JAKARTA, KOMPAS.com - Kepolisian telah mengungkap fakta terbaru mengenai kasus penculikan siswa berkebutuhan khusus berinisial NA (14) di sekolahnya, Pondok Benda Baru, Pamulang, Tangerang Selatan.
Oknum wali kelas sekaligus orang yang terlibat dalam penculikan NA, yakni GF, belakangan mengaku sebagai anggota Badan Intelijen Negara (BIN).
Hal tersebut membuat orangtua NA sempat mengaitkan kasus penculikan anaknya dengan BIN.
Kendati demikian, Kanit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Tangerang Selatan Iptu Siswanto memastikan bahwa GF bukan anggota BIN yang sah, melainkan hanya memiliki kartu tanda anggota (KTA) BIN palsu.
"BIN itu memang ada identitas Pak Guru itu, tapi dia (GF) bukan anggota BIN yang sah. Kurang lebih bisa dibilang KTA BIN itu palsu," ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Kamis (14/7/2023).
Baca juga: Pelajaran yang Perlu Dipetik Orangtua dari Kasus Penculikan Anak di Kebon Jeruk…
Selain GF yang saat ini sudah diamankan dan ditetapkan sebagai tersangka, polisi masih mengejar dua pelaku lain yang terlibat dalam penculikan NA.
Sayangnya, penyidik terkendala minimnya informasi untuk menemukan lokasi persembunyian dua pelaku penculikan siswa kelas 8 itu.
"Ya kendalanya informasinya sedikit. Karena informasinya hanya nomor telepon dan KTP waktu nyewa mobil, (tapi) kabur juga yang nyewa," kata
Dikatakan Siswanto, pihaknya sudah berupaya melacak nomor telepon terduga penculik itu. Namun, nomor telepon tersebut sudah tidak aktif.
"Kami sudah upaya (melacak), tapi nomor telepon itu juga enggak bisa dikonfirmasi karena sudah mati," ucap dia.
Baca juga: Fakta Seputar Dugaan Penculikan Remaja di Sunter, Berawal dari Kenalan di Facebook lalu Menghilang
Kendati demikian, Siswanto menegaskan bahwa pihaknya masih terus mengejar kedua pelaku.
"Iya, masih kami kejar. Kalau memang sudah kami dapatkan dua orang itu, tentunya kami juga infokan," ucap dia.
Ayahanda NA, WS, mengatakan bahwa peristiwa penculikan bermula ketika NA sedang mengikuti kegiatan belajar di sekolahnya di kawasan Pondok Benda Baru, Pamulang, Tangerang Selatan, pada Rabu (21/6/2023).
Korban yang duduk di bangku kelas 8 sekolah menengah pertama (SMP) tiba-tiba disuruh pulang lebih awal oleh GF.
Kepada NA, GF menyampaikan bahwa orangtua korban sedang berada di Bandung. NA diminta untuk menyusul menggunakan mobil yang sudah sediakan GF di sekitar lingkungan sekolah.
Baca juga: Orangtua Siswa Berkebutuhan Khusus di Tangsel Desak Polisi Tangkap Pelaku Lain yang Culik Anaknya