Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[Kilas Balik] 66 Tahun Lalu, Presiden Soekarno Nyaris Terbunuh dalam Tragedi Cikini

Kompas.com - 30/11/2023, 10:00 WIB
Larissa Huda

Editor

"Berkat perlindungan Tuhan, aku masih hidup dan tidak luka sedikit pun," ucap Soekarno saat itu.

Pascatragedi, Soekarno dengan amarahnya segera memerintahkan pengejaran terhadap para pelaku pelemparan granat. Dalam waktu 24 jam, pelaku ditangkap.

Penyerangan ini ternyata didalangi Jusuf Ismail, Sa'idon bin Muhammad, Tasrif bin Husein, dan Moh Tasin bin Abubakar.

Berdasarkan penyelidikan, terungkap bahwa keempat orang ini adalah penghuni Asrama Sumbawa yang juga berlokasi di kawasan Cikini dan anggota dari pemberontak Darul Islam/Negara Islam Indonesia (DI/TII).

Baca juga: Cara Presiden Soekarno Tanggapi Kritik di Coretan Tembok...

Berdasarkan hasil persidangan, keempat terdakwa pelaku tragedi Cikini diputuskan diberi hukuman mati di hadapan regu tembak pada 28 Mei 1960.

Tragedi pelemparan granat di Perguruan Cikini diduga bukan hanya sebuah aksi teror biasa, melainkan bertujuan untuk menyingkirkan Soekarno dari kursi kepresidenan.

Pada masa kepemimpinan Soekarno, banyak orang yang merasa tidak puas dengan kondisi politik yang terjadi saat itu.

Akibatnya, tercetus sebuah upaya untuk melakukan pembunuhan terhadap Soekarno. Salah satu cara yang digunakan pelaku adalah dengan melemparkan granat.

Ide ini sendiri tercetus ketika salah satu pelaku tengah melihat mobil Presiden Soekarno di Perguruan Cikini pada 30 November 1957 itu.

Baca juga: Sejarah Paskibraka di Indonesia, Berawal dari Perintah Presiden Soekarno

Patung peringatan

Pihak sekolah masih terus mengingat kelamnya peristiwa Cikini. Di salah satu ruangan rapat, tersimpan sebuah patung berwarna putih simbol dari peristiwa itu.

Patung yang terbuat dari semen putih itu berbentuk perempuan yang sedang berjongkok tertunduk memeluk seorang anak.

Direktur Pendidikan Dasar dan Menengah Yayasan Perguruan Cikini Susiyanto mengatakan, patung itu simbol kepedihan peristiwa yang memakan korban sipil dan anak-anak.

Patung dibuat dengan simbol seorang ibu guru yang berduka memeluk siswanya yang menjadi korban granat teroris.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Presiden Soekarno Gagas Pembentukan Palang Merah Nasional

Sekolah yang menjadi saksi sejarah teroris generasi pertama ini pun terus berbenah. Banyak tokoh ternama menimba ilmu di sana.

Selain terkenal dengan kualitas pendidikan dan akademisnya, Perguruan Cikini ternyata juga memiliki sekolah kursus musik klasik.

Sekolah musik ini melahirkan harpis internasional Rama Widi, Achmad Albar, Cikini Stone Complex yang berubah menjadi Slank, serta band Sore dan Superglad.

Tak hanya sekadar sekolah rakyat partikelir yang hanya mengajarkan kursus bahasa Indonesia pada 1942, perguruan ini menjadi saksi bisu sejarah politik Orde Lama, hingga menelurkan musisi-musisi kenamaan Indonesia.

