Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Warga Kampung Tanah Merah 7 Tahun Hidup di Tenda Setelah Digusur Pemerintah

Kompas.com - 29/11/2023, 13:08 WIB
Baharudin Al Farisi,
Irfan Maullana

Tim Redaksi

Seiring berjalannya waktu, perkara sengketa tanah antara warga Kampung Tanah Merah dan Pertamina bergulir di meja hijau.

Masta mengeklaim, kasus tersebut dimenangkan oleh warga Kampung Tanah Merah hingga tingkat Mahkamah Agung.

“Keputusannya menyatakan bahwa ini tanah negara. Katanya, kembalikan rakyat ke tempat semula. Yang diakui 132 KK, termasuk saya. Bahkan, keputusannya sampai Pengadilan Tinggi dan Mahkamah Agung tetap sama,” ucap dia.

Baca juga: Forum Tanah Merah: Korban Meninggal Dikasih Rp 10 Juta, lalu Enggak Boleh Menuntut, Gila Namanya!

Meski begitu, warga yang bertahan dengan mendirikan tenda tetap diterbitkan oleh petugas Kamtib. Ia tidak mengetahui alasannya.

Menurut dia, penertiban petugas Kamtib pada saat itu sangat kejam.

“Makanya dulu di sini banyak (warga) yang gegar otak karena dipukuli, yang rumahnya dirobohkan. Pernah kami gotong seorang ibu yang pingsan ke kantor Wali Kota Jakarta Utara. Jalan kaki kami ke sana,” imbuh Masta.

“Kan yang membongkar di sini petugasnya dia. Kami gotong ke sana. Sampai di sana, kami bilang, ‘Ini keadaan ibu-ibu yang sudah pingsan gara-gara kekerasan pegawai kamu',” tambah dia.

Selama tujuh tahun, tepatnya dari 1991 sampai 1998, warga Tanah Merah bermain “kucing-kucingan” dengan petugas Kamtib.

Baca juga: Ketika Warga Tanah Merah Melawan, Tuntut Pertamina Tanggung Jawab Penuh dan Tolak Relokasi

Warga membongkar tenda saat matahari terbit, lalu mendirikan kembali ketika sang surya tenggelam.

“Iya (tujuh tahun bongkar pasang tenda). Jadi, kami kalau sudah siang, ya kepanasan. Sore jam 16.00 WIB, kan Kamtib sudah pulang, baru kami bangun lagi tenda. Kalau sudah pagi kan kami umpetin,” ungkap Masta sambil tertawa.

Selama periode tersebut, sudah tak terhitung jumlahnya warga berdemo di depan Gedung DPR/MPR RI untuk meminta kejelasan atas tanah tersebut.

Saat era reformasi di bawah kepemimpinan Presiden Bacharuddin Jusuf Habibie dimulai, warga berani mendirikan gubuk.

“Kamtib sudah tidak datang lagi, kami bangun gubuk, dikit-dikit, pakai triplek. Tahun 2000, sudah mulai datang warga, bikinlah. Sampai sekarang, sudah gede-gede rumahnya,” pungkas Masta.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pendaftar Masih Kurang, Perekrutan Anggota PPS di Jakarta untuk Pilkada 2024 Diperpanjang

Pendaftar Masih Kurang, Perekrutan Anggota PPS di Jakarta untuk Pilkada 2024 Diperpanjang

Megapolitan
Pekerja Proyek Diduga Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan

Pekerja Proyek Diduga Jatuh dari Atap Stasiun LRT Kuningan

Megapolitan
25 Warga Depok Tertipu Investasi Emas 'Bodong', Total Kerugian Capai Rp 6 Miliar

25 Warga Depok Tertipu Investasi Emas "Bodong", Total Kerugian Capai Rp 6 Miliar

Megapolitan
Pelanggan Minimarket: Ada atau Enggak Ada Jukir, Tak Bisa Jamin Kendaraan Aman

Pelanggan Minimarket: Ada atau Enggak Ada Jukir, Tak Bisa Jamin Kendaraan Aman

Megapolitan
4 Bocah Laki-laki di Cengkareng Dilecehkan Seorang Pria di Area Masjid

4 Bocah Laki-laki di Cengkareng Dilecehkan Seorang Pria di Area Masjid

Megapolitan
KPU DKI Bakal 'Jemput Bola' untuk Tutupi Kekurangan Anggota PPS di Pilkada 2024

KPU DKI Bakal "Jemput Bola" untuk Tutupi Kekurangan Anggota PPS di Pilkada 2024

Megapolitan
Sudirman Said Bakal Maju Jadi Cagub Independen Pilkada DKI, Berpasangan dengan Abdullah Mansuri

Sudirman Said Bakal Maju Jadi Cagub Independen Pilkada DKI, Berpasangan dengan Abdullah Mansuri

Megapolitan
Pria yang Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Cengkareng Sempat Masuk ke Rumah Korban

Pria yang Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Cengkareng Sempat Masuk ke Rumah Korban

Megapolitan
Kondisi Terkini TKP Pengendara Motor Tewas Ditabrak Angkot, Lalu Lintas Berjalan Normal

Kondisi Terkini TKP Pengendara Motor Tewas Ditabrak Angkot, Lalu Lintas Berjalan Normal

Megapolitan
KPU DKI Jakarta Terima Konsultasi 3 Bacagub Jalur Independen, Siapa Saja?

KPU DKI Jakarta Terima Konsultasi 3 Bacagub Jalur Independen, Siapa Saja?

Megapolitan
Bakal Maju di Pilkada Depok, Imam Budi Hartono Klaim Punya Elektabilitas Besar

Bakal Maju di Pilkada Depok, Imam Budi Hartono Klaim Punya Elektabilitas Besar

Megapolitan
Seorang Pria Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Jakbar

Seorang Pria Diduga Lecehkan 5 Bocah Laki-laki di Jakbar

Megapolitan
74 Kelurahan di Jakarta Masih Kekurangan Anggota PPS untuk Pilkada 2024

74 Kelurahan di Jakarta Masih Kekurangan Anggota PPS untuk Pilkada 2024

Megapolitan
Denda Rp 500.000 Untuk Pembuang Sampah di TPS Lokbin Pasar Minggu Belum Diterapkan

Denda Rp 500.000 Untuk Pembuang Sampah di TPS Lokbin Pasar Minggu Belum Diterapkan

Megapolitan
Warga Boleh Buang Sampah di TPS Dekat Lokbin Pasar Minggu pada Pagi Hari, Petugas Bakal Lakukan 'OTT'

Warga Boleh Buang Sampah di TPS Dekat Lokbin Pasar Minggu pada Pagi Hari, Petugas Bakal Lakukan "OTT"

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com