Terlepas dari faktor cuaca, Jasnita menduga kenaikan harga cabai merupakan ulah para tengkulak yang sengaja menimbun cabai jelang Hari Raya Natal dan Tahun Baru 2023.
"Ya biasanya tengkulak-tengkulak itulah pemainnya, orang yang punya modal besar. Dari petani, dia yang beli, kayak pengepul gitu," ucap Jasnita.
Jasnita mengaku bahwa kenaikan harga cabai yang begitu tinggi membuat ia menjadi sasaran omelan emak-emak yang jadi pelanggannya.
"(Respons pembeli) ya kaget. Biasanya beli satu kilogram, sekarang paling cuma setengah kilogram. Nah, yang biasanya setengah kilogram, sekarang seperempat kilogram. Jadi, dikurangi belanjanya," ujar Jasnita.
Jasnita terkadang merasa sakit hati karena kenaikan harga selalu membuat pembeli menyalahkan pengecer.
"Iya, pengecer ini yang kasihan, disalahin sama orang. Kayak kita ini yang sering diomelin, tapi ya sudah deh. Kalau mau beli syukur, enggak beli juga enggak apa-apa," ucap Jasnita.
Baca juga: Harga Cabai di Pasar Koja Tembus Rp 100.000 Per Kilogram, Pedagang: Biasanya Paling Mahal Rp 60.000
"Kita sakit hati juga kadang-kadang. Padahal kan di berita kan juga ada, banyak juga (harga cabai sedang naik)," sambung Jasnita.
Meski terkadang kerap mendapatkan omelan dari pembeli, Jasnita hanya bisa mengelus dada dan bersabar.
"Kalau ada yang beli Rp 5.000, tetap dilayani. Ya itu setengah ons. Kita kan kasihan juga lihat pembeli dengan keadaan ekonomi yang sulit sekarang ini. Zaman tambah pahit, tapi harga melangit," pungkas Jasnita.
(Tim Redaksi: Baharudin Al Farisi, Nursita Sari, Irfan Maullana, Jessi Carina)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.