Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kematian Sunyi Para Sebatang Kara Masih Terjadi, Alarm Bahaya Kehidupan Sosial Kita

Kompas.com - 15/01/2024, 08:42 WIB
Larissa Huda

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kematian dalam sunyi kembali terjadi. Mereka mengembuskan napas terakhir tanpa ada keluarga di sampingnya.

Baru memasuki awal tahun baru ini, sudah dua jasad yang tewas sendirian dalam rumah. Kedua jasad itu diduga telah tewas beberapa hari sebelum di temukan.

Belum lama ini seorang dokter berinisial Z (65) ditemukan tak bernyawa di rumahnya daerah Pisangan, Ciputat Timur, Tangerang Selatan, Kamis (11/1/2024) siang.

Baca juga: Kebiasaan Tak Lazim Lansia yang Tewas Sendirian di Depok, Tolak Komunikasi dan Tak Pernah Terlihat Beli Makanan

Jasad korban ditemukan dalam keadaan membusuk. Z diduga meninggal lima hari sebelum ditemukan.

Kejadian ini kemudian diikuti dengan kematian seorang lansia berinisial CW (74).

Jasadnya ditemukan keadaan membengkak di rumahnya Jalan Singgalang, Kecamatan Cimanggis, Depok, Jawa Barat, Sabtu (13/1/2024).

Alarm bahaya

Ketua Departemen Pendidikan Sosiologi Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Ubedilah Badrun, menilai seseorang yang meninggal dalam sunyi adalah diksi menyayat hati.

Situasi ini menunjukan kematian di tengah kesendirian yang sepi. Tak ada satu pun keluarga atau tetangga yang tahu, serta tidak ada orang lain yang membersamainya saat kematian teejadi.

Baca juga: [POPULER JABODETABEK] Taman Air Mancur Bogor Tertutup Bendera Parpol | Keseharian Lansia Ditemukan Tewas Sendirian di Depok

Menurut sosiolog politik ini, fenomena kematian dalam sunyi menunjukan suatu kompleksitas problem individu sekaligus problem sosial yang harus ditangani serius.

"Situasi masyarakat yang seperti itu secara sosiologis adalah tanda bahaya kehidupan sosial bangsa kita yang patut kita pecahkan penyebabnya," kata Ubedilah kepada Kompas.com, Senin (15/1/2024).

Tinggal sendirian

Penemuan mayat seorang dokter di Kelurahan Pisangan, Ciputat Timur, Tangerang Selatan, Kamis (11/1/2024) siang.Dokumen Istimewa Penemuan mayat seorang dokter di Kelurahan Pisangan, Ciputat Timur, Tangerang Selatan, Kamis (11/1/2024) siang.

Kasus lansia yang mati dalam sunyi ini jumlahnya tidak sedikit. Sepanjang 2023 saja, setidaknya ada empat kasus yang terekspos publik. Tahun ini sudah ada dua kasus serupa.

Semuanya hampir punya kesamaan kondisi, yakni tinggal sebatang kara. Dokter Z misalnya, ia tinggal seorang diri di rumah yang tidak terurus milik kakaknya.

"Korban tinggal di rumah milik kakaknya yang sudah tidak layak untuk dihuni," ucap Kapolsek Ciputat Timur Komisaris Kemas Arifin, Kamis (11/1/2023).

Baca juga: Akhir Hayat Seorang Dokter di Ciputat, Meninggal Dalam Kesunyian di Rumah yang Tak Layak Huni

Kondisi serupa juga dirasakan CW hingga akhir hayatnya. Korban ditemukan oleh saudara yang hendak berkunjung ke rumahnya.

"Korban tinggal sendirian dan saat saksi AZ yang merupakan saudaranya, akan masuk ke dalam rumah, tidak ada jawaban," kata Kapolsek Cimanggis Komisaris Judika Sinaga, Minggu (14/1/2024).

Pada 2023, seorang pedagang jamu bernama Ngatiyem (73) yang ditemukan tewas di Cilincing, Jakarta Utara, Senin (31/10/2023), juga tinggal sendiri.

Ngatiyem tinggal sebatang kara. Suaminya sudah lama mangkat.Anaknya tidak ada di Jakarta. Mereka bertempat tinggal di Depok dan Solo.

"Mbah pernah bilang, kan anaknya pernah ajak dia tinggal bareng. Cuma, Mbah enggak mau. 'Sudah biasa sendiri', begitu," kata tetangga rumah kontrakan Mbah, Yuli (32).

Baca juga: Kisah Ngatiyem, Penjual Jamu Sebatang Kara yang Meninggal dalam Sunyi

Dua faktor utama

Melihat sedang meningkatknya fenomena kematian dalam sunyi, Ubedilah menilai hal itu harus menjadi peristiwa publik yang harus segera menjadi perhatian.

"Harus jadi perhatian serius semua pihak, karena bukan sekedar persoalan privat tetapi persoalan publik," ucap Ubedilah.

Menurut dia, setidaknya ada dua faktor utama kematian dalam sunyi masih terjadi, yaitu faktor internal individu dan eksternal.

Dari faktor internal, biasanya dipicu oleh individunya yang sedang sakit yang tidak ingin diketahui orang lain, atau karena depresi tidak menerima derita yang dialaminya.

