BEKASI, KOMPAS.com - Pendeta Ellyson Lase mengaku dibentak dan diintimidasi ketua RW 027 Desa Mangunjaya yang juga anggota TNI pada Mei lalu.
Anggota TNI itu disebut berinisial Serka S, seorang Babinsa TNI AD yang bertugas di Koramil Tambun, Kabupaten Bekasi.
Ketua RW tersebut membentak Ellyson terkait aktivitas umat Kristen di Rumah Doa Fajar Pengharapan di Perumahan Graha Prima Baru, Blok S2, Tambun, Mangunjaya, Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi.
Kala itu, Ellyson dan istrinya diminta menghadap ketua RT, ketua RW, dan pemilik rumah yang dijadikan rumah doa.
Pertemuan dilakukan untuk mempertanyakan kegiatan yang dilakukan di rumah doa. Ellyson lalu menjelaskan aktivitas di rumah doa.
Baca juga: Dapat Penolakan, Kegiatan Umat Kristen di Rumah Doa Tambun Hendak Dibubarkan Warga
Namun, bukannya memberikan solusi, ketua RW itu justru bertindak arogan.
"Dia kemudian gebrak meja, dia tunjuk saya. Dia marah dan bilang, 'Ini wilayah saya. Saya yang berkuasa. Ikuti aturan saya. Jangan buat aturan sendiri'," kata Ellyson menirukan ucapan ketua RW, Senin (19/6/2023) malam.
Padahal, saat itu Ellyson sudah menjelaskan aktivitas dia dan jemaatnya di rumah doa tersebut.
Ellyson menjelaskan, rumah doa itu dikontrak untuk beribadah. Rumah itu tidak dialihfungsikan menjadi gereja.
Di rumah itu, pendeta tersebut memberi pendidikan agama untuk anak-anak yang di sekolahnya tidak dilengkapi pelajaran Agama Kristen.
"Saya jelaskan secara terperinci dan akurat. Rumah doa sifatnya hanya berdoa saja setiap Minggu di situ dan tidak mendirikan gereja," kata Ellyson.
Baca juga: Pendeta Rumah Doa di Tambun Mengaku Sering Dapat Intimidasi
Penjelasan Ellyson tidak digubris. Pihak RT dan RW tetap ingin aktivitas di rumah doa dihentikan. Namun, pendeta tetap menolaknya.
Ellyson kemudian bertanya, jika umat tidak boleh beribadah seminggu sekali, berapa kali ibadah boleh dilaksanakan dalam satu bulan.
Namun, pihak RT dan RW tak memberi jawaban. Pengurus RT dan RW menyatakan hanya ingin aktivitas di rumah doa dihentikan.
Setelah Mei, intimidasi kembali terjadi pada Minggu (18/6/2023) pagi sekitar pukul 10.00 WIB. Umat digeruduk puluhan warga yang menolak aktivitas mereka.