JAKARTA, KOMPAS.com - Wacana pembatasan kendaraan dengan skema pelat nomor ganjil genap selama 24 jam untuk mengatasi polusi udara menuai kontra dari masyarakat.
Warga Bekasi yang setiap harinya bekerja di Jakarta Barat, Panji Lambang Suharto (27), mengingatkan, kebijakan tersebut justru memicu masyarakat membeli kendaraan baru.
"Secara enggak langsung, ternyata kalau hal itu diterapkan, bisa memicu orang lain buat membeli kendaraan baru juga. Karena, mau enggak mau, dia harus punya dua kendaraan (pelat ganjil dan genap) untuk bisa beraktivitas atau bepergian," kata Panji kepada Kompas.com, Sabtu (26/8/2023).
Baca juga: Heru Budi Akan Bertemu Kepala Daerah Kota Penyangga, Bahas Ganjil Genap 24 Jam untuk Atasi Polusi
Dia menyadari bahwa tidak semua lapisan masyarakat memiliki ekonomi di atas rata-rata.
Oleh karena itu, masyarakat yang tak mampu membeli kendaraan baru kemungkinan beralih menggunakan transportasi umum untuk beraktivitas sehari-hari.
Masalahnya, menurut Panju, kondisi transportasi umum belum cukup memadai, salah satunya soal jarak kedatangan bus transjakarta yang cukup lama.
Akibatnya, waktu tempuh menggunakan kendaraan umum lebih lama dibandingkan kendaraan pribadi.
"Kondisi kendaraan umum, menurut saya, masih juga belum efektif. Kalau naik busway (transjakarta) kan kita makan waktu yang banyak," ucap Panji.
"Misal pergi ke kantor, keluarin uang buat ojek online ke halte busway, bayar busway, dan ojek online lagi buat ke kantor. Sementara, waktu yang terbuang bisa 1,5 jam sampai 2 jam," kata Panji lagi.
Baca juga: Agar Efektif Tekan Polusi, Kebijakan Ganjil Genap di DKI Harus Diikuti Daerah Penyangga
Oleh karena itu, Panji mengaku tidak setuju dengan wacana tersebut.
"Mungkin solusinya bisa menerapkan WFO (work from office) 50 persen dan WFH (work from home) 50 persen. Enggak cuma ASN saja, perusahaan swasta juga bisa diterapkan hal itu," ungkap Panji.
Warga Depok bernama Dicky (32) juga tidak setuju dengan wacana tersebut. Sehari-hari, dia menggunakan mobil untuk bekerja di Jakarta Selatan.
Dicky berasumsi, tidak sedikit orang yang bekerja di Ibu Kota justru memiliki kendaraan lebih dari satu.
"Orang yang pada kerja di Jakarta punya mobil lebih dari satu deh kayaknya, saya sih enggak lihat itu (wacana ganjil genap 24 jam) sebagai solusi ya," ujar Dicky saat dihubungi Kompas.com, Sabtu.
Selain itu, Dicky memprotes belum memadainya kondisi transportasi umum saat ini.