JAKARTA, KOMPAS.com - Sore itu, seorang sopir bus antar kota dan provinsi (AKAP) jurusan Kalideres-Bandung Tata Sumitra (48), termenung sambil menghisap sebatang rokok kretek.
Ia duduk di dalam bus, sambil sesekali menengok ke arah orang yang sedang berjalan di Terminal Kalideres, Jakarta Barat.
Badan Tata pun berkeringat, lengkap dengan raut wajah bingung sambil bertanya kapan penumpang datang menghampiri busnya.
Tata bercerita, sudah seharian busnya kosong tanpa penumpang. Dia terpaksa menginap di Terminal Kalideres untuk menunggu penumpang.
Baca juga: Kisah Penjaga Tanjakan Lengkong Menanti Keikhlasan Pengendara Motor
"Dari semalem enggak ada penumpang. Kosong banget. Saya akhirnya nginap di bus," ucap Tata saat ditemui di lokasi.
Rupanya, Tata tidak hanya sehari itu mengalami sepi penumpang. Akibat hal itu, setoran Tata ke pihak perusahaan otobus (PO) tidak cukup.
"Penumpangnya enggak ada (dari tahun baru), Jadi buat setor saja enggak target," ujar dia.
Selama 28 tahun menjadi sopir bus, baru belakangan ini ia merasakan hal berat karena sepinya penumpang.
"Target saya 18 penumpang selama sekali perjalanan (rid). Kalau misalnya hanya ada 16 penumpang, saya nombok dua penumpang itu," kata Tata.
Satu tiketnya dihargai Rp 90.000 untuk tujuan Bandung. Belakangan, tata sering menombok uang setoran dari Rp 200.000 hingga Rp 250.000.
Baca juga: Kisah Pilu Nadya, Motor Hasil Kerja Kerasnya Dibawa Kabur Kenalan di Aplikasi Kencan
"Nombok paling dua orang per satu rid. Kan minimal 18 orang," jelas Tata.
Tak hanya setoran, Tata juga menombok uang bensin dan uang tol beberapa pekan ini.
"Terkadang, balik lagi ke sini kan enggak cukup buat keluar masuk tol. Bensin juga Rp 480.000 full-nya," papar dia.
Menghindari nombok, Tata akhirnya berinisiatif menginap sampai dapat banyak penumpang.
"Ya akhirnya menginap, nunggu penumpang daripada saya harus nombok. Uang makan saja enggak dapat," ungkap dia.