Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BKTB Harusnya Tak Saingi Metromini dan Kopaja

Kompas.com - 11/02/2014, 08:59 WIB
Alsadad Rudi

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Danang Parikesit menilai, pengoperasian bus baru oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, khususnya bus berukuran sedang, tidak sesuai dengan yang diharapkan. Menurutnya, bus-bus sedang milik Pemprov DKI (bus kota terintegrasi busway) seharusnya tidak bersaing dengan operator swasta, seperti kopaja dan metromini.

Danang mengatakan, keputusan untuk "mengadu" BKTB dengan kopaja dan metromini telah melenceng dari tujuan awal pengadaan bus, yakni untuk restrukturisasi angkutan umum dan trayek yang ada di Jakarta.

"Yang kita harapkan dari angkutan baru di DKI ini kan tidak bersaing satu dengan yang lainnya, tapi justru saling mendukung," kata Danang kepada Kompas.com, Senin (10/2/2014).

Menurut guru besar dari Universitas Gadjah Mada ini, jika Pemprov DKI masih menerapkan kebijakan yang ada saat ini, maka sampai kapan pun bus-bus tua tidak layak jalan akan tetap ada dan beroperasi di jalanan Jakarta.

Untuk itu, ia menyarankan agar sebaiknya pengelolaan BKTB diambil alih oleh Kopaja atau Metromini, untuk menggantikan bus-bus tua yang sudah tidak layak jalan. Namun, jika tidak, sebaiknya rute pengoperasian BKTB tidak tumpang tindih dengan rute pengoperasian kopaja dan metromini.

"Jangan terkesan penataan trayek di Jakarta tambal sulam. Trayek yang sudah ada dipertahankan tetapi ditimpakan dengan trayek-trayek baru, sehingga yang terjadi justru saling bersaing satu dengan yang lain. Padahal harusnya satu trayek dengan trayek yang lain itu tidak bersaing tapi saling melengkapi," ujarnya.

Sebelumnya, Direktur Institute Transportation for Development Policy (ITDP) Indonesia Yoga Adiwinarno juga menyampaikan usulan serupa. Menurutnya, ada dua solusi yang bisa ditempuh daripada harus "mengadu" dua jenis angkutan pengumpan tersebut.

Langkah pertama, kata Yoga, adalah mengakuisisi rute bus reguler. Jadi, BKTB melakukan monopoli rute, dan bus-bus reguler tidak diperkenankan lagi melewati jalur tersebut. BKTB merupakan layanan bus sedang yang dikelola secara langsung oleh transjakarta.

"Jadi, di trayek tersebut, semuanya diambil alih oleh transjakarta, bus-bus yang lain keluar. Seluruh penumpang-penumpang kopaja dan metromini diambil alih oleh transjakarta. Tapi karena secara finansial transjakarta lebih kuat, kopaja dan metromini yang disuruh keluar itu tetap diberi uang, ibaratnya beli rute," kata Yoga kepada Kompas.com, Jumat (7/2/2014).

Namun, lanjut Yoga, jika pengelola bus-bus reguler tidak berkenan meninggalkan rute tersebut, maka alangkah lebih baik jika bus-bus baru berukuran sedang yang telah didatangkan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tersebut, diserahkan pengelolaannya kepada pihak Kopaja atau Metromini.

"Ya, sudah kita biarkan mereka mengoperasikannya, kerja sama dengan transjakarta. Sekalian untuk upgrade bus-bus mereka dan integrasi dengan transjakarta. Jadi, seperti kopaja AC yang ada saat ini," tambah Yoga.

Yoga mengkhawatirkan, persaingan terbuka akan rawan menimbulkan kecemburuan sosial, terutama di kalangan sopir-sopir kopaja dan metromini. Pangsa pasar yang berbeda, kata dia, tidak bisa dijadikan alasan untuk membiarkan masyarakat sendiri yang memilih.

"Meski market-nya beda, tapi tetap saja orang-orang mampu yang sebelumnya naik kopaja metromini, sekarang jadi lebih memilih BKTB," ujarnya.