Di sisi lain, kata Ubedilah, bisa saja karena kehidupan dirinya yang tidak memiliki kesadaran atau kemampuan untuk bersosialisasi dengan orang lain.

Baca juga: Lansia yang Tewas di Depok Selalu Tolak Komunikasi Dengan Warga Sekitar

"Atau sering disebut asosial, ia merasa lebih nyaman dengan kesendirianya," ucap Ubedilah.

Dari faktor eksternal, contohnya adalah tekanan kehidupan sosial ekonomi yang sangat berat yang membuat dirinya mengalami depresi dan memilih jalan menyerah dengan menutup diri dari kehidupan sosialnya.

"Faktor eksternal yang sangat berbahaya adalah ketika masyarakat sekitarnya juga hidup dalam situasi yang sama-sama asosial," ucap Ubedilah.

Mereka adalah masyarakat yang individualistik atau masyarakat yang tidak guyub, tidak saling peduli, tidak saling mengenal secara dekat satu sama lain, atau masyarakat yang tidak memiliki kohesifitas sosial yang sehat.

"Padahal mereka hidup bertetangga, tetapi tidak ada ruang publik untuk membuat antar tetangga itu saling menyapa atau berkomunikasi secara natural," kata dia.

Dalam situasi seperti itu, Ubedilah mengatakan, pemerintah dan stakeholders sosial lainya mesti aktif menemukan solusi yang melahirkan kebijakan sosial yang berbasis riset sosial yang mendalam.

"Agar ada kebijakan yang tepat," kata Ubedilah.

 

(Tim Redaksi : Baharudin Al Farisi, Rizky Syahrial, Irfan Maullana, Ambaranie Nadia Kemala Movanita, Jessi Carina)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Berkoordinasi dengan Polda Jabar, Polda Metro Jaya Bantu Buru 3 DPO Pembunuh Vina

Berkoordinasi dengan Polda Jabar, Polda Metro Jaya Bantu Buru 3 DPO Pembunuh Vina

Megapolitan
Pria di Kali Sodong Dibunuh 'Debt Collector' Gadungan karena Tolak Serahkan Motor

Pria di Kali Sodong Dibunuh "Debt Collector" Gadungan karena Tolak Serahkan Motor

Megapolitan
KPU DKI Verifikasi Dokumen Dukungan Bacagub Independen Dharma Pongrekun hingga 29 Mei

KPU DKI Verifikasi Dokumen Dukungan Bacagub Independen Dharma Pongrekun hingga 29 Mei

Megapolitan
PPK GBK Ungkap Riwayat Kepemilikan Tanah Tempat Berdirinya Hotel Sultan

PPK GBK Ungkap Riwayat Kepemilikan Tanah Tempat Berdirinya Hotel Sultan

Megapolitan
Perubahan Jadwal KRL, Transjakarta, MRT, dan LRT Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta 19 Mei

Perubahan Jadwal KRL, Transjakarta, MRT, dan LRT Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta 19 Mei

Megapolitan
Epy Kusnandar Isap Ganja di Atas Pohon pada Waktu Subuh

Epy Kusnandar Isap Ganja di Atas Pohon pada Waktu Subuh

Megapolitan
'Bullying' Siswi SMP di Bogor Diduga karena Rebutan Cowok

"Bullying" Siswi SMP di Bogor Diduga karena Rebutan Cowok

Megapolitan
KDRT dan Terlibat Kasus Penistaan Agama, Pejabat Kemenhub Dibebastugaskan

KDRT dan Terlibat Kasus Penistaan Agama, Pejabat Kemenhub Dibebastugaskan

Megapolitan
Mayat di Kali Sodong Ternyata Korban Perampokan dan Pembunuhan, Polisi Tangkap Pelakunya

Mayat di Kali Sodong Ternyata Korban Perampokan dan Pembunuhan, Polisi Tangkap Pelakunya

Megapolitan
Ini Rekayasa Lalu Lintas di Bundaran HI Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta pada 19 Mei

Ini Rekayasa Lalu Lintas di Bundaran HI Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta pada 19 Mei

Megapolitan
Epy Kusnandar Direhabilitasi sedangkan Yogi Gamblez Ditahan, Ini Alasan Polisi

Epy Kusnandar Direhabilitasi sedangkan Yogi Gamblez Ditahan, Ini Alasan Polisi

Megapolitan
Sidang Konflik Lahan, Hakim Periksa Langsung Objek Perkara di Hotel Sultan

Sidang Konflik Lahan, Hakim Periksa Langsung Objek Perkara di Hotel Sultan

Megapolitan
Dishub DKI Imbau Pengelola Minimarket Ajukan Izin Perparkiran

Dishub DKI Imbau Pengelola Minimarket Ajukan Izin Perparkiran

Megapolitan
Polres Bogor Buat Aplikasi 'SKCK Goes To School' untuk Cegah Kenakalan Remaja, Apa Isinya?

Polres Bogor Buat Aplikasi "SKCK Goes To School" untuk Cegah Kenakalan Remaja, Apa Isinya?

Megapolitan
Depresi, Epy Kusnandar Tak Dihadirkan dalam Konferensi Pers Kasus Narkobanya

Depresi, Epy Kusnandar Tak Dihadirkan dalam Konferensi Pers Kasus Narkobanya

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com