Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perhatikan Nilai Hidup Warga Kampung Pulo...

Kompas.com - 25/06/2015, 20:28 WIB

KOMPAS - Tak mudah bagi Eka (58), seorang nenek 10 cucu, meninggalkan Kampung Pulo, Kelurahan Kampung Melayu, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur, untuk pindah ke rumah susun sederhana sewa Jatinegara. Meski setiap tahun kampung itu dilanda banjir, Eka tak merasakan itu sebagai beban. Di kampung itu Eka dilahirkan, menikah, membentuk keluarga, hingga memiliki 10 cucu.

"Berat meninggalkan Kampung Pulo. Biar banjir setiap tahun, saya lebih senang tinggal di kampung ini," ucap Eka, Rabu (24/6).

Eka merupakan satu dari hampir 400 keluarga di Kampung Pulo yang terkena proyek normalisasi Kali Ciliwung. Semula, sesuai keinginan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, warga Kampung Pulo harus masuk ke rusun sebelum 25 Juni ini. Namun, warga Kampung Pulo meminta agar mereka diberikan waktu sampai Lebaran untuk pindah ke rusun.

Layaknya orangtua pada umumnya, Eka juga telah merencanakan masa depan untuk anak-anaknya. Salah satunya, dia telah membagi rumahnya di tepian Kali Ciliwung itu menjadi dua, untuk diberikan kepada salah satu anaknya. Menurut Eka, ia ingin tetap hidup berdekatan dengan anak-anaknya.

Rumah Eka berada di tengah deretan rumah yang berdiri berimpitan di pinggir Kali Ciliwung di Gang 5 RW 003 Kampung Pulo. Hampir setiap hari Eka tak pernah merasa sendiri. Setiap keluar dari rumah, ia langsung bertemu tetangganya yang duduk di pinggir gang.

Sanah (50), tetangga Eka, mengakui hal serupa. "Sulit sekali meninggalkan Kampung Pulo. Apalagi harus menyaksikan kampung ini akan hilang menjadi kali," kata Sanah.

Baik Eka maupun Sanah sepakat menolak direlokasi ke Rusunawa Jatinegara saat ini. Mereka memilih bertahan hingga Lebaran usai. "Setidaknya ini Lebaran terakhir kami di Kampung Pulo, tempat kami lahir," ujar Eka.

Relokasi memang tak sekadar berpindah tempat tinggal. Sebaliknya, relokasi memindahkan kehidupan dan segala isinya.

Sebab, secara kultural, manusia memaknai tempat tinggalnya. Tak heran ada istilah kampung halaman, tanah pertama bagi seseorang hidup dan membangun kehidupan.

Salah satu pendamping warga Kampung Pulo, Sandyawan Sumardi dari gerakan Ciliwung Merdeka, menyampaikan, dalam proses relokasi warga Kampung Pulo itu tampak sekali Pemprov DKI hanya menempatkan warga sebagai obyek pembangunan dan belum mampu menjadikan warga Kampung Pulo sebagai subyek atau pelaku pembangunan.

Apalagi, kata Sandyawan, Kampung Pulo sudah ada sejak puluhan tahun lalu. Tak sedikit warga di kampung itu yang lahir, memiliki anak hingga cucu, di kampung itu. Sekian puluh tahun tanah Kampung Pulo yang menjadi tempat tinggal warga tiba-tiba diambil alih pemerintah untuk pembangunan.

Menurut Rita Padawangi, pengajar di National University Singapore yang ikut terlibat di Ciliwung Merdeka, tak mudah bagi siapa pun merelakan tanah tempat tinggalnya untuk pihak lain. Oleh karena itu, di kalangan arsitek berkembang berbagai model untuk menata permukiman warga. "Ada berbagai cara yang dikembangkan, seperti konsolidasi tanah hingga kepemilikan bersama," jelas Rita.

