Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tolak Tapera, Buruh: Gaji Dipotong Tiap Bulan, Hasilnya Tak Bisa Langsung Dinikmati

Kompas.com - 07/06/2024, 11:05 WIB
Shela Octavia,
Fitria Chusna Farisa

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Federeasi Serikat Pekerja Kimia Energi dan Pertambangan (FSPKEP) menolak wacana pemerintah mengenai program Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera).

Salah seorang pengurus FSPKEP bernama Rasti mengatakan, Tapera bakal memotong gaji pekerja, sementara hasilnya tidak bisa dinikmati dalam waktu dekat.

“Tidak setuju. Tapera ini akan berapa tahun kemudian baru bisa kita menikmati perumahan itu. Jadi, terlalu lama, terlalu panjang,” ujar Rasti saat ditemui dalam aksi unjuk rasa tolak Tapera di depan Patung Arjuna Wijaya, Gambir, Jakarta Pusat, Kamis (6/6/2024).

Rasti menilai, iuran Tapera sebesar 3 persen yang wajib dibayarkan pengusaha dan pekerja tumpang tindih dengan peruntukan iuran BPJS Ketenagakerjaan.

“Di BPJS Ketenagakerjaan, kita pun diberikan 30 persen untuk perumahan. Namun, syaratnya sulit,” imbuhnya.

Rasti mengatakan, gaji pekerja sudah banyak dipotong untuk berbagai iuran, mulai dari BPJS Ketenagakerjaan, BPJS Kesehatan, pajak, dan lainnya. 

Baca juga: Buruh Bakal Gugat Aturan Tapera, Dejavu UU Cipta Kerja?

Dengan banyaknya potongan tersebut ditambah harga bahan pokok yang semakin tinggi, menurut Rasti, iuran Tapera bakal memberatkan pekerja.

“Beban kita sudah banyak, iuran-iuran ditambah lagi. Kenaikan upah tidak sebanding dengan biaya hidup kita, kebutuhan riil kita,” katanya. 

Senada dengan Rasti, Edo, anggota Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) menilai, potongan gaji untuk iuran Tapera tidak hanya mempersulit pekerja, tetapi juga pemilik usaha.

Padahal, rumah yang kelak diperuntukkan buat peserta Tapera pun belum jelas keberadaannya.

“Sekarang, semua pekerja diwajibkan, baik yang tidak punya rumah, yang punya rumah, (semua) diwajibkan untuk menabung. Sementara, nanti itu dapat di mana itu rumah,” ucap Edo.

Edo yang berprofesi sebagai perawat ini berharap Presiden Joko Widodo dapat mengkaji kembali rencana program Tapera.

Untuk diketahui, pada Kamis (6/6/2024), buruh dari Jabodetabek menyuarakan penolakan terhadap Tapera. Massa menuntut agar pemerintah segera mencabut peraturan terkait program ini.

Presiden KSPI sekaligus Presiden Partai Buruh, Said Iqbal, mengatakan, jika tuntutan mereka tidak diindahkan, kaum buruh akan melakukan aksi lanjutan. Bahkan, dia bilang, aksi ini bakal meluas ke seluruh Indonesia dan melibatkan lebih banyak elemen masyarakat.

Selain penolakan terhadap Tapera, massa juga akan menyuarakan penolakan terhadap beberapa isu lain, seperti mahalnya uang kuliah tunggal (UKT), menolak kebijakan kamar rawat inap standar (KRIS) BPJS Kesehatan. Serta, Tolak Omnibuslaw UU Cipta Kerja, dan Hapus Outsourching, Tolak Upah Murah (HOSTUM).

Halaman:


Terkini Lainnya

Suasana Mencekam di Pasar Minggu Sore Ini, Dua Ormas Bentrok Lempar Batu dan Helm

Suasana Mencekam di Pasar Minggu Sore Ini, Dua Ormas Bentrok Lempar Batu dan Helm

Megapolitan
PKB Usung Supian Suri pada Pilkada Depok 2024 karena Hasil 'Survei Langitan'

PKB Usung Supian Suri pada Pilkada Depok 2024 karena Hasil "Survei Langitan"

Megapolitan
Marak Penjarahan Aset di Rusunawa Marunda, Pengelola Ungkap Tak Ada CCTV di Sana

Marak Penjarahan Aset di Rusunawa Marunda, Pengelola Ungkap Tak Ada CCTV di Sana

Megapolitan
Gang Venus Tambora Terlalu Padat Penduduk, Pemerintah Diminta Relokasi Warga ke Rusun

Gang Venus Tambora Terlalu Padat Penduduk, Pemerintah Diminta Relokasi Warga ke Rusun

Megapolitan
Demi Berkurban Sapi, Sugito Pedagang Siomay Menabung Dua Bulan Sebelum Idul Adha

Demi Berkurban Sapi, Sugito Pedagang Siomay Menabung Dua Bulan Sebelum Idul Adha

Megapolitan
Truk Sampah di Kota Bogor Disebut Tak Dapat Peremajaan Bertahun-tahun, padahal Berusia Tua

Truk Sampah di Kota Bogor Disebut Tak Dapat Peremajaan Bertahun-tahun, padahal Berusia Tua

Megapolitan
Pengelola Rusunawa Marunda Bakal Pasang Alat Kontrol Patroli untuk Cegah Penjarahan Berulang

Pengelola Rusunawa Marunda Bakal Pasang Alat Kontrol Patroli untuk Cegah Penjarahan Berulang

Megapolitan
Menunggu Berjam-jam di Masjid Istiqlal, Warga Kecewa Tak Ada Pembagian Daging Kurban

Menunggu Berjam-jam di Masjid Istiqlal, Warga Kecewa Tak Ada Pembagian Daging Kurban

Megapolitan
Sugito Tak Masalah Dapat Daging Kurban Sedikit: Yang Penting Orang di Lingkungan Kita Bisa Makan

Sugito Tak Masalah Dapat Daging Kurban Sedikit: Yang Penting Orang di Lingkungan Kita Bisa Makan

Megapolitan
Warga Jakbar Datang ke Masjid Istiqlal Berharap Kebagian Daging Kurban: Di Rumah Cuma Dapat 2 Ons

Warga Jakbar Datang ke Masjid Istiqlal Berharap Kebagian Daging Kurban: Di Rumah Cuma Dapat 2 Ons

Megapolitan
PKB Terbitkan SK Usung Supian Suri pada Pilkada Depok 2024

PKB Terbitkan SK Usung Supian Suri pada Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Pisau JF untuk Tusuk Tetangganya yang Ganggu Anjing Semula untuk Ambil Rumput

Pisau JF untuk Tusuk Tetangganya yang Ganggu Anjing Semula untuk Ambil Rumput

Megapolitan
Diduga Sakit, Pria Lansia Ditemukan Meninggal di Kamar Kos Bogor

Diduga Sakit, Pria Lansia Ditemukan Meninggal di Kamar Kos Bogor

Megapolitan
Pria Tewas Tertabrak KRL di Bogor, Identitas Korban Terungkap dari Buku Tabungan

Pria Tewas Tertabrak KRL di Bogor, Identitas Korban Terungkap dari Buku Tabungan

Megapolitan
Keamanan CFD Jakarta akan Diperketat Buntut Penjambretan Viral

Keamanan CFD Jakarta akan Diperketat Buntut Penjambretan Viral

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com