(Tim Redaksi : Dian Dewi Purnamasari (Kompas.id), Verelladevanka Adryamarthanino , Nibras Nada Nailufar, Wahyuni Sahara, Bayu Galih)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Terkini Lainnya

Jadwal dan Daftar Kereta Api Tambahan 16-31 Mei 2024

Jadwal dan Daftar Kereta Api Tambahan 16-31 Mei 2024

Megapolitan
Putar Otak Jukir Liar Setelah Dilarang, Ingin Jadi Tukang Servis AC hingga Kerja di Warung

Putar Otak Jukir Liar Setelah Dilarang, Ingin Jadi Tukang Servis AC hingga Kerja di Warung

Megapolitan
Pelajar Depok Nyalakan Lilin dan Doa Bersama di Jembatan GDC untuk Korban Kecelakaan Bus SMK Lingga

Pelajar Depok Nyalakan Lilin dan Doa Bersama di Jembatan GDC untuk Korban Kecelakaan Bus SMK Lingga

Megapolitan
FA Curi dan Sembunyikan Golok Tukang Kelapa untuk Bunuh Pamannya di Tangsel

FA Curi dan Sembunyikan Golok Tukang Kelapa untuk Bunuh Pamannya di Tangsel

Megapolitan
Bentuk Tim Lintas Jaya untuk Tertibkan Juru Parkir Liar, Kadishub DKI: Terdiri dari Polisi, TNI, sampai Kejaksaan

Bentuk Tim Lintas Jaya untuk Tertibkan Juru Parkir Liar, Kadishub DKI: Terdiri dari Polisi, TNI, sampai Kejaksaan

Megapolitan
Korban Kecelakaan Bus di Subang Bakal Diberi Pendampingan Psikologis untuk Hilangkan Trauma

Korban Kecelakaan Bus di Subang Bakal Diberi Pendampingan Psikologis untuk Hilangkan Trauma

Megapolitan
Tak Setuju Penertiban, Jukir Liar Minimarket: Yang di Bawah Cari Makan Setengah Mati

Tak Setuju Penertiban, Jukir Liar Minimarket: Yang di Bawah Cari Makan Setengah Mati

Megapolitan
Mengaku Tak Pernah Patok Tarif Seenaknya, Jukir di Palmerah: Kadang Rp 500, Terima Saja…

Mengaku Tak Pernah Patok Tarif Seenaknya, Jukir di Palmerah: Kadang Rp 500, Terima Saja…

Megapolitan
Elang Kumpulkan Uang Hasil Memarkir untuk Kuliah agar Bisa Kembali Bekerja di Bank...

Elang Kumpulkan Uang Hasil Memarkir untuk Kuliah agar Bisa Kembali Bekerja di Bank...

Megapolitan
Pegawai Minimarket: Keberadaan Jukir Liar Bisa Meminimalisasi Kehilangan Kendaraan Pelanggan

Pegawai Minimarket: Keberadaan Jukir Liar Bisa Meminimalisasi Kehilangan Kendaraan Pelanggan

Megapolitan
Polisi Tangkap Tiga Pelaku Tawuran di Bogor, Dua Positif Narkoba

Polisi Tangkap Tiga Pelaku Tawuran di Bogor, Dua Positif Narkoba

Megapolitan
Yayasan SMK Lingga Kencana Sebut Bus yang Digunakan untuk Perpisahan Siswa Dipesan Pihak Travel

Yayasan SMK Lingga Kencana Sebut Bus yang Digunakan untuk Perpisahan Siswa Dipesan Pihak Travel

Megapolitan
Usai Bunuh Pamannya Sendiri, Pemuda di Pamulang Jaga Warung Seperti Biasa

Usai Bunuh Pamannya Sendiri, Pemuda di Pamulang Jaga Warung Seperti Biasa

Megapolitan
Kecelakaan Rombongan SMK Lingga Kencana di Subang, Yayasan Akan Panggil Pihak Sekolah

Kecelakaan Rombongan SMK Lingga Kencana di Subang, Yayasan Akan Panggil Pihak Sekolah

Megapolitan
Soal Janji Beri Pekerjaan ke Jukir, Heru Budi Akan Bahas dengan Disnakertrans DKI

Soal Janji Beri Pekerjaan ke Jukir, Heru Budi Akan Bahas dengan Disnakertrans DKI

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com