Koh Ayauw bercerita, kedai yang sudah berusia 96 tahun ini adalah milik sang kakek yang diwariskan kepada ayahnya hingga turun pada Koh Ayauw dan kini dikelola oleh putranya bernama Willi.
"Saya generasi ketiga, yang punya kakek saya, (lalu) ayah saya, (kemudian) saya. Sekarang generasi keempat berarti anak saya," ujar Koh Ayauw kepada Kompas.com, Rabu (9/8/2023).
Menariknya, kata Koh Ayauw dulu kakeknya tidak menjual kopi. Resep kopi pun baru ada di generasi kedua yakni sejak ayah Koh Ayauw yang berjualan.
Sebab, pada masa itu pelanggan yang datang ke kedai ini hanyalah mereka yang ingin menyantap bubur. Kakek Koh Ayauw menjual bubur saja saat itu.
"Kalau generasi pertama jualnya bubur sama bubur kacang ijo. Kalau zaman baheula dulu, misal contoh bakmie enggak ada, nasi campur enggak ada, es kopi enggak ada, yang ada apa? Bubur," ujar dia.
"Bubur putih, trus ada piring kecil isinya sayur asin, kacang tanah digoreng, digongseng, telor pitan yang kalau dipotong kayak agar-agar warnanya hitam enak, sama tahu rebus sama ikan teri. Zaman dulu gitu, orang makannya bubur, apalagi mau kerja, mau sekolah," tutur dia bercerita.
Sekarang menu bubur pun sudah hilang lantaran tidak ada lagi peminatnya. Berganti dengan nasi campur dan bakmi.
"Udah enggak bikin, kan lakunya kurang karena sekarang orang makannya mode kenyang. Kayak bakmi, nasi campur, nasi tim, kwetiau, bakso pangsit udah itu aja," kata Koh Ayauw.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.