Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fakta Prajurit TNI di Bekasi Bunuh Ayah Kandung: Kesal Tak Diberi Uang, lalu Tikam Korban Saat Tidur

Kompas.com - 01/07/2023, 08:43 WIB
Zintan Prihatini,
Novianti Setuningsih

Tim Redaksi

BEKASI, KOMPAS.com - Prajurit TNI berpangkat prajurit dua (prada) DR (22), tega membunuh ayahnya, WCP (48), dengan cara ditusuk berkali-kali menggunakan sangkur.

Korban merupakan pedagang sate di Jalan Pejuang, Medan Satria, Kota Bekasi.

Komandan Polisi Militer Kodam Jaya (Danpomdam Jaya) Kolonel CPM Irsyad Hamdie Bey Anwar menyampaikan bahwa Prada DR membunuh ayahnya lantaran kesal tak diberi uang.

"Kejadian berawal saat pelaku DR pulang ke rumah orangtuanya tanggal 26 Juni untuk pinjam uang sebagai bekal mencari pekerjaan," kata Irsyad dalam keterangannya, Jumat (30/6/2023).

Menurut Irsyad, permintaan DR itu tak dituruti oleh ayahnya. Oleh karenanya, DR dan WCP terlibat cekcok hingga tak bertegur sapa.

Baca juga: Habisi Ayahnya Sendiri, Pelaku Pembunuhan Pedagang Sate di Bekasi Ternyata Prajurit TNI

 

Irsyad mengatakan, DR kemudian menghabisi ayahnya pada Kamis (29/6/2023).

"Pukul 06.00 WIB, pelaku masuk dalam kamar korban dan melihat ada sangkur di meja. Pelaku kemudian mengambil sangkur dan menikam korban," ujar Irsyad.

Ditikam saat tidur di kamar

Sementara itu, Kapolsek Medan Satria Kompol Nur Aqsha Ferdianto menerangkan WCP kala itu tengah tidur bersama istrinya, IN, dan anak keduanya, W (14).

"Awalnya, pelapor dan saksi dua, yakni anak perempuan, serta korban sedang beristirahat atau tidur di kamar," kata Aqsha dalam konferensi pers di Mapolsek Medan Satria, Jumat.

Tiba-tiba, pelaku menghampiri korban dan langsung menghujamkan pisau sangkur ke tubuh korban sebanyak lima kali. Akibatnya, WCP tewas di lokasi kejadian.

Berdasarkan hasil otopsi, ditemukan lima tusukan di tubuh korban, yakni di bagian dada, punggung, lengan, belakang kepala, dan leher belakang.

Baca juga: Fakta Kasus Pembunuhan Pedagang Sate di Bekasi, Pelaku adalah Anaknya yang Seorang Prajurit TNI

Aqsha mengungkapkan, korban meninggal dunia karena kehabisan darah.

"Karena (lima tusukan) itu, korban kehabisan darah sehingga menyebabkan meninggal dunia," ujarnya.

Pelaku dalam proses pemecatan

Prada DR, sesungguhnya sudah dalam proses pemecatan sebelum ia membunuh sang ayah.

Irsyad mengungkapkan, DR dipecat terkait kasus desersi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Naedi Acungkan Jempol dan Tersenyum Usai Faizal Terhasut Bunuh Sang Paman di Pamulang

Naedi Acungkan Jempol dan Tersenyum Usai Faizal Terhasut Bunuh Sang Paman di Pamulang

Megapolitan
PDI-P Bebaskan Sekda Supian Suri Pilih Bakal Calon Wakil Wali Kota di Pilkada 2024

PDI-P Bebaskan Sekda Supian Suri Pilih Bakal Calon Wakil Wali Kota di Pilkada 2024

Megapolitan
Dibacok Empat Kali oleh Keponakan yang Dendam, Penyebab Pria di Pamulang Tewas di Tempat

Dibacok Empat Kali oleh Keponakan yang Dendam, Penyebab Pria di Pamulang Tewas di Tempat

Megapolitan
Banyak Motor Lewat Trotoar di Matraman, Diduga akibat Penyempitan Jalan Imbas Proyek LRT

Banyak Motor Lewat Trotoar di Matraman, Diduga akibat Penyempitan Jalan Imbas Proyek LRT

Megapolitan
Bunuh Pamannya, Faizal Emosi Dibangunkan Saat Baru Tidur untuk Layani Pembeli di Warung

Bunuh Pamannya, Faizal Emosi Dibangunkan Saat Baru Tidur untuk Layani Pembeli di Warung

Megapolitan
Hindari Kecurigaan, Faizal Sempat Simpan Golok untuk Bunuh Pamannya di Atas Tumpukan Tabung Gas

Hindari Kecurigaan, Faizal Sempat Simpan Golok untuk Bunuh Pamannya di Atas Tumpukan Tabung Gas

Megapolitan
Minta Dishub DKI Pilah-pilah Penertiban, Jukir Minimarket: Kalau Memaksa, Itu Salah

Minta Dishub DKI Pilah-pilah Penertiban, Jukir Minimarket: Kalau Memaksa, Itu Salah

Megapolitan
Babak Baru Kasus Panca Pembunuh 4 Anak Kandung, Berkas Segera Dikirim ke PN Jaksel

Babak Baru Kasus Panca Pembunuh 4 Anak Kandung, Berkas Segera Dikirim ke PN Jaksel

Megapolitan
KPU DKI Beri Waktu Tiga Hari ke Dharma Pongrekun untuk Unggah Bukti Dukungan Cagub Independen

KPU DKI Beri Waktu Tiga Hari ke Dharma Pongrekun untuk Unggah Bukti Dukungan Cagub Independen

Megapolitan
Mahasiswa Unjuk Rasa di Depan Istana Bogor, Minta Jokowi Berhentikan Pejabat yang Antikritik

Mahasiswa Unjuk Rasa di Depan Istana Bogor, Minta Jokowi Berhentikan Pejabat yang Antikritik

Megapolitan
Banyak Motor Lewat Trotoar di Matraman, Warga: Sudah Jadi Pemandangan yang Umum Setiap Pagi

Banyak Motor Lewat Trotoar di Matraman, Warga: Sudah Jadi Pemandangan yang Umum Setiap Pagi

Megapolitan
Menolak Ditertibkan, Jukir Minimarket: Besok Tinggal Parkir Lagi, Bodo Amat...

Menolak Ditertibkan, Jukir Minimarket: Besok Tinggal Parkir Lagi, Bodo Amat...

Megapolitan
3 Pemuda di Kalideres Sudah 5 Kali Lakukan Penipuan dan Pemerasan Lewat Aplikasi Kencan

3 Pemuda di Kalideres Sudah 5 Kali Lakukan Penipuan dan Pemerasan Lewat Aplikasi Kencan

Megapolitan
Kejari Jaksel: Rubicon Mario Dandy Dikorting Rp 100 Juta Agar Banyak Peminat

Kejari Jaksel: Rubicon Mario Dandy Dikorting Rp 100 Juta Agar Banyak Peminat

Megapolitan
Jebak Korban di Aplikasi Kencan, Tiga Pemuda di Kalideres Kuras 'Limit Paylater' hingga Rp 10 Juta

Jebak Korban di Aplikasi Kencan, Tiga Pemuda di Kalideres Kuras "Limit Paylater" hingga Rp 10 Juta

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com