Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Koalisi Pejalan Kaki, Dipuji Media Asing, tetapi Dibenci Pengendara Nakal

Kompas.com - 11/08/2014, 18:15 WIB
Yohanes Debrito Neonnub

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com – Keberadaan Koalisi Pejalan Kaki (KoPK) yang terus gencar melakukan aksi di jalanan ibukota Jakarta mendapatkan apresiasi dari media asing, Reuters dan BBC (British Broadcasting Corporation).

Komunitas ini dipandang berani melakukan perubahan dan perlawanan dalam memperjuangkan trotoar bagi para pejalan kaki.

“Aksi kami pernah diliput Reuters dan BBC. Mereka sangat mengapresiasi apa yang kami lakukan bagi masyarakat,” kata Nurul, anggota KoPK yang ditemui di kantor KoPK di Sarinah Building, Jakarta, Senin (11/8/2014).

Tidak saja media asing, komunitas ini juga diapresiasi oleh beberapa warga negara asing di Jakarta. “Tahun 2013 kemarin ada tiga orang Rusia yang ke Jakarta untuk bertemu kami. Mereka tahu komunitas dan aktivitas kami dari Twitter,” sambung Nurul.

Nurul menambahkan, tiga orang Rusia tersebut sangat mengapresiasi tindakan mereka yang berani. “Mereka bilang ke kami, aksi kami memperjuangkan trotoar bagi pejalan kaki adalah yang pertama kali di dunia,” ujarnya lagi.

Apresiasi dan pujian tersebut juga memotivasi Nurul dan rekan-rekannya di KoPK untuk terus memperjuangkan hak-hak pejalan kaki di trotoar. Mereka sering melarang dan menghadang pengendara motor yang mencoba melewati trotoar bila jalan sedang macet.

Dengan aksi itu itu ada risiko mereka tertabrak pengendara yang membandel. Namun hal tersebut tidak menyurutkan niat para aktivis tersebut untuk terus berjuang. Mereka juga kerap mengkritik mobil polisi atau pejabat yang parkir di trotoar jalan.

Kendati dipuji dan diapresiasi media dan warga negara asing, aksi mereka justru sangat dibenci para pengendara motor yang nakal. Pasalnya aktivis Koalisi Pejalan Kaki sering menghalangi pengendara motor yang akan menggunakan trotoar dengan seenaknya.

“Sering ada yang tunjukin jari tengah dan ucapkan kata-kata kotor bila terus kami hadang agar tidak lewat trotoar,” kata Nurul.

Selain itu, lanjut Nurul, dia dan teman-temannya juga kerap kali dipandang gila ketika melakukan aksi. “Mbak udah gila ya. Mbak mending pulang dan nyuci,” kenangnya.

Nurul mengakui, semua pujian dan hinaan tersebut justru jadi pendorong komunitas mereka untuk terus berjuang bagi masyarakat. Koalisi Pejalan Kaki tersebut akan terus memperjuangkan hak-hak pejalan kaki dan mengembalikan fungsi trotoar bagi pejalan kaki.

Sebagai informasi, Koalisi Pejalan Kaki ini dibentuk sejak Agustus 2011. Tujuan komunitas ini untuk mengkampanyekan dan mewujudkan trotoar yang aman dan nyaman bagi pejalan kaki. Agar hak-hak pejalan kaki juga ikut diperhatikan pemerintah. Komunitas ini berkantor di Gedung Sarinah lantai 12, Jalan MH Thamrin, Jakarta.

Baca juga:
- Mengenal Lebih Dekat Koalisi Pejalan Kaki di Jakarta
- Koalisi Pejalan Kaki, Mulai dari Dimarahi hingga Nyaris Ditabrak

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Pro-Kontra Warga soal Janji Dishub DKI Tertibkan Juru Parkir, Tak Keberatan jika Jukir Resmi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Pengawasan dan Tata Tertib Kampus Jadi Sorotan

Megapolitan
Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Hari Ini, Polisi Lakukan Gelar Perkara Kasus Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior

Megapolitan
Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Ketimbang “Jogging Track”, RTH Tubagus Angka Diusulkan Jadi Taman Bermain Anak untuk Cegah Prostitusi

Ketimbang “Jogging Track”, RTH Tubagus Angka Diusulkan Jadi Taman Bermain Anak untuk Cegah Prostitusi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Minta Keadilan dan Tanggung Jawab Kampus

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Minta Keadilan dan Tanggung Jawab Kampus

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior, Keluarga Temukan Banyak Luka Lebam

Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior, Keluarga Temukan Banyak Luka Lebam

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Sebut Korban Tak Punya Musuh

Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Sebut Korban Tak Punya Musuh

Megapolitan
Otopsi Selesai, Jenazah Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior Akan Diterbangkan ke Bali Besok

Otopsi Selesai, Jenazah Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior Akan Diterbangkan ke Bali Besok

Megapolitan
Jadi Tempat Prostitusi, RTH Tubagus Angke Diusulkan untuk Ditutup Sementara dan Ditata Ulang

Jadi Tempat Prostitusi, RTH Tubagus Angke Diusulkan untuk Ditutup Sementara dan Ditata Ulang

Megapolitan
Heru Budi Diminta Tegur Wali Kota hingga Lurah karena RTH Tubagus Angke Jadi Tempat Prostitusi

Heru Budi Diminta Tegur Wali Kota hingga Lurah karena RTH Tubagus Angke Jadi Tempat Prostitusi

Megapolitan
Keberatan Ditertibkan, Juru Parkir Minimarket: Cari Kerjaan Kan Susah...

Keberatan Ditertibkan, Juru Parkir Minimarket: Cari Kerjaan Kan Susah...

Megapolitan
BPSDMP Kemenhub Bentuk Tim Investigasi Usut Kasus Tewasnya Taruna STIP

BPSDMP Kemenhub Bentuk Tim Investigasi Usut Kasus Tewasnya Taruna STIP

Megapolitan
Status Taruna STIP yang Aniaya Junior Bakal Dicopot

Status Taruna STIP yang Aniaya Junior Bakal Dicopot

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com