Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 28/04/2015, 19:16 WIB
JAKARTA, KOMPAS — Penyidik Badan Reserse Kriminal Polri, Senin (27/4) sore, menggeledah Sekretariat Komisi E DPRD DKI Jakarta dan ruang kerja dua anggota DPRD DKI Jakarta. Mereka menyita berkas terkait kasus dugaan korupsi pengadaan uninterruptible power supply atau UPS di DKI Jakarta tahun 2014.

Sebanyak 16 penyidik tiba di Gedung DPRD DKI Jakarta sekitar pukul 15.30. Selain menyasar lantai 1 Sekretariat Komisi E di gedung lama, penyidik juga ke ruang kerja Fahmi Zulfikar Hasibuan, anggota Fraksi Partai Hati Nurani Rakyat di lantai 5, serta ruang kerja Wakil Ketua DPRD dari Fraksi Partai Persatuan Pembangunan Abraham "Lulung" Lunggana di lantai 9 gedung baru.

Sejumlah petugas keluar masuk di Ruang File serta ruangan lain di Sekretariat Komisi E. Mereka membawa beberapa koper dan map dari ruang kerja Lulung dan Fahmi. Penggeledahan berlangsung hingga sekitar pukul 21.00.

Seorang penyidik mengatakan, penggeledahan terkait kasus pengadaan UPS di Suku Dinas Pendidikan Menengah Jakarta Barat dan Jakarta Pusat tahun 2014. Lulung dan Fahmi diperiksa sebagai saksi.

Pada akhir Maret 2015, penyidik Bareskrim Polri menetapkan dua tersangka dalam kasus UPS, yakni mantan Kepala Seksi Sarana Prasarana Suku Dinas Pendidikan Menengah Jakarta Barat Alex Usman dan mantan Kepala Suku Dinas Pendidikan Menengah Jakarta Pusat Zaenal Sulaiman. Keduanya bertindak sebagai pejabat pembuat komitmen (PPK) dalam proyek itu.

Kepala Subdirektorat V Tindak Pidana Korupsi Bareskrim Komisaris Besar Muhammad Ikram menyatakan, sejumlah barang yang disita berasal dari tiga ruangan, yaitu ruangan Komisi E, ruangan Lulung, dan ruangan Fahmi.

"(Penggeledahan) itu telah kami rencanakan sehingga tidak ada keterkaitan dengan ketidakhadiran keduanya di pemeriksaan hari ini," ujarnya kemarin.

Direktur Tindak Pidana Korupsi Bareskrim Polri Brigjen (Pol) Ahmad Wiyagus menyatakan, sejumlah barang yang disita terkait proyek UPS.

Terkait ketidakhadiran dua anggota DPRD DKI, Lulung dan Fahmi, yang dijadwalkan diperiksa penyidik pada Senin, Ahmad menjelaskan, Lulung dan Fahmi tidak hadir karena memiliki agenda yang tidak dapat ditinggalkan. "Kami akan menjadwalkan kembali pemeriksaan terhadap mereka," katanya.

Sebelumnya, polisi menggeledah PT Offistarindo Adhiprima sebagai vendor, rumah milik HL (Direktur Utama PT Offistarindo Adhiprima), kantor Sarana dan Prasarana Suku Dinas Pendidikan Menengah Jakarta Barat, rumah Alex Usman, dan kantor Istana Multimedia. Penyidik juga menggeledah PT Duta Cipta Artha di Surabaya, Jawa Timur.

Kasus besar

Koordinator Divisi Monitoring Pelayanan Publik ICW Febri Hendri menyebutkan, selain pengadaan UPS, timnya juga menemukan indikasi korupsi pada pengadaan mesin pemindai, pencetak, dan pengadaan enam judul buku sejumlah sekolah. Semuanya dibiayai APBD DKI 2014.