Sandyawan mengharapkan Pemprov DKI tetap membuka ruang dialog dengan warga. (MADINA NUSRAT)


___________________

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 25 Juni 2015, di halaman 26 dengan judul "Perhatikan Nilai Hidup Warga Kampung Pulo...".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER JABODETABEK] Kapolri Beri Hadiah Casis Bintara yang Dibegal dengan Diterima Jadi Polisi | Kilas Balik Kronologi Pembunuhan Vina Cirebon

[POPULER JABODETABEK] Kapolri Beri Hadiah Casis Bintara yang Dibegal dengan Diterima Jadi Polisi | Kilas Balik Kronologi Pembunuhan Vina Cirebon

Megapolitan
Berkoordinasi dengan Polda Jabar, Polda Metro Jaya Bantu Buru 3 DPO Pembunuh Vina

Berkoordinasi dengan Polda Jabar, Polda Metro Jaya Bantu Buru 3 DPO Pembunuh Vina

Megapolitan
Pria di Kali Sodong Dibunuh 'Debt Collector' Gadungan karena Tolak Serahkan Motor

Pria di Kali Sodong Dibunuh "Debt Collector" Gadungan karena Tolak Serahkan Motor

Megapolitan
KPU DKI Verifikasi Dokumen Dukungan Bacagub Independen Dharma Pongrekun hingga 29 Mei

KPU DKI Verifikasi Dokumen Dukungan Bacagub Independen Dharma Pongrekun hingga 29 Mei

Megapolitan
PPK GBK Ungkap Riwayat Kepemilikan Tanah Tempat Berdirinya Hotel Sultan

PPK GBK Ungkap Riwayat Kepemilikan Tanah Tempat Berdirinya Hotel Sultan

Megapolitan
Perubahan Jadwal KRL, Transjakarta, MRT, dan LRT Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta 19 Mei

Perubahan Jadwal KRL, Transjakarta, MRT, dan LRT Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta 19 Mei

Megapolitan
Epy Kusnandar Isap Ganja di Atas Pohon pada Waktu Subuh

Epy Kusnandar Isap Ganja di Atas Pohon pada Waktu Subuh

Megapolitan
'Bullying' Siswi SMP di Bogor Diduga karena Rebutan Cowok

"Bullying" Siswi SMP di Bogor Diduga karena Rebutan Cowok

Megapolitan
KDRT dan Terlibat Kasus Penistaan Agama, Pejabat Kemenhub Dibebastugaskan

KDRT dan Terlibat Kasus Penistaan Agama, Pejabat Kemenhub Dibebastugaskan

Megapolitan
Mayat di Kali Sodong Ternyata Korban Perampokan dan Pembunuhan, Polisi Tangkap Pelakunya

Mayat di Kali Sodong Ternyata Korban Perampokan dan Pembunuhan, Polisi Tangkap Pelakunya

Megapolitan
Ini Rekayasa Lalu Lintas di Bundaran HI Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta pada 19 Mei

Ini Rekayasa Lalu Lintas di Bundaran HI Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta pada 19 Mei

Megapolitan
Epy Kusnandar Direhabilitasi sedangkan Yogi Gamblez Ditahan, Ini Alasan Polisi

Epy Kusnandar Direhabilitasi sedangkan Yogi Gamblez Ditahan, Ini Alasan Polisi

Megapolitan
Sidang Konflik Lahan, Hakim Periksa Langsung Objek Perkara di Hotel Sultan

Sidang Konflik Lahan, Hakim Periksa Langsung Objek Perkara di Hotel Sultan

Megapolitan
Dishub DKI Imbau Pengelola Minimarket Ajukan Izin Perparkiran

Dishub DKI Imbau Pengelola Minimarket Ajukan Izin Perparkiran

Megapolitan
Polres Bogor Buat Aplikasi 'SKCK Goes To School' untuk Cegah Kenakalan Remaja, Apa Isinya?

Polres Bogor Buat Aplikasi "SKCK Goes To School" untuk Cegah Kenakalan Remaja, Apa Isinya?

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com