Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Satu Pengeroyok Pelajar Paket B di Kemang Tak Ditahan karena Masih di Bawah Umur

Kompas.com - 12/06/2024, 10:10 WIB
Dzaky Nurcahyo,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kapolsek Mampang Kompol David Yunior Kanitero mengatakan, RS (17), satu tersangka dalam kasus pengeroyokan pelajar berinisial FY (20) tak dijebloskan ke dalam penjara karena masih di bawah umur.

“Tidak ditahan karena masih dibawah umur,” kata dia saat jumpa pers di kantornya, Selasa (11/6/2024).

Sementara itu, perwakilan Balai Pemasyarakatan (Bapas) Kelas I Jakarta Selatan, Farhan menambahkan, RS yang ditetapkan sebagai tersangka adalah anak yang berkonflik dengan hukum.

Baca juga: Polisi Masih Buru 2 Pengeroyok Pelajar di Kemang yang Belum Tertangkap

Maka dari itu, sebagaimana amanat Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, anak yang berkonflik dengan hukum didampingi oleh pembimbing kemasyarakatan.

“Sudah ada Undang-Undang yang mengatur. Jadi anak yang berkonflik dengan hukum ini tidak ditahan, dititipkan ke panti rehabilitasi sosial,” tutur dia.

Farhan mengungkapkan, RS rencananya akan dikirim ke Panti Sentra Mulya di kawasan Pasar Rebo, Jakarta Timur.

Nantinya RS akan mendapatkan pendampingan dan tinggal di sana hingga berkas perkara dinyatakan lengkap atau P21 oleh Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan.

“Anak ini nantinya dititipkan, tidak dilakukan penahanan. Ada juga walinya yang bisa mengunjungi, dalam hal ini kakaknya,” imbuh Farhan.

Sebagai informasi, ditetapkannya RS sebagai anak yang berkonflik dengan hukum berawal dari kasus kematian pelajar berinisial FY.

FY merupakan seorang pelajar yang tengah mengejar Paket B atau ijazah setara SMP di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Negeri 31 Jakarta.

Baca juga: Jadi Tersangka, Pembunuh Pelajar di Kemang Terancam Hukuman Mati

Korban dikeroyok oleh beberapa orang di Jalan Kemang Timur V, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan pada Kamis (6/6/2024) sekitar pukul 11.15 WIB. FY kemudian dinyatakan meninggal dunia ditempat pasca-peristiwa pengeroyokan.

Adapun peristiwa pengeroyokan bermula dari adanya aduan yang dilakukan RS terhadap pelaku utama, ND. RS mengadu kepada ND yang notabene adalah pacarnya terkait perilaku korban.

RS disebut bercerita kepada sang kekasih bahwa dirinya sempat dipukuli dan diajak berhubungan intim saat menjalin tali asmara bersama FY. ND yang mendengar cerita dari RS kemudian naik darah.

Pelaku lalu meminjam ponsel RS untuk membuat janji temu dengan FY via Instagram.

ND juga mengajak M, lalu M mengajak satu temannya, Mr. X, untuk melakukan aksi pengeroyokan. Khusus M dan Mr. X sampai saat ini masih dilakukan pengejaran.

Baca juga: Anaknya Dikeroyok hingga Tewas di Kemang, Ibu Korban Minta Semua Pelaku Ditangkap

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kisah Dian Bertahan Jadi Pelukis Piring, Karya Ditawar Murah hingga Lapak Diganggu Preman

Kisah Dian Bertahan Jadi Pelukis Piring, Karya Ditawar Murah hingga Lapak Diganggu Preman

Megapolitan
Dua Ormas Bentrok hingga Lempar Batu-Helm, Lalin Jalan TB Simatupang Sempat Tersendat

Dua Ormas Bentrok hingga Lempar Batu-Helm, Lalin Jalan TB Simatupang Sempat Tersendat

Megapolitan
Kisah Perantau Bangun Masjid di Kampung Halaman dari Hasil Kerja di Tanah Perantauan

Kisah Perantau Bangun Masjid di Kampung Halaman dari Hasil Kerja di Tanah Perantauan

Megapolitan
Uniknya Seni Lukis Piring di Bekasi, Bermodalkan Piring Melamin dan Pensil Anak SD

Uniknya Seni Lukis Piring di Bekasi, Bermodalkan Piring Melamin dan Pensil Anak SD

Megapolitan
Sapi Kurban Mengamuk Saat Hendak Disembelih di Tangsel, Rusak Tiga Motor Warga

Sapi Kurban Mengamuk Saat Hendak Disembelih di Tangsel, Rusak Tiga Motor Warga

Megapolitan
Suasana Mencekam di Pasar Minggu Sore Ini, Dua Ormas Bentrok Lempar Batu dan Helm

Suasana Mencekam di Pasar Minggu Sore Ini, Dua Ormas Bentrok Lempar Batu dan Helm

Megapolitan
PKB Usung Supian Suri pada Pilkada Depok 2024 karena Hasil 'Survei Langitan'

PKB Usung Supian Suri pada Pilkada Depok 2024 karena Hasil "Survei Langitan"

Megapolitan
Marak Penjarahan Aset di Rusunawa Marunda, Pengelola Ungkap Tak Ada CCTV di Sana

Marak Penjarahan Aset di Rusunawa Marunda, Pengelola Ungkap Tak Ada CCTV di Sana

Megapolitan
Gang Venus Tambora Terlalu Padat Penduduk, Pemerintah Diminta Relokasi Warga ke Rusun

Gang Venus Tambora Terlalu Padat Penduduk, Pemerintah Diminta Relokasi Warga ke Rusun

Megapolitan
Demi Berkurban Sapi, Sugito Pedagang Siomay Menabung Dua Bulan Sebelum Idul Adha

Demi Berkurban Sapi, Sugito Pedagang Siomay Menabung Dua Bulan Sebelum Idul Adha

Megapolitan
Truk Sampah di Kota Bogor Disebut Tak Dapat Peremajaan Bertahun-tahun, padahal Berusia Tua

Truk Sampah di Kota Bogor Disebut Tak Dapat Peremajaan Bertahun-tahun, padahal Berusia Tua

Megapolitan
Pengelola Rusunawa Marunda Bakal Pasang Alat Kontrol Patroli untuk Cegah Penjarahan Berulang

Pengelola Rusunawa Marunda Bakal Pasang Alat Kontrol Patroli untuk Cegah Penjarahan Berulang

Megapolitan
Menunggu Berjam-jam di Masjid Istiqlal, Warga Kecewa Tak Ada Pembagian Daging Kurban

Menunggu Berjam-jam di Masjid Istiqlal, Warga Kecewa Tak Ada Pembagian Daging Kurban

Megapolitan
Sugito Tak Masalah Dapat Daging Kurban Sedikit: Yang Penting Orang di Lingkungan Kita Bisa Makan

Sugito Tak Masalah Dapat Daging Kurban Sedikit: Yang Penting Orang di Lingkungan Kita Bisa Makan

Megapolitan
Warga Jakbar Datang ke Masjid Istiqlal Berharap Kebagian Daging Kurban: Di Rumah Cuma Dapat 2 Ons

Warga Jakbar Datang ke Masjid Istiqlal Berharap Kebagian Daging Kurban: Di Rumah Cuma Dapat 2 Ons

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com