JAKARTA, KOMPAS.com - Kehadiran kereta Lintas Raya Terpadu (LRT) Jabodebek tentunya memudahkan aktivitas para pekerja kantoran, terkhusus buat mereka yang tinggal di pinggiran Jakarta.
Namun, di sisi lain, tidak semua stasiun LRT dilengkapi dengan akses transportasi umum pengumpan (feeder) yang mumpuni.
Karena terbilang baru, beberapa di antaranya belum bisa dicapai angkutan umum hingga ke depan area masuk stasiun.
Kantong parkir pun cukup jauh dari area stasiun sehingga pengguna LRT harus berjalan kaki dengan waktu tempuh yang tak sebentar.
Stasiun LRT TMII salah satunya.
Menurut pengakuan Bella (25) sebagai warga Cipayung, Jakarta Timur, angkot yang melayani rute ke stasiun LRT itu masih terbatas.
"Kayak naik angkot sekarang butuh nunggu 10-20 menit. Mau naik JakLingko (mikrotans), enggak berhenti juga dekat rumah, kayak harus jalan agak jauh gitu," tutur dia kepada Kompas.com, Kamis (31/8/2023).
Alhasil, walau perjalanan menggunakan LRT menuju kantornya lebih hemat waktu, namun ia justru menghabiskan waktu cukup lama untuk menunggu angkot.
"Kalau naik busway (transjakarta) 1,5 jam-2 jam, tergantung kondisi jalanan. Sebenarnya dari segi waktu hemat banyak banget karena cuma 49 menit sampai kantor dari naik LRT," kata Bella.
Keluhan warga Cibubur
Stasiun LRT berikutnya yang sulit diakses transportasi umum adalah Stasiun LRT Harjamukti.
Warga Cibubur Vemi Rahayu (27) mengatakan, stasiun itu sebenarnya tidak terlalu jauh dari rumahnya.
Namun, ia kesulitan menuju Stasiun LRT Harjamukti karena ketiadaan transportasi umum.
Karyawan swasta asal Cibubur ini harus menggunakan sepeda motor dan memarkirkan kendaraannya di kantong parkir yang berjarak sekitar 500 meter dari pintu masuk stasiun.
Sedangkan, jika naik ojek online dari rumah menuju stasiun LRT, ia harus menghabiskan ongkos sebesar Rp 13.500-15.000.