Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jokowi, Luhut, hingga Heru Budi Harus Belajar "Perang" Pencemaran Udara dari China

Kompas.com - 31/08/2023, 07:00 WIB
Larissa Huda

Editor

Dukungan teknologi juga dilakukan agar sektor ekonomi tetap berkembang, tetapi minim emisi. Setidaknya ada 1.992 industri yang dipindahkan dan direstrukturisasi dari sekitar Beijing.

Kerja sama antarkota pun didorong oleh pemerintah pusat mengingat polusi udara mengikuti cuaca, aliran angin, dan topografi tanpa mengenal batas wilayah administratif.

Gambaran buruknya kualitas udara China sebelum "perang"

Agaknya tingkat pencemaran udara di China waktu itu jauh lebih buruk dari Indonesia saat ini. Langkah agresif pemerintahnya justru membawa perbaikan yang signifikan dari masalah udaranya.

Dikutip dari laman IQAir pukul 06.00 WIB pagi ini, Kamis (31/8/2023), indeks kualitas udara di Jakarta yang tercatat berada pada angka 186 ini telah membawa Jakarta menjadi kota dengan polusi terburuk di dunia.

Baca juga: Kualitas Udara Jakarta Masih Buruk meski ASN DKI Sudah Sepekan WFH

Sedangkan waktu itu, berbagai pengukur kualitas udara di China pernah mencatat tingkat kandungan partikel yang lazim disebut PM2,5 itu pernah melewati angka 300. Padahal, udara sudah disebut mengandung polusi jika indeksnya minimal 101.

Kabut tebal yang pernah melanda di beberapa kota di China mirip dengan kabut asap di Indonesia saat kebakaran melanda sejumlah provinsi. Masyarakat sampai sesak dan sakit di saluran pernapasan.

Pada 2013, kabut asap yang menutup China tercatat paling buruk sejak 1961. Kualitas udara amat jauh di atas ambang batas untuk dikategorikan sehat.

Dari 35 provinsi, 25 di antaranya tertutup kabut asap. Wilayah yang tertutup kabut mencapai lebih dari 1,4 juta kilometer persegi dan didiami 800 juta orang.

Baca juga: Dampak Pencemaran Batu Bara Marunda Perburuk Polusi Udara Jakarta, Heru Budi Dituntut Minta Maaf

Seperti diberitakan kantor berita Xinhua, Pemerintah China amat gelisah dengan fakta itu. Pada September 2013, Pemerintah China mengumumkan perang terhadap polusi udara.

China butuh bertahun-tahun untuk mendapatkan hasil sebaik sekarang. Dimulai pada 2013 dengan memasang pengukur kualitas udara di 74 kota. Dengan cara itu, polusi udara bisa terus terpantau dan terukur jelas.

Banyak target ekstrem yang diinginkan pemerintahnya. Awalnya, banyak yang pesimistis dengan target itu. Tentu saja tidak mudah melakukan itu.

Kini, Bejing sudah berada jauh di bawah sebagai kota paling berpolusi. Berdasarkan data IQAir, indeks kualitas udara Beijing hari ini sudah mencapai angka 57.

Baca juga: Banyak Dikritik, Penyemprotan Jalan untuk Atasi Polusi Udara Kemungkinan Tak Dilanjutkan

Angka ini membawa kualitas udara Beijing pada kategori sedang. Konsentrasi PM 2,5 di Beijing hanya tiga kali lebih tinggi dari panduan kualitas udara tahunan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Tugas berat

Menkes Budi Gunadi Sadikin mengatakan, telah terjadi peningkatan kasus penyakit infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) bersamaan dengan meningkatnya polusi udara di Jakarta.

