Meski demikian, lanjut Prabowo, tetap harus ada check and balances terhadap kekuasaan. Ia bahkan setuju apabila elemen rakyat sendirilah yang menjadi penyeimbang, selain sesama elite nasional.
“Ada NU, Muhammadiyah, KWI, PGI, dan lainnya,” ujar Prabowo saat memberikan contoh beberapa elemen masyarakat Indonesia yang bisa menjalankan fungsi pengawasan.
Menjelang dua jam berdiskusi, Prabowo terusik dengan salah seorang stafnya, Angga Raka, yang tiba-tiba bangkit dari tempat duduknya.
“Kenapa kok tiba-tiba berdiri?” tanya Prabowo.
“Mohon maaf Bapak, ini sudah pukul setengah enam (petang),” jawab dia sembari menunjuk jam tangan.
Untuk kesekian kalinya, Prabowo kembali berkelakar, siap berdiskusi sampai larut demi kepentingan bangsa.
“Jadi, saya terserah keinginan masyarakat saja,” ujar dia tertawa.
Baca juga: Gerindra Klaim Tak Akan Colek Kanan-kiri karena Elektabilitas Prabowo Sudah Bagus
Namun, akhirnya perbincangan itu harus diakhiri, walau obrolan seru dan penuh canda tawa masih saja berlanjut dan lama juga, ketika semua sudah beranjak dari kursi masing-masing.
Perbincangan yang praktis berlangsung di sepanjang hari Minggu itu disebut yang paling lama dibandingkan pertemuan Prabowo dengan para pemimpin redaksi media massa selama ini.
Perbincangannya saja sudah lebih dari lima jam, di luar waktu sekitar dua setengah jam yang terpotong oleh panggilan mendadak Jokowi.
Tak terasa, semua pembicaraan bahkan gelak tawa di ruangan itu berada dalam "kepungan" senjata pajangan Prabowo.
Tidak heran bila Prabowo menyebut ruangan ini merupakan bagian rumah singgah tempat dia menerima tamu-tamunya. Ruangan penuh senjata dan sejarah peperangan dunia pun tenyata bisa jadi tempat penuh gelak tawa.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.