Walaupun tahu menjadi sopir bajaj sudah sulit, Min tetap menjalankan hari-harinya.
Dalam benaknya, Min ingin mengubah nasib dengan mencari pekerjaan lain. Namun, hatinya tetap tidak bisa berbohong. Ia sudah cinta menjadi sopir bajaj selama berpuluh-puluh tahun.
"Saya enggak bisa kerja apa pun. Sopir mobil enggak bisa, ojek online saya enggak mau," ujar dia.
Baca juga: Sulitnya Mengatur Bajaj di Kawasan Monas, Sopir Suka Buang Sampah dan Parkir Sembarangan
Min mengaku hanya bisa menggantungkan cita-cita yang belum tercapai kepada anak bungsu laki-lakinya.
"Saya punya empat anak, anak saya yang terakhir ini baru lulus SMA," kata Min.
Min ingin sekali anak bungsunya itu lanjut ke jenjang pendidikan strata satu. Namun, sang anak memilih untuk bekerja.
"Seandaikan anak saya mau sekolah lagi (kuliah), saya rela jual apa pun. Saya enggak punya apa-apa biarin, tapi anak saya jadi," jelas dia.
Pak Min berulang kali mengingatkan sang anak bahwa zaman sekarang, ijazah SMA tidak laku.
"Saya percaya investasi pendidikan ke anak sangat berguna. Apalagi zaman sekarang," ungkap Min.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.