Hal ini menjadi tantangan bagi sang gubernur.
“Tantangannya persoalan-persoalan klasik di Jakarta, yaitu banjir, kemacetan, pengangguran, dan lain sebagainya. Saya kira ini tantangan yang belum pernah terjawab solusinya secara tuntas hingga hari ini,” tutur Arif.
Baca juga: Mulai Panasnya Bursa Pilgub DKI: Baliho Ridwan Kamil, Map Kuning Ahmed Zaki, dan Wangsit Sahroni
“Masalah banjir terulang tiap musim hujan, macet juga masih menjadi momok warga Jakarta,” lanjut dia.
Selain itu, permasalahan lain juga bisa mencakup salah satunya ketimpangan ekonomi.
“Si kaya makin kaya, miskin makin miskin, itu jadi problem,” ucap Arif.
Ia berpendapat, Pilkada DKI Jakarta merupakan Pilkada rasa Pemilihan Presiden (Pilpres) karena menjadi sorotan publik yang tidak hanya warga Ibu Kota, tetapi juga masyarakat Indonesia.
Hal ini disebabkan, dua mantan Gubernur DKI Jakarta maju dalam Pilpres. Presiden Joko Widodo menang dua periode, kemudian Anies Baswedan juga memiliki panggung besar sebagai calon presiden.
“Ia memiliki panggung besar untuk menyosialisasikan pikiran, gagasan, maupun kebijakan-kebijakannya yang dilihat seluruh Indonesia karena (pernah) menjabat Gubernur DKI Jakarta,” kata Arif.
“Karena itu, Pilkada Jakarta jadi momentum bagi para politisi untuk naik kelas jadi politisi nasional. Untuk memantik ruang-ruang politik yang di tingkat nasional,” imbuh dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.