Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemprov DKI Diminta Gerak Cepat Atasi Limbah Kotoran Sapi di Saluran Air Kelurahan Cikoko

Kompas.com - 26/06/2023, 16:35 WIB
Muhammad Isa Bustomi,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta diminta segera turun tangan untuk menyelesaikan permasalahan limbah kotoran sapi yang dikeluhkan warga di Jalan Cikoko, Pancoran, Jakarta Selatan.

Permasalahan itu dikeluhkan warga karena limbah kotoran sapi itu dibuang di saluran hingga menimbulkan bau menyengat.

"Harapan kami untuk semua target sudah dicanangkan, termasuk juga pemulihan lingkungan dan limbah tadi. Ini dibutuhkan untuk pengawasan," ujar anggota Komisi D DPRD DKI dari Fraksi PDI Perjuangan, Pantas Nainggolan, Senin (26/6/2023).

Baca juga: Warga dan Pemilik Ternak di Cikoko Datangi Kantor Kelurahan, Minta Kejelasan Masalah Limbah Kotoran Sapi

Pantas mengatakan, permasalahan bau limbah kotoran sapi ini bukan pertama kali terjadi. Bukan saja pada penampungan sapi perah, tapi juga hewan kurban jelang Lebaran Idul Adha 2023.

"Tidak ada pilihan kecuali dilakukan secara konsisten untuk pengawasan. Maka perlu ada upaya dilakukan oleh Pemprov, di samping tindakan konkrit agar tidak membuang limbah sembarangan," ucap Pantas.

Sebelumnya, warga Kelurahan Cikoko mengeluhkan limbah kotoran sapi di dalam saluran air.

Warga bernama Hasan Alhabshy mengatakan, bau kotoran limbah cukup menyengat sehingga mengganggu kesehatan keluarganya.

"Semua bermula saat istri saya yang tengah hamil, demam tinggi. Awalnya saya curiga karena adanya sarang nyamuk, tetapi tak lama saya menemukan limbah kotoran sapi yang bau di selokan depan rumah," ujar dia kepada wartawan.

Baca juga: PAL Jaya Ambil Sampel Limbah Kotoran Sapi di Kelurahan Cikoko

Pantauan Kompas.com di lokasi, bau limbah dari kotoran sapi cukup menyengat. Meski sudah mengenakan masker, tapi bau tetap menusuk ke dalam hidung.

Saat dicek, warna air di dalam saluran dengan kedalaman tak sampai 50 sentimeter itu sangat keruh. Warnanya kuning pekat, identik dengan limbah kotoran sapi.

Sementara itu, salah satu pemilik kandang sapi di Kelurahan Cikoko bernama Burhan mengungkapkan, pihaknya telah meminta bantuan kepada instansi terkait.

Sebab, peternakan sapi yang dimiliki Burhan sudah ada sejak 1945 dan tak pernah pindah tempat.

"Kami minta saluran air diperdalam, kalau bisa dipisah sama saluran air hujan, supaya limbah kotoran sapi yang sudah kami olah sedemikian rupa tak mengganggu warga sekitar," kata Burhan.

Baca juga: Limbah Kotoran Sapi Dibuang ke Saluran Air di Cikoko Jaksel, Timbulkan Bau Menyengat

Burhan menegaskan, pihaknya juga telah membuat beberapa bak kontrol supaya air limbah bersih dari kotoran.

Oleh karena itu, dia memastikan tidak ada kotoran sapi dari peternakannya yang dibuang ke saluran air.

"Kami ada empat bak kontrol. Bak kontrol itu fungsinya memisahkan endapan kotoran dan menjaga saluran air tetap bersih. Jadi, limbah kotoran yang keluar dari kandang saya sudah kami olah sebaik mungkin," jelas Burhan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prakiraan Cuaca Jakarta 10 Mei 2024 dan Besok: Siang Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta 10 Mei 2024 dan Besok: Siang Cerah Berawan

Megapolitan
Sudah Ada 4 Tersangka, Proses Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Sudah Ada 4 Tersangka, Proses Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Peran 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP | 4 Tersangka Kasus Tewasnya Taruna STIP Terancam 15 Tahun Penjara

[POPULER JABODETABEK] Peran 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP | 4 Tersangka Kasus Tewasnya Taruna STIP Terancam 15 Tahun Penjara

Megapolitan
Polisi Periksa 43 Saksi Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Polisi Periksa 43 Saksi Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Bina Juru Parkir Liar agar Punya Pekerjaan Layak

Pemprov DKI Diminta Bina Juru Parkir Liar agar Punya Pekerjaan Layak

Megapolitan
Gerindra Berencana Usung Kader Sendiri di Pilgub DKI 2024

Gerindra Berencana Usung Kader Sendiri di Pilgub DKI 2024

Megapolitan
Munculnya Keraguan di Balik Wacana Pemprov DKI Beri Pekerjaan ke Jukir Liar Minimarket Usai Ditertibkan

Munculnya Keraguan di Balik Wacana Pemprov DKI Beri Pekerjaan ke Jukir Liar Minimarket Usai Ditertibkan

Megapolitan
Perolehan Kursi DPR RI dari Jakarta Berkurang 5, Gerindra DKI Minta Maaf

Perolehan Kursi DPR RI dari Jakarta Berkurang 5, Gerindra DKI Minta Maaf

Megapolitan
Polda Metro Minta Masyarakat Lapor jika Ada Juru Parkir Memalak

Polda Metro Minta Masyarakat Lapor jika Ada Juru Parkir Memalak

Megapolitan
Polisi Akan Bantu Dishub Tertibkan Juru Parkir Liar di Jakarta

Polisi Akan Bantu Dishub Tertibkan Juru Parkir Liar di Jakarta

Megapolitan
Perolehan Kursi DPR RI dari Jakarta Berkurang 5, Gerindra Tetap Akan Usung Kader di Pilkada DKI 2024

Perolehan Kursi DPR RI dari Jakarta Berkurang 5, Gerindra Tetap Akan Usung Kader di Pilkada DKI 2024

Megapolitan
Prabowo Belum Bahas Isu Penambahan Menteri di Kabinetnya

Prabowo Belum Bahas Isu Penambahan Menteri di Kabinetnya

Megapolitan
Berantas Jukir Liar, DPRD Usul Pemprov DKI-Minimarket Kerja Sama

Berantas Jukir Liar, DPRD Usul Pemprov DKI-Minimarket Kerja Sama

Megapolitan
Bulan Depan, Gerindra Akan Umumkan Nama yang Diusung untuk Pilgub DKI

Bulan Depan, Gerindra Akan Umumkan Nama yang Diusung untuk Pilgub DKI

Megapolitan
Tak Tutup Kemungkinan Usung Anies di Pilkada DKI, PDIP: Tergantung Penilaian DPP dan Rekam Jejak

Tak Tutup Kemungkinan Usung Anies di Pilkada DKI, PDIP: Tergantung Penilaian DPP dan Rekam Jejak

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com