakai sweater, di tengah kejadian dia pakai kaos abu-abu, pas mau dibawa ke Polsek di mobil kayaknya dia pakai kemeja hitam," imbuh dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.