JAKARTA, KOMPAS.com - Seorang remaja berinisial SB (15) tewas usai melompat dari lantai 13 sebuah rumah susun (rusun) di Cakung, Jakarta Timur, Senin (2/10/2023) sore.
Pada saat kejadian, para saksi tidak menyangka ada seseorang yang jatuh dari ketinggian. Mereka sempat mengira ada barang jatuh pada sore itu.
"Ketika dicek, korban sudah dalam keadaan meninggal dunia," kata Kepala Kepolisian Sektor (Kapolsek) Cakung Komisaris Panji Ali Candra di Mapolsek Cakung, Jakarta Timur, Selasa (3/10/2023).
Baca juga: Remaja yang Lompat dari Lantai 13 Rusun di Cakung Sering Menyendiri dan Mengunci Pintu Kamar
Adapun saksi kejadian itu adalah adik korban dan temannya yang sedang berada di area lobi rusun pada pukul 17.00 WIB. Mereka sedang bermain ketika ada suara seperti barang terjatuh.
Lantaran penasaran, mereka langsung menuju ke sumber suara. Adik SB pun kaget karena bunyi itu bukan berasal dari barang jatuh, melainkan kakaknya sendiri.
Adik SB sempat tak percaya bahwa kakaknya yang terjatuh dari atas. Ia langsung berlari ke rumahnya dan menuju kamar kakaknya.
"Begitu mendengar suara, begitu dilihat, itu kakaknya. Dia langsung lari ke atas, melihat situasi kamar SB, dan (kamar) masih dalam kondisi terkunci dari dalam," ungkap Panji.
Adik korban langsung memanggil petugas keamanan untuk mendobrak kamar tersebut. Mereka mendapati SB telah melompat dari lantai 13.
Warga lainnya kemudian menutup tubuh korban dengan beberapa kardus. Mereka langsung menghubungi orangtua SB dan Polsek Cakung. SB langsung dilarikan ke RS Polri Kramatjati untuk divisum.
"Pihak orangtua tidak berkenan untuk dilakukan otopsi. Sudah beri surat pernyataan untuk tidak dilakukan otopsi karena sudah ikhlas dan yakin merupakan kejadian bunuh diri," ujar dia.
Usai korban divisum, pihak keluarga langsung membawa SB ke rumah duka di Rawamangun, Pulogadung, Jakarta Timur.
Jenazah korban sebelum dimakamkan di TPU Rorotan, Cilincing, Jakarta Utara, Selasa pagi.
Baca juga: Remaja Tewas Usai Lompat dari Lantai 13 Rusun di Cakung, Sempat Dikira Barang Jatuh
Berdasarkan keterangan adik SB dan orangtua, korban lebih sering menyendiri di dalam kamar. Biasanya, SB selalu mengunci kamarnya untuk bermain gim di ponsel dan komputernya.
Setiap pulang sekolah pun, ia jarang berinteraksi dengan keluarganya. SB lebih memilih untuk langsung mengunci pintu kamar dan bermain gim.
Kedua orangtua SB sama-sama bekerja. Ayahnya bekerja di Jakarta Utara, sedangkan ibunya di Jakarta Selatan. Orangtua SB kerap mengingatkan anak pertamanya itu agar tidak sering bermain gim.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.