Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Eskalator dan Lift di Stasiun Cakung Hanya Satu Sisi, Pengamat: Apakah Penghematan Biaya?

Kompas.com - 26/03/2024, 10:11 WIB
Rizky Syahrial,
Abdul Haris Maulana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat transportasi dari Universitas Indonesia (UI) Ellen Tangkudung menduga pembangunan Stasiun Cakung, Jakarta Timur, yang hanya menggunakan lift dan eskalator di satu sisi disebabkan adanya keterbatasan anggaran.

Sebab, lift dan eskalator itu tidak terpasang pada akses masuk stasiun yang mengarah ke Jalan Raya Cakung.

"Itu saya juga tanya-tanya, kenapa begitu (tak ada fasilitas lift), apakah ada penghematan biaya?" ucap Ellen saat ditemui Kompas.com, Rabu (31/1/2024).

Baca juga: Lift dan Eskalator Stasiun Cakung Kurang, Kemenhub Pernah Dikomplain Langsung Masyarakat

Ellen mengungkapkan, desain stasiun serta segala fasilitasnya bisa digambar dengan mudah.

Namun, masalah kurangnya kedua fasilitas itu harus dicermati agar masyarakat mendapat kenyamanan saat naik transportasi.

Selain itu, apabila memang ada kendala anggaran, pemerintah seharusnya bisa menemukan solusi.

Sebab, hal ini juga sesuai dengan jargon pemerintah agar masyarakar gemar menggunakan transportasi umum.

"Nah kan perlu juga di cermati dan juga kita (masyarakat), harus memberikan komentar tentang itu (fasilitas umum)," kata Ellen.

"Menggunakan (fasilitas) eskalator ya supaya orang mau naik angkutan umum dengan fasilitas yang baik," tambah dia.

Adapun para penumpang kereta yang lanjut usia (lansia) dan sedang hamil mengeluh karena tidak adanya lift maupun eskalator di Stasiun Cakung pada akses masuk Jalan Raya Cakung.

Baca juga: Kemenhub Pertimbangkan Naikkan Kapasitas Peron daripada Pasang Eskalator di Stasiun Cakung

Padahal, banyak sekali lansia dan ibu hamil yang mengakses masuk ke Stasiun Cakung melalui akses tersebut.

Akibatnya, mereka harus menaiki anak tangga kurang lebih selama 20 menit untuk menjaga stamina.

Selain itu, ibu hamil juga waspada apabila tangga dalam keadaan licin dan takut tertabrak orang yang terburu-buru.

Oleh sebab itu, mereka kadang ketinggalan kereta karena mendaki tangga secara perlahan.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Diotopsi di RS Polri Sebelum Dibawa Keluarga ke Manado

Jenazah Brigadir RAT Diotopsi di RS Polri Sebelum Dibawa Keluarga ke Manado

Megapolitan
Kasus Kriminal di Depok Naik, dari Pencurian Guling hingga Bocah SMP Dibegal

Kasus Kriminal di Depok Naik, dari Pencurian Guling hingga Bocah SMP Dibegal

Megapolitan
Pemprov DKI Bakal Bangun 2 SPKL Tahun Ini, Salah Satunya di Balai Kota

Pemprov DKI Bakal Bangun 2 SPKL Tahun Ini, Salah Satunya di Balai Kota

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Megapolitan
Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Megapolitan
Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Megapolitan
PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Megapolitan
Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Megapolitan
Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Megapolitan
Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Megapolitan
Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Megapolitan
Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com