Meski kereta datang dan berangkat tepat waktu, Restu menyayangkan waktu tunggu antarkereta (headway) terpatok 14 menit.
"Saya kan pilih ini karena stasiun dekat dengan tempat kerja tapi soal waktu nunggu antarkereta 14 menurut saya masih kurang efisien," imbuhnya.
Restu berpendapat, akan lebih tepat apabila headway LRT Jabodebek dipangkas menjadi 5 sampai 10 menit.
Rana juga mengungkapkan hal demikian. Ia berharap pihak pengelola memangkas headway agar pengguna tidak terlalu menunggu lama.
Menurut Rana, headway yang pas untuk opersional moda transportasi LRT Jabodebek berkisar di waktu tujuh menit.
"Lima menitanlah ya, atau tujuh menit sih paling pas idealnya. Jangan terlalu lama atau terlalu pendek," imbuh Rana.
Baca juga: Headway LRT Jabodebek Makin Singkat, Penumpang: Untung Sudah Membaik
Sementara soal budaya ketertiban, menurut Rana, penumpang LRT Jabodebek bakal tertib bergantung pada jam-jam layanan kereta.
Semakin mendekati rush hour atau jam pekerja kantoran pulang, ketertiban penumpang semakin diuji.
Penumpang pada jam sibuk umumnya sudah terlalu lelah sehingga kurang memperhatikan keadaan penumpang lainnya.
Dampaknya, penumpang yang membutuhkan kursi prioritas kesulitan mendapatkan tempat duduk.
"Kadang juga pada tidur gitu kan jadi enggak lihat misalnya ada yang baru datang, mungkin orang tua, tapi mereka tetap ya sudah (dibiarkan)," kata Rana.
Meski demikian, Rana mengapresiasi penumpang tetap disiplin, terutama untuk antre keluar kereta dan menggunakan eskalator.
"Kalau di sini, sudah teratur sih, di eskalator sisi kiri pada berdiri (diam) dan di kanan itu jalan," imbuhnya.
Pada awal peluncuran LRT Jabodebek, menurut catatan dari pengguna, yakni masalah pengereman yang dinilai masih terasa kasar.