Menjadi kernet bus AKAP sejak 2015, Anto mengaku bahwa penghasilan yang didapat dari pekerjaannya itu tidak menentu.
Upah yang ia dapat tergantung dengan sopir yang menjadi teman perjalannya ke sebuah tujuan.
“Kalau sopirnya kasihan atau baik, ya dikasih Rp 250.000 atau Rp 300.000. Kalau sopirnya kayak bajingan semua, paling Rp 150.000,” kata Anto.
“Dia (sopir rata-rata) penginnya duitnya yang gede. Kernet (bagi sopir) mah masa bodoh,” ucap Anto sambil menggelengkan kepala.
Meski begitu, Anto berterus terang bahwa ia kerap bersekongkol dengan penumpang soal harga tiket bus guna menambah pemasukannya.
“Kayak di jalan, ya kita juga berpolitik juga, enggak goblok-goblok amat. Misalnya ada penumpang masuk, sopir tanya, ‘berapa itu?’, ‘Rp 110.000’. Padahal, penumpang bayarnya Rp 120.000, saya pegang Rp 10.000, saya simpan, harus kayak gitu,” ujar Anto.
"Kan lumayan, kadang dapat Rp 70.000 atau Rp 80.000. Kalau sopirnya curiga, saya ngomong sama penumpang, ‘kalau sopirnya tanya, Rp 110.000 ya’. Iya, kongkalikong. Jadi kan lumayan, Rp 150.000 ditambah Rp 80.000. Tapi kan itu kalau ada penumpang, kalau enggak, ya begitu,” pungkasnya.
(Tim Redaksi: Baharudin Al Farisi, Akhdi Martin Pratama)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.