Halaman:


Terkini Lainnya

Prabowo Belum Bahas Isu Penambahan Menteri di Kabinetnya

Prabowo Belum Bahas Isu Penambahan Menteri di Kabinetnya

Megapolitan
Berantas Jukir Liar, DPRD Usul Pemprov DKI-Minimarket Kerja Sama

Berantas Jukir Liar, DPRD Usul Pemprov DKI-Minimarket Kerja Sama

Megapolitan
Bulan Depan, Gerindra Akan Umumkan Nama yang Diusung untuk Pilgub DKI

Bulan Depan, Gerindra Akan Umumkan Nama yang Diusung untuk Pilgub DKI

Megapolitan
Tak Tutup Kemungkinan Usung Anies di Pilkada DKI, PDIP: Tergantung Penilaian DPP dan Rekam Jejak

Tak Tutup Kemungkinan Usung Anies di Pilkada DKI, PDIP: Tergantung Penilaian DPP dan Rekam Jejak

Megapolitan
Jukir Liar Akan Ditertibkan lalu Dikasih Pekerjaan, DPRD DKI: Tidak Semudah Itu 'Ferguso'!

Jukir Liar Akan Ditertibkan lalu Dikasih Pekerjaan, DPRD DKI: Tidak Semudah Itu "Ferguso"!

Megapolitan
Gerindra DKI Usul 4 Nama Bacagub Jakarta ke DPP, Ada Ariza Patria dan Rahayu Saraswati

Gerindra DKI Usul 4 Nama Bacagub Jakarta ke DPP, Ada Ariza Patria dan Rahayu Saraswati

Megapolitan
Jangan Seolah Lepas Tangan, Direktur STIP dan BPSDM Diminta Ikut Tanggung Jawab atas Tewasnya Putu

Jangan Seolah Lepas Tangan, Direktur STIP dan BPSDM Diminta Ikut Tanggung Jawab atas Tewasnya Putu

Megapolitan
DPRD DKI: Tidak Ada Anggaran untuk Beri Pekerjaan Eks Jukir Liar Minimarket

DPRD DKI: Tidak Ada Anggaran untuk Beri Pekerjaan Eks Jukir Liar Minimarket

Megapolitan
Prabowo Kantongi Nama Kader Gerindra yang Akan Maju Pilgub DKI Jakarta

Prabowo Kantongi Nama Kader Gerindra yang Akan Maju Pilgub DKI Jakarta

Megapolitan
Paniknya Maling Motor di Koja, Ditangkap Warga Usai Aksinya Ketahuan sampai Minta Tolong ke Ibunya

Paniknya Maling Motor di Koja, Ditangkap Warga Usai Aksinya Ketahuan sampai Minta Tolong ke Ibunya

Megapolitan
Pengelola Minimarket Diminta Juga Tanggung Jawab atas Keamanan Kendaaraan yang Parkir

Pengelola Minimarket Diminta Juga Tanggung Jawab atas Keamanan Kendaaraan yang Parkir

Megapolitan
Soal Wacana Pekerjaan Bagi Jukir Minimarket, Pengamat: Tergantung 'Political Will' Heru Budi

Soal Wacana Pekerjaan Bagi Jukir Minimarket, Pengamat: Tergantung "Political Will" Heru Budi

Megapolitan
Heru Budi Janjikan Pekerjaan ke Jukir Liar Minimarket, Pengamat: Jangan Hanya Wacana!

Heru Budi Janjikan Pekerjaan ke Jukir Liar Minimarket, Pengamat: Jangan Hanya Wacana!

Megapolitan
Babak Baru Kasus Taruna STIP Dianiaya Senior hingga Tewas, Muncul 3 Tersangka Baru yang Ikut Terlibat

Babak Baru Kasus Taruna STIP Dianiaya Senior hingga Tewas, Muncul 3 Tersangka Baru yang Ikut Terlibat

Megapolitan
Solidaritas Pelaut Indonesia Minta Senioritas ala Militer di STIP Dihapuskan

Solidaritas Pelaut Indonesia Minta Senioritas ala Militer di STIP Dihapuskan

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com