"Mereka sarankan untuk berobat ke rumah sakit lain. Saya pilih RS Islam Cempaka Putih, rencananya ke sana Sabtu (12/8/2023)," ucap Rudiati.
Rudiati mengungkapkan, pengobatan MA bakal berfokus pada mata terlebih dulu. Rudiati mengatakan, air keras mengenai seluruh wajah MA, serta telinga kanan, leher, dan tangannya.
"Sekarang sudah mulai bisa melihat samar-samar, tapi mau membuka mata itu berat," jelas dia, Sabtu.
Berdasarkan keterangan dari dokter, mata MA perlu dipasangi lensa khusus agar tidak lengket dan sulit terbuka imbas disiram air keras.
Baca juga: Ibunda MA: Anak Saya Nangis Setiap Lihat Kaca Setelah Kena Siram Air Keras...
Rudiati mengaku, pengobatan MA tidak ditanggung Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan
"Katanya, peraturannya dari yang saya tangkap, untuk korban penganiayaan tidak di-cover. Makanya saya agak bagaimana begitu. Anak saya korban, lho," ucap Rudiati.
Sejak Selasa malam, MA langsung dirawat di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) usai dirujuk dari Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Matraman.
Namun, ia tidak kunjung mendapat kamar lantaran penuh, sehingga hanya dirawat di ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD).
Saat MA hendak dibawa pulang, ada yang mengontak seseorang yang Rudiati duga dari BPJS untuk menanyakan alasan perawatan MA tidak ditanggung BPJS.
"Sudah diperlihatkan juga rekaman CCTV, dan memang anak saya (dari rekaman CCTV) adalah korban. Mudah-mudahan ada jalan keluarnya," Rudiati.
Meski begitu, ia mengaku sejauh ini biaya perawatan MA selama berada di RSCM tidaklah besar.
Sebab, ia hanya perlu membayar sepasang lensa kontak untuk mencegah bola mata MA lengket dan tidak bisa terbuka akibat siraman air keras.
Baca juga: Disiram Air Keras, Pelajar SMK di Pulogadung Sempat Tak Bisa Melihat dan Berbicara
Terkait hal ini, Rudiati tidak tahu apakah ada yang menanggung biaya perawatan MA sejak Selasa malam atau tidak.
Untuk saat ini, Rudiati juga berharap para pelaku penyiram air keras terhadap anaknya lekas ditangkap. Ia hanya ingin pelaku dihukum agar tidak melukai orang lain lagi.
Ia menduga penyiraman dilakukan secara acak. Ia ingin mengetahui motif para pelaku menyiram air keras terhadap anaknya.
"Jangan sok-sok jagoan, setop sampai sini. Sebegitu beraninya, lho, dalam keadaan ramai (menyiram air keras). Kok berani itu orang?" ujar Rudiati.
(Penulis : Nabilla Ramadhian | Editor : Dani Prabowo, Jessi Carina)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.