Kerugian negara pada pengadaan UPS ditaksir mencapai Rp 186,4 miliar. Pengadaan pemindai dan pencetak mencapai Rp 89,4 miliar dan pengadaan enam judul buku Rp 2,1 miliar. Korupsi dilakukan lewat persekongkolan PPK, distributor, peserta, dan pemenang lelang.

Menurut Febri, kasus korupsi pendidikan di Jakarta 2014 dapat disebut sebagai megakorupsi pendidikan karena inilah kasus korupsi pendidikan dengan kerugian negara terbesar yang pernah disidik aparat penegak hukum. Pada 2003-2013, aparat penegak hukum berhasil menyidik dan menetapkan tersangka dalam 295 kasus korupsi di sektor pendidikan dengan total kerugian negara Rp 619,0 miliar. (MKN/SAN)

---------

Artikel ini sebelumnya ditayangkan di harian Kompas edisi Selasa, 28 April 2015 dengan judul "Penyidik Sita Berkas UPS"


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Keluarga Tolak Otopsi Jenazah Brigadir RAT yang Bunuh Diri di Mampang

Megapolitan
Pemilik Rumah Tempat Brigadir RAT Bunuh Diri Minta Publik Tak Berasumsi

Pemilik Rumah Tempat Brigadir RAT Bunuh Diri Minta Publik Tak Berasumsi

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Telah Dibawa Pihak Keluarga dari RS Polri Kramat Jati

Jenazah Brigadir RAT Telah Dibawa Pihak Keluarga dari RS Polri Kramat Jati

Megapolitan
Proyek LRT Jakarta Rute Velodrome-Manggarai Masuk Tahap Pemasangan Girder

Proyek LRT Jakarta Rute Velodrome-Manggarai Masuk Tahap Pemasangan Girder

Megapolitan
Polisi Sebut Brigadir RAT Bunuh Diri di Mampang saat Sedang Cuti

Polisi Sebut Brigadir RAT Bunuh Diri di Mampang saat Sedang Cuti

Megapolitan
Pemprov DKI Siapkan Stok Blanko KTP untuk Pemilih Pemula Pilgub 2024

Pemprov DKI Siapkan Stok Blanko KTP untuk Pemilih Pemula Pilgub 2024

Megapolitan
Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Sebelum Tewas, Brigadir RAT Sepekan Tinggal di Jakarta

Megapolitan
Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Partisipasi Pemilih di Jakarta pada Pemilu 2024 Turun Dibandingkan 2019

Megapolitan
Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Pemerintah DKJ Punya Wewenang Batasi Kendaraan Pribadi di Jakarta, DPRD Minta Dilibatkan

Megapolitan
Dua Begal di Depok Lakukan Aksinya di Tiga Tempat dalam Sehari

Dua Begal di Depok Lakukan Aksinya di Tiga Tempat dalam Sehari

Megapolitan
Unggah Foto Gelas Starbucks Tutupi Kabah Saat Umrah, Zita Anjani: Saya Berniat Mancing Obrolan...

Unggah Foto Gelas Starbucks Tutupi Kabah Saat Umrah, Zita Anjani: Saya Berniat Mancing Obrolan...

Megapolitan
Jenazah Brigadir RAT Belum Diotopsi, Polisi Tunggu Keputusan Keluarga

Jenazah Brigadir RAT Belum Diotopsi, Polisi Tunggu Keputusan Keluarga

Megapolitan
Keluarga Brigadir RAT yang Meninggal Bunuh Diri Tiba di RS Polri Kramat Jati

Keluarga Brigadir RAT yang Meninggal Bunuh Diri Tiba di RS Polri Kramat Jati

Megapolitan
Dua Begal yang Bacok Korban di Depok Incar Anak Sekolah

Dua Begal yang Bacok Korban di Depok Incar Anak Sekolah

Megapolitan
Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Pemprov DKI Disarankan Ambil Alih Pengelolaan JIS, TIM, dan Velodrome dari Jakpro

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com