Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terungkapnya Kode "Angin Lagi Kencang" Berujung Penangkapan Puluhan Remaja yang Hendak Tawuran di Jaktim

Kompas.com - 06/02/2024, 05:46 WIB
Baharudin Al Farisi,
Jessi Carina

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com - Polisi menangkap 20 orang yang hendak menggelar aksi tawuran di wilayah Jakarta Timur pada Minggu (4/2/2024) dini hari.

Kapolres Metro Jakarta Timur Kombes Pol Nicolas Ary Lilipaly mengungkapkan, rata-rata pelaku yang terlibat masih di bawah 18 tahun.

Sebanyak tiga dari 20 orang ini merupakan admin akun Instagram dari kelompok yang berbeda-beda, yakni Amsterdam, Naga Bonar, dan Bisma.

Sementara, dua dari 20 pelaku ini adalah pembuat bom molotov yang hendak mereka gunakan untuk tawuran antar kelompok.

Baca juga: Terlampau Niat, Remaja di Jaktim Buat Bom Molotov hingga Urunan Beli Celurit untuk Dipakai Tawuran

Dalam penangkapan ini, polisi menyita barang bukti berupa beberapa celurit dengan berbagai macam, parang atau golok, stik golf, bom molotov, air keras, dan sejumlah minuman keras oplosan.

Intai polisi lalu sebar kode “angin lagi kencang”

Kegiatan penangkapan bermula saat sejumlah anggota Polres Metro Jakarta Timur hendak melaksanakan apel malam sebelum akhirnya berpatroli pada Sabtu (3/2/2024).

Saat apel tengah berlangsung, salah satu pelaku mengendap-endap untuk merekam aktivitas polisi dengan menggunakan ponselnya.

Petugas yang menyadari dan curiga langsung menghampiri setelah apel malam selesai. Polisi bertanya apa maksud dan tujuannya.

Ponsel pelaku terpaksa diperiksa. Ternyata, dia mengirim pesan kepada kelompoknya tentang keberadaan polisi.

Baca juga: Syok Lihat Senjata Tajam yang Dibawa Pelaku Tawuran, Kapolres Jaktim: Kalau Ini Kena Leher, Selesai...

“Pada handphone itu, dia (pelaku) tulis, ‘kita jangan bergerak dulu, angin lagi kencang’. Setelah kami tanyakan, ternyata, kode angin itu adalah polisi,” ungkap Lilipaly dalam jumpa pers di Jakarta Timur, Senin (5/2/2024).

Bukan hanya itu, pelaku juga menginformasikan kepada kelompoknya agar tidak bergerak dari posisi karena banyak anggota Forum Betawi Rempug (FBR) yang masih berkeliaran.

Menurut hasil interogasi, para pelaku sudah membuat janji hendak tawuran antar kelompok yang melibatkan Amsterdam, Naga Bonar, dan Bisma.

“Nah, dari admin ini kami lakukan penangkapan terhadap teman-temannya yang terlibat untuk tawuran,” ujar Lilipaly.

“Akun Amsterdam itu, hasil penyelidikan kami, berada di daerah Bintara, Bekasi. Sedangkan Bisma dan Naga Bonar itu berada di wilayah hukum Polres Metro Jakarta Timur, dalam hal ini, Duren Sawit dan Cakung,” tambahnya.

Baca juga: Nekatnya 20 Remaja yang Hendak Tawuran di Jaktim: Intai Polisi Pakai Kode Angin hingga Bikin Bom Molotov Sendiri

Bikin bom molotov dan beli senjata

Dua dari 20 pelaku adalah pembuat bom molotov. Keduanya berusia 14 tahun dan 15 tahun yang masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Mereka tidak diajari oleh orang lain untuk membuat bom molotov. Keduanya hanya bermodalkan tayangan YouTube dan bertanya kepada teman.

“Mereka belajar otodidak, mereka hanya melihat dan mengetahui informasi-informasi yang diperoleh dari media sosial. Jadi, mereka buat lalu kasih orang lain untuk digunakan pada saat tawuran,” ungkap Lilipaly.

Para pelaku mendapatkan celurit dan barang-barang lain untuk digunakan pada saat tawuran dengan membeli kepada orang lain.

Harga celurit yang ditawarkan bervariasi, tergantung besarnya ukuran senjata tajam.

Baca juga: Tenggak Miras Sebelum Tawuran, Para Pelaku Ingin Diakui Teman-temannya

“Ada yang Rp 500.000, ada yang Rp 700.000, ada yang Rp 300.000. Jadi, tergantung panjangnya,” ujar Lilipaly.

“Mereka membeli celurit ini. Jadi, urunan mereka, iuran dari uang-uang yang diberikan oleh orangtuanya, mereka simpan untuk membeli celurit atau alat untuk melakukan tawuran,” kata dia melanjutkan.

Tawuran ajang validasi

Terdapat pengakuan berbeda-beda dari masing-masing pelaku setelah polisi melakukan pemeriksaan terhadap mereka.

Ada yang hanya ikut-ikutan, terpaksa karena diajak teman, dan ada juga yang ingin menunjukkan eksistensinya sebagai anak menjelang usia dewasa serta ingin diakui oleh lingkungannya.

“Tapi, pada intinya, anak-anak remaja ini akan minum minuman keras campuran untuk (agar) berani melakukan tawuran,” ujar Lilipaly.

Baca juga: “Angin Lagi Kencang” Jadi Kode Pelaku Tawuran soal Keberadaan Polisi

Barang bukti berbahaya

Saat berbincang dengan awak media setelah jumpa pers, Lilipaly mengaku terkejut ketika melihat sejumlah senjata tajam berukuran besar yang dibawa puluhan remaja ini.

Lilipaly melihat berbagai senjata tajam itu dalam sebuah foto di salah satu grup kepolisian Polres Metro Jakarta Timur.

“Jam 03.00 pagi (saya) lihat ini (barang bukti), kaget saya. Saya lihat ini sampai syok,” kata Lilipaly sambil menggelengkan kepala.

Ia hanya bisa menghela napas jika pihak kepolisian tidak mengamankan puluhan pelajar ini.

“Apa jadinya ini Jakarta Timur kalau malam Minggu (kemarin) enggak kami sita?” ujar Lilipaly.

"Ini tajam semua rekan-rekan. Ini, kalau kena leher, 'selesai' kita, putus," pungkas Lilipaly.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Menyusuri Jalan yang Dilalui Para Korban Tragedi 12 Mei 1998...

Menyusuri Jalan yang Dilalui Para Korban Tragedi 12 Mei 1998...

Megapolitan
Sosok Dimas Aditya Korban Kecelakaan Bus Ciater Dikenal Tak Mudah Marah

Sosok Dimas Aditya Korban Kecelakaan Bus Ciater Dikenal Tak Mudah Marah

Megapolitan
Dua Truk TNI Disebut Menerobos CFD Jakarta, Ini Klarifikasi Kapendam Jaya

Dua Truk TNI Disebut Menerobos CFD Jakarta, Ini Klarifikasi Kapendam Jaya

Megapolitan
Diiringi Isak Tangis, 6 Korban Kecelakaan Bus Ciater Dimakamkan di TPU Parung Bingung

Diiringi Isak Tangis, 6 Korban Kecelakaan Bus Ciater Dimakamkan di TPU Parung Bingung

Megapolitan
Titik Terang Kasus Mayat Terbungkus Sarung di Pamulang: Terduga Pelaku Ditangkap, Identitas Korban Diketahui

Titik Terang Kasus Mayat Terbungkus Sarung di Pamulang: Terduga Pelaku Ditangkap, Identitas Korban Diketahui

Megapolitan
3 Pelajar SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus Dishalatkan di Musala Al Kautsar Depok

3 Pelajar SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus Dishalatkan di Musala Al Kautsar Depok

Megapolitan
Isak Tangis Iringi Kedatangan 3 Jenazah Korban Kecelakaan Bus Ciater: Enggak Nyangka, Pulang-pulang Meninggal...

Isak Tangis Iringi Kedatangan 3 Jenazah Korban Kecelakaan Bus Ciater: Enggak Nyangka, Pulang-pulang Meninggal...

Megapolitan
Terduga Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ditangkap

Terduga Pembunuh Pria Dalam Sarung di Pamulang Ditangkap

Megapolitan
Pemprov DKI Lepas Ratusan Jemaah Haji Kloter Pertama Asal Jakarta

Pemprov DKI Lepas Ratusan Jemaah Haji Kloter Pertama Asal Jakarta

Megapolitan
Pesan Terakhir Guru SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus di Ciater Subang

Pesan Terakhir Guru SMK Lingga Kencana Korban Kecelakaan Bus di Ciater Subang

Megapolitan
Gratis Untuk Anak Pejuang Kanker, Begini Syarat Menginap di 'Rumah Anyo'

Gratis Untuk Anak Pejuang Kanker, Begini Syarat Menginap di 'Rumah Anyo'

Megapolitan
Gelar 'Napak Reformasi', Komnas Perempuan Ajak Masyarakat Mengingat Tragedi 12 Mei 1998

Gelar "Napak Reformasi", Komnas Perempuan Ajak Masyarakat Mengingat Tragedi 12 Mei 1998

Megapolitan
Jatuh Bangun Pinta Mendirikan 'Rumah Anyo' Demi Selamatkan Para Anak Pejuang Kanker

Jatuh Bangun Pinta Mendirikan 'Rumah Anyo' Demi Selamatkan Para Anak Pejuang Kanker

Megapolitan
Saat Epy Kusnandar Ditangkap karena Narkoba, Diam Seribu Bahasa

Saat Epy Kusnandar Ditangkap karena Narkoba, Diam Seribu Bahasa

Megapolitan
Misteri Mayat Pria Terbungkus Sarung di Pamulang, Diduga Dibunuh Lalu Dibuang

Misteri Mayat Pria Terbungkus Sarung di Pamulang, Diduga Dibunuh Lalu Dibuang

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com