Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Siasat Anto Menutupi Kurangnya Upah Kernet Bus AKAP untuk Penuhi Kebutuhan Sehari-hari

Kompas.com - 25/01/2024, 17:05 WIB
Baharudin Al Farisi,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

 

TANGERANG, KOMPAS.com - Anto (52), kernet bus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) mengaku kerap bersekongkol dengan penumpang soal harga tiket bus.

Hal ini terpaksa dilakukan karena dia merasa upah sebagai kernet bus AKAP tak cukup untuk memenuhi kebutuhannya.

“Kayak di jalan, ya kita juga berpolitik juga, enggak goblok-goblok amat. Misalnya ada penumpang masuk, sopir tanya, ‘berapa itu?’, ‘Rp 110.000’. Padahal, penumpang bayarnya Rp 120.000, saya pegang Rp 10.000, saya simpan, harus kayak gitu,” ujar Anto saat berbincang dengan Kompas.com di sebuah warung kopi, Persimpangan Dadap, Dadap, Kosambi, Kabupaten Tangerang, Banten, Rabu (24/1/2024).

“Kan lumayan, kadang dapat Rp 70.000 atau Rp 80.000. Kalau sopirnya curiga, saya ngomong sama penumpang, ‘kalau sopirnya tanya, Rp 110.000 ya’. Iya, kongkalikong. Jadi kan lumayan, Rp 150.000 ditambah Rp 80.000. Tapi kan itu kalau ada penumpang, kalau enggak, ya begitu,” tutur Anto melanjutkan.

Baca juga: Keluh Kernet Bus AKAP: Sekali Perjalanan Dapat Rp 150.000 tapi Tak Tahu Kapan Pulang

Anto menjelaskan, ada saja sopir bus AKAP yang memberi upah hanya Rp 150.000 dalam satu kali perjalanan pulang dan pergi.

Bagi Anto, nominal tersebut terkadang tidak bisa menutupi kebutuhan sehari-hari. Kehidupan dia bersama istri dan dua anak di sebuah rumah dekat Terminal Tegal itu serba cukup.

“Nah, sekarang Rp 150.000, buat bini Rp 130.000, Rp 20.000 itu buat ngopi dan rokok, ya habis,” kata Anto saat berbincang dengan Kompas.com di sebuah warung kopi, Persimpangan Dadap, Dadap, Kosambi, Kabupaten Tangerang, Banten, Rabu (24/1/2024).

“Hitung, Rp 130.000, paginya buat sarapan satu keluarga, sangu sekolah anak, sorenya juga sama, belum kebutuhan lain-lain. Ya habis. Sekarang, duit Rp 100.000 mah enggak ada apa-apa. Cuma ya kernet begitu saja, enggak naik-naik (upahnya), heran,” lanjutnya.

Kendati demikian, Anto tidak menampik bahwa upah Rp 150.000 dari sopir ini untuk satu kali perjalanan (dua hari satu malam) bisa berbeda. Itu tergantung dengan kemurahan hati sang sopir kepada kernet.

Hanya saja, sejak 2015 menjadi kernet, Anto sering kali mendapatkan Rp 150.000 dan bahkan pernah lebih kecil, yakni Rp 90.000-Rp 100.000.

“Kalau sopirnya kasihan atau baik, ya dikasih Rp 250.000 atau Rp 300.000. Kalau sopirnya kayak bajingan semua, paling Rp 150.000. Dia (sopir rata-rata) penginnya duitnya yang gede. Kernet (bagi sopir) mah masa bodoh,” ucap Anto sambil menggelengkan kepala.

Dalam obrolan warung kopi ini, Anto juga menjelaskan mengenai tugas-tugas pokok sebagai seorang kernet.

Baca juga: Curhat Tata, Sopir Bus AKAP yang Penghasilannya Turun Drastis hingga Terpaksa Menginap di Terminal

Di Terminal Tegal, Anto hanya melakukan pengecekan dengan mengambil karcis-karcis dari penumpang. Setelahnya, ia harus melapor kepada pihak perusahaan otobus (PO).

Ketika dalam perjalanan ada penumpang yang naik, Anto menarik uang lalu memberikannya kepada sopir.

Setelah sampai tujuan, misal kawasan Dadap, Anto bersama sopir tidak langsung kembali ke Terminal Tegal. Mereka menunggu penumpang sampai keesokan harinya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pemprov DKI Diminta Bina Juru Parkir Liar agar Punya Pekerjaan Layak

Pemprov DKI Diminta Bina Juru Parkir Liar agar Punya Pekerjaan Layak

Megapolitan
Gerindra Berencana Usung Kader Sendiri di Pilgub DKI 2024

Gerindra Berencana Usung Kader Sendiri di Pilgub DKI 2024

Megapolitan
Munculnya Keraguan di Balik Wacana Pemprov DKI Beri Pekerjaan ke Jukir Liar Minimarket Usai Ditertibkan

Munculnya Keraguan di Balik Wacana Pemprov DKI Beri Pekerjaan ke Jukir Liar Minimarket Usai Ditertibkan

Megapolitan
Perolehan Kursi DPR RI dari Jakarta Berkurang 5, Gerindra DKI Minta Maaf

Perolehan Kursi DPR RI dari Jakarta Berkurang 5, Gerindra DKI Minta Maaf

Megapolitan
Polda Metro Minta Masyarakat Lapor jika Ada Juru Parkir Memalak

Polda Metro Minta Masyarakat Lapor jika Ada Juru Parkir Memalak

Megapolitan
Polisi Akan Bantu Dishub Tertibkan Juru Parkir Liar di Jakarta

Polisi Akan Bantu Dishub Tertibkan Juru Parkir Liar di Jakarta

Megapolitan
Perolehan Kursi DPR RI dari Jakarta Berkurang 5, Gerindra Tetap Akan Usung Kader di Pilkada DKI 2024

Perolehan Kursi DPR RI dari Jakarta Berkurang 5, Gerindra Tetap Akan Usung Kader di Pilkada DKI 2024

Megapolitan
Prabowo Belum Bahas Isu Penambahan Menteri di Kabinetnya

Prabowo Belum Bahas Isu Penambahan Menteri di Kabinetnya

Megapolitan
Berantas Jukir Liar, DPRD Usul Pemprov DKI-Minimarket Kerja Sama

Berantas Jukir Liar, DPRD Usul Pemprov DKI-Minimarket Kerja Sama

Megapolitan
Bulan Depan, Gerindra Akan Umumkan Nama yang Diusung untuk Pilgub DKI

Bulan Depan, Gerindra Akan Umumkan Nama yang Diusung untuk Pilgub DKI

Megapolitan
Tak Tutup Kemungkinan Usung Anies di Pilkada DKI, PDIP: Tergantung Penilaian DPP dan Rekam Jejak

Tak Tutup Kemungkinan Usung Anies di Pilkada DKI, PDIP: Tergantung Penilaian DPP dan Rekam Jejak

Megapolitan
Jukir Liar Akan Ditertibkan lalu Dikasih Pekerjaan, DPRD DKI: Tidak Semudah Itu 'Ferguso'!

Jukir Liar Akan Ditertibkan lalu Dikasih Pekerjaan, DPRD DKI: Tidak Semudah Itu "Ferguso"!

Megapolitan
Gerindra DKI Usul 4 Nama Bacagub Jakarta ke DPP, Ada Ariza Patria dan Rahayu Saraswati

Gerindra DKI Usul 4 Nama Bacagub Jakarta ke DPP, Ada Ariza Patria dan Rahayu Saraswati

Megapolitan
Jangan Seolah Lepas Tangan, Direktur STIP dan BPSDM Diminta Ikut Tanggung Jawab atas Tewasnya Putu

Jangan Seolah Lepas Tangan, Direktur STIP dan BPSDM Diminta Ikut Tanggung Jawab atas Tewasnya Putu

Megapolitan
DPRD DKI: Tidak Ada Anggaran untuk Beri Pekerjaan Eks Jukir Liar Minimarket

DPRD DKI: Tidak Ada Anggaran untuk Beri Pekerjaan Eks Jukir Liar Minimarket

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com