"Di beberapa media saya baca, penuturan sopir-sopir merasa mereka mulai terancam. Takutnya nanti ada kejadian busnya dihadang, atau ditimpukin, seperti kejadian-kejadian di daerah lain. Itu yang harusnya dihindari," sarannya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Hadiah Sehabis Musibah bagi Satrio, Diterima Jadi Polisi meski Gagal Ujian akibat Dibegal

Hadiah Sehabis Musibah bagi Satrio, Diterima Jadi Polisi meski Gagal Ujian akibat Dibegal

Megapolitan
Nasib Nahas Efendy yang Tewas di Kali Sodong, Diburu Mata Elang dan Dipukuli hingga Tak Berdaya

Nasib Nahas Efendy yang Tewas di Kali Sodong, Diburu Mata Elang dan Dipukuli hingga Tak Berdaya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 18 Mei 2024 dan Besok: Pagi ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 18 Mei 2024 dan Besok: Pagi ini Cerah Berawan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Kapolri Beri Hadiah Casis Bintara yang Dibegal dengan Diterima Jadi Polisi | Kilas Balik Kronologi Pembunuhan Vina Cirebon

[POPULER JABODETABEK] Kapolri Beri Hadiah Casis Bintara yang Dibegal dengan Diterima Jadi Polisi | Kilas Balik Kronologi Pembunuhan Vina Cirebon

Megapolitan
Berkoordinasi dengan Polda Jabar, Polda Metro Jaya Bantu Buru 3 DPO Pembunuh Vina

Berkoordinasi dengan Polda Jabar, Polda Metro Jaya Bantu Buru 3 DPO Pembunuh Vina

Megapolitan
Pria di Kali Sodong Dibunuh 'Debt Collector' Gadungan karena Tolak Serahkan Motor

Pria di Kali Sodong Dibunuh "Debt Collector" Gadungan karena Tolak Serahkan Motor

Megapolitan
KPU DKI Verifikasi Dokumen Dukungan Bacagub Independen Dharma Pongrekun hingga 29 Mei

KPU DKI Verifikasi Dokumen Dukungan Bacagub Independen Dharma Pongrekun hingga 29 Mei

Megapolitan
PPK GBK Ungkap Riwayat Kepemilikan Tanah Tempat Berdirinya Hotel Sultan

PPK GBK Ungkap Riwayat Kepemilikan Tanah Tempat Berdirinya Hotel Sultan

Megapolitan
Perubahan Jadwal KRL, Transjakarta, MRT, dan LRT Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta 19 Mei

Perubahan Jadwal KRL, Transjakarta, MRT, dan LRT Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta 19 Mei

Megapolitan
Epy Kusnandar Isap Ganja di Atas Pohon pada Waktu Subuh

Epy Kusnandar Isap Ganja di Atas Pohon pada Waktu Subuh

Megapolitan
'Bullying' Siswi SMP di Bogor Diduga karena Rebutan Cowok

"Bullying" Siswi SMP di Bogor Diduga karena Rebutan Cowok

Megapolitan
KDRT dan Terlibat Kasus Penistaan Agama, Pejabat Kemenhub Dibebastugaskan

KDRT dan Terlibat Kasus Penistaan Agama, Pejabat Kemenhub Dibebastugaskan

Megapolitan
Mayat di Kali Sodong Ternyata Korban Perampokan dan Pembunuhan, Polisi Tangkap Pelakunya

Mayat di Kali Sodong Ternyata Korban Perampokan dan Pembunuhan, Polisi Tangkap Pelakunya

Megapolitan
Ini Rekayasa Lalu Lintas di Bundaran HI Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta pada 19 Mei

Ini Rekayasa Lalu Lintas di Bundaran HI Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta pada 19 Mei

Megapolitan
Epy Kusnandar Direhabilitasi sedangkan Yogi Gamblez Ditahan, Ini Alasan Polisi

Epy Kusnandar Direhabilitasi sedangkan Yogi Gamblez Ditahan, Ini Alasan Polisi

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com