Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenapa KCJ Memilih Kereta Bekas Jepang?

Kompas.com - 02/07/2015, 11:04 WIB
Tangguh Sipria Riang

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Sebanyak 30 dari 120 gerbong kereta rel listrik (KRL) asal Jepang mulai berdatangan di kawasan Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara (Jakut), sejak Rabu (1/7/2015) lalu.
 
Kereta bekas buatan tahun 1985 milik Japan Railway (JR) East itu segera dioperasikan untuk memfasilitasi perjalanan darat warga Jabodetabek.
 
Mengapa PT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ) memilih membeli kereta api dari Jepang?

"Ada banyak faktor ya. Tidak cuma harga yang lebih murah, tetapi dari segi teknis, perawatan, dan fitur kereta sudah akrab dengan situasi di Indonesia," kata Direktur Umum PT KCJ, SN Fadhila, saat memantau kedatangan KRL di Pelabuhan Tanjung Priok, Kamis (2/7/2015).
 
Harga beli kereta, kata Fadhila, akan berimbas pada pengembalian investasi terhadap suatu produk. Dengan harga per gerbong bekas di kisaran Rp 600 juta-Rp 1 miliar, harga perawatan dan tiket juga bisa ikut ditekan.
 
Lain halnya jika PT KCJ membeli gerbong baru yang dibanderol kisaran Rp 12 miliar- Rp 15 miliar per gerbong. "Kalau kita beli gerbong baru, tentu harga tiket pasti naik. Warga DKI belum siap kalau kita pasang tarif KRL Bogor-Kota sejauh 60 kilometer seharga Rp 50.000," tuturnya.
 
Perbandingannya, lanjut Fadhila, gerbong KRL baru sudah diterapkan di Bandara Kualanamu, Medan, Sumatera Utara. Akses dari Kota Medan ke bandara tersebut dibanderol Rp 100 untuk jarak yang diperkirakan hanya sejauh 29 kilometer.
 
"Karena memang kebutuhannya beda. Khusus di Jabodetabek, kita fokuskan untuk penuhi kuota penumpang yang tinggi dan terus meningkat setiap tahunnya. Jadi, kita siapkan gerbong yang layak dan masih bagus, tetapi harganya miring sehingga harga tiket bisa ditekan," ujarnya.
 
Pantauan Kompas.com di lapangan, gerbong kereta yang datang berwarna perak dengan garis kuning. Gerbong-gerbong itu nantinya disesuaikan dengan warna dan atribut yang berlaku di KCJ. 
 
Selain itu, sebelum dioperasikan, gerbong KRL tersebut akan diuji kelayakannya baik statis maupun dinamis. "Nanti kita ubah semua, sesuai standar kereta yang sudah kita operasikan saat ini," kata Fadhila.
 
Meskipun yang datang kereta api bekas, Fadhila menjamin kualitas KRL tersebut masih dapat beroperasi maksimal karena memang masih digunakan di Jepang.
 
"Beberapa minggu lalu masih dipakai di Jepang. Jadi, