Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Hasanudin Bawa Kehangatan lewat Sepiring Lontong Sayur

Kompas.com - 30/10/2023, 16:07 WIB
Xena Olivia,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

“Ibu sudah enggak ada dari aku kecil. Ayah nikah lagi enggak tahu ke mana, (tinggal) sama nenek doang. Waktu kecil itu ngamen, ngerasain gimana uang pas-pasan (tapi) laper,” tutur Can.

Baca juga: Kisah Ivan Rivani, Penyandang Disabilitas yang Buka Les Gitar Keliling di Pulogadung

“Makanya sekarang ada orang mau makan, enggak punya atau apa, ya saya kasih karena pernah merasakan sendiri. Nyari-nyari di tempat sampah bekas orang makan, saya pernah,” lanjut dia.

Pemuda kelahiran 27 April 2003 itu menghabiskan hidupnya mencari rezeki di jalanan sejak kelas 5 SD sampai 1 SMP. Selepas pulang sekolah, dia selalu mengisi waktu luangnya untuk bekerja mencari uang jajan.

Sewaktu duduk di bangku SMA, Can merasa tidak mengikuti jam pulang sekolah yang terlalu sore. Sebab, hal itu membuatnya tak bisa bekerja.

“SMP kan pulang jam 12.00, jam 13.00 bisa kerja. SMA kan pulangnya ja, 16.00, jadi mau kerja susah. SMA masuk seminggu, langsung keluar,” ucap dia.

Kerja serabutan cari pemasukan

Selain mengamen, Can memulai ‘karier’-nya menjadi bawahan bos-bos. Mulai dari kuli bangunan, dagang cilok di Joglo, Jakarta Barat, dan masih banyak lagi.

“Pokoknya ambil pengalaman orang. Ambil ilmunya dulu. Kayak ini (dagang lontong sayur), sampai akhirnya mikir, ‘Oh gini-gini doang juga, aku bisa lah', gitu,” kata Can.

Berdagang lontong sayur sudah ditekuninya sejak 2020, meski jalannya tak selalu mulus. Apalagi saat pandemi Covid-19 mengempaskan peluangnya.

“Habis-habisan semenjak corona. Jual tiga motor buat modal, sedangkan modal enggak balik dan uang enggak ada. Jualan sepi,” celetuk dia.

Baca juga: Nasib Ojol Turunkan Penumpang Ogah Pakai Helm, Kena Suspend hingga Bingung Cari Nafkah

“Emang bisa kami keliling, tapi jalannya di-lockdown semua. Kadang cuma laku tiga porsi, sedangkan ini sayur kan kalau sehari enggak habis ya dibuang. Kan santan, nanti asam. Makanya pengin nangis mah pengin, pas corona nganggur,” sambung Can.

Melihat teman-temannya yang gulung tikar akibat tak kuat memikul rugi, Can memutuskan untuk tetap bertahan. Sebab, perjuangannya masih layak untuk dijalani.

“Aku pikir-pikir lagi kalau gulung tikar. Dulu merintis kan pegal, tahu betul bagaimana jerih payahnya. Syukuri sajalah dapat berapapun juga,” lanjut dia.

Kini, kehidupannya sehari-hari lambat laun membaik. Dalam sehari, Can bisa meraup untung sekitar Rp 150.000 sampai Rp 250.000. Namun, jika dihitung benar-benar untuk dirinya sendiri, dia hanya mendapatkan sekitar Rp 20.000.

“Sisanya habis untuk setoran sama modal. Kalau aku milih lebihannya sedikit, yang penting bisa simpan (tabung) sedikit-sedikit,” tutur Can.

Masih punya satu mimpi

Ketika saya bertanya apakah dia masih punya mimpi, Can menggeleng pelan. Senyumnya berubah sedikit pahit.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polisi Selidiki Penemuan Mayat Pria Terbungkus Kain di Tangsel

Polisi Selidiki Penemuan Mayat Pria Terbungkus Kain di Tangsel

Megapolitan
Polisi Tes Kesehatan Epy Kusnandar Usai Ditangkap Terkait Kasus Narkoba

Polisi Tes Kesehatan Epy Kusnandar Usai Ditangkap Terkait Kasus Narkoba

Megapolitan
Tersangkut Kasus Narkoba, Epy Kusnandar dan Yogi Gamblez Ditangkap Dalam Kondisi Sadar

Tersangkut Kasus Narkoba, Epy Kusnandar dan Yogi Gamblez Ditangkap Dalam Kondisi Sadar

Megapolitan
Mayat yang Ditemukan Dalam Sarung di Pamulang Berjenis Kelamin Pria dan Berusia Sekitar 40 Tahun

Mayat yang Ditemukan Dalam Sarung di Pamulang Berjenis Kelamin Pria dan Berusia Sekitar 40 Tahun

Megapolitan
Polisi Otopsi Mayat Pria Terbungkus Kain yang Ditemukan di Tangsel

Polisi Otopsi Mayat Pria Terbungkus Kain yang Ditemukan di Tangsel

Megapolitan
Polisi Temukan Luka di Leher dan Tangan pada Jasad Pria Dalam Sarung di Pamulang

Polisi Temukan Luka di Leher dan Tangan pada Jasad Pria Dalam Sarung di Pamulang

Megapolitan
Angkot di Ciracas Tabrak Motor dan Mobil akibat 'Ngebut'

Angkot di Ciracas Tabrak Motor dan Mobil akibat "Ngebut"

Megapolitan
 Mayat Terbungkus Kain Ditemukan di Pamulang, Tangsel

Mayat Terbungkus Kain Ditemukan di Pamulang, Tangsel

Megapolitan
Polresta Bogor Tangkap 6 Pelaku Tawuran, Dua Orang Positif Narkoba

Polresta Bogor Tangkap 6 Pelaku Tawuran, Dua Orang Positif Narkoba

Megapolitan
Dilempar Batu oleh Pria Diduga ODGJ, Korban Dapat 10 Jahitan di Kepala

Dilempar Batu oleh Pria Diduga ODGJ, Korban Dapat 10 Jahitan di Kepala

Megapolitan
Terbentur Aturan, Wacana Duet Anies-Ahok pada Pilkada DKI 2024 Sirna

Terbentur Aturan, Wacana Duet Anies-Ahok pada Pilkada DKI 2024 Sirna

Megapolitan
Pria Diduga ODGJ Lempar Batu ke Kepala Ibu-ibu, Korban Jatuh Tersungkur

Pria Diduga ODGJ Lempar Batu ke Kepala Ibu-ibu, Korban Jatuh Tersungkur

Megapolitan
Epy Kusnandar dan Yogi Gamblez Positif Narkoba

Epy Kusnandar dan Yogi Gamblez Positif Narkoba

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Sabtu dan Besok: Tengah Malam Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Sabtu dan Besok: Tengah Malam Berawan

Megapolitan
Pencuri Motor yang Dihakimi Warga Pasar Minggu Ternyata Residivis, Pernah Dipenjara 3,5 Tahun

Pencuri Motor yang Dihakimi Warga Pasar Minggu Ternyata Residivis, Pernah Dipenjara 3,5 Tahun

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com