Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Atlet Senam Artistik di Depok Tak Lolos PPDB, Panitia Prioritaskan Cabor Basket, Sepak Bola, dan Renang

Kompas.com - 02/07/2024, 11:26 WIB
Dinda Aulia Ramadhanty,
Jessi Carina

Tim Redaksi


DEPOK, KOMPAS.com - Kartika (41), orangtua murid di Depok mengatakan, panitia Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) lebih memprioritaskan cabang olahraga sepak bola, basket, atau renang dalam seleksi jalur prestasi nonakademik.

Akibatnya, putrinya yang merupakan atlet senam artistik tidak lolos PPDB untuk tingkat SMP. 

"Jadi banyak yang dipilih (panitia) kayak sepak bola, basket, renang, yang notabene nya itu skor sertifikatnya enggak ada yang setinggi anak saya," kata Kartika saat ditemui Kompas.com, Selasa (28/6/2024).

Baca juga: Atlet Senam Artistik di Depok Gagal Lolos PPDB karena Cabornya Tak Masuk Prioritas

Skor sertifikat anaknya yaitu Cayla (12) diketahui bernilai 21 poin atau setara dengan sertifikat kejuaraan provinsi. Nilai itu nyatanya masih tetap kalah setelah diakumulasikan dengan nilai uji kompetensi.

"Mungkin memang enggak diprioritaskan di SMP itu atau mungkin belum pernah ada (diprioritaskan di mana-mana)," ungkap Kartika.

Awalnya, di sekolah pilihannya yaitu SMPN 3 Depok yang menyediakan kuota 11 orang, Cayla masih terkualifikasi.

"Jatah kuotanya 11 orang. Begitu sampai malam, sudah final tuh (pengumuman). Dia di urutan ke 12, (warnanya) merah enggak diterima," ujar Kartika.

Baca juga: Menang Kejuaraan Senam di Tingkat Provinsi, Siswi SD di Depok Tak Lolos PPDB

"Pas saya lihat (pengumumannya), kok skor sertifikatnya (anak-anak yang diterima) enggak ada yang setinggi dia. Paling tinggi tuh 16, sedangkan dia tuh di 21. Bahkan ada juga yang diterima tuh skor sertifikatnya 2 atau 2,5," tambahnya.

Saat bertanya kepada pihak panitia, Kartika mendapat jawaban bahwa olahraga senam artistik dianggap tidak memiliki masa depan atau tidak berjenjang di Depok.

"Cabang olahraga (cabor) anak saya bukan olahraga yang diprioritaskan (sekolah) dan tidak berjenjang katanya di sana, jadi (pihak sekolah) terimanya yang berjenjang saja di Kota Depok," jelas Kartika.

Hal itu yang kemudian membuat Kartika heran lantaran penjelasan panitia terkesan dibuat-buat.

Baca juga: Berawal dari Kejar Layangan, Bocah 8 Tahun Masuk Tol Cijago dan Tewas Tertabrak Mobil

"Kita (tanya) biar bisa intropeksi salahnya di mana. Tapi kok alasannya terkesan enggak transparan, ngadi-ngadi," ucap Kartika.

Meski begitu, Kartika akui, jumlah atlet senam artistik di Depok terbilang sedikit. Hal itu dikarenakan atlet senam biasanya tidak berlanjut di tingkatan SMP.

"Depok sebenarnya atlet senam itu enggak ada, cuma dua orang. Ada satu di kota, itu saingan anak saya, dia keterima di SMP 2 tapi karena rumahnya memang deket sekolah itu jadi keterima di sana," tutur Kartika.

Namun menurut Kartika, minimnya jumlah atlet senam seharusnya bisa membuat pemerintah melek dan menyadari pentingnya mempertahankan mereka.

"Harusnya (diprioritaskan), namanya jaman kan paling enggak nanti juga akan bermunculan, yakin sih. Sekarang, anak-anak kecil (yang senam) di Depok sudah banyak, tapi yang seumuran Cayla cuma dua," lanjut Kartika.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Disdik DKI Janji KJP Plus Gelombang 1 Tahap 2 Bakal Cair Pekan Depan

Disdik DKI Janji KJP Plus Gelombang 1 Tahap 2 Bakal Cair Pekan Depan

Megapolitan
Jasa Marga Lakukan Rekayasa Lalu Lintas di Exit Tol Veteran Imbas Longsor di Pesanggrahan

Jasa Marga Lakukan Rekayasa Lalu Lintas di Exit Tol Veteran Imbas Longsor di Pesanggrahan

Megapolitan
Sabtu Malam, Jalan Raya Kalimalang Macet Total Imbas Banjir di Kolong Tol Pondok Kelapa

Sabtu Malam, Jalan Raya Kalimalang Macet Total Imbas Banjir di Kolong Tol Pondok Kelapa

Megapolitan
Banyak Kendaraan Mogok Akibat Nekat Menerabas Banjir di Kolong Tol Pondok Kelapa

Banyak Kendaraan Mogok Akibat Nekat Menerabas Banjir di Kolong Tol Pondok Kelapa

Megapolitan
Hujan Mulai Reda, 42 RT di Jakarta Masih Tergenang Banjir

Hujan Mulai Reda, 42 RT di Jakarta Masih Tergenang Banjir

Megapolitan
Dua RT di Kebon Jeruk Masih Terendam Banjir

Dua RT di Kebon Jeruk Masih Terendam Banjir

Megapolitan
Warga Sebut Banjir di Kolong Tol Pondok Kelapa Imbas Kalimalang Meluap

Warga Sebut Banjir di Kolong Tol Pondok Kelapa Imbas Kalimalang Meluap

Megapolitan
Banjir di Kolong Tol Pondok Kelapa, Lalu Lintas dari Kalimalang Arah Jakarta Macet Total

Banjir di Kolong Tol Pondok Kelapa, Lalu Lintas dari Kalimalang Arah Jakarta Macet Total

Megapolitan
Penjelasan BMKG soal Jakarta Dilanda Hujan di Musim Kemarau

Penjelasan BMKG soal Jakarta Dilanda Hujan di Musim Kemarau

Megapolitan
KRL Tujuan Bekasi Sempat Tertahan 30 Menit di Stasiun Tanah Abang

KRL Tujuan Bekasi Sempat Tertahan 30 Menit di Stasiun Tanah Abang

Megapolitan
Longsor, Jalan Mulya Bakti Pesanggrahan Tak Bisa Dilalui Kendaraan

Longsor, Jalan Mulya Bakti Pesanggrahan Tak Bisa Dilalui Kendaraan

Megapolitan
Hujan Lebat Disertai Angin Kencang, 4 Pohon di Jakpus dan Jakbar Tumbang

Hujan Lebat Disertai Angin Kencang, 4 Pohon di Jakpus dan Jakbar Tumbang

Megapolitan
Warga Sudah Surati Pemkot Jakut untuk Minta Perbaiki Jalan Cekung di Muara Angke

Warga Sudah Surati Pemkot Jakut untuk Minta Perbaiki Jalan Cekung di Muara Angke

Megapolitan
Teka-teki Tewasnya Wanita Paruh Baya Dalam Toilet Kos di Cipayung dengan Posisi Telungkup

Teka-teki Tewasnya Wanita Paruh Baya Dalam Toilet Kos di Cipayung dengan Posisi Telungkup

Megapolitan
Jakarta Hujan sejak Pagi, Tinggi Air di Pos Angke Hulu Naik Jadi Siaga 3

Jakarta Hujan sejak Pagi, Tinggi Air di Pos Angke Hulu Naik Jadi Siaga 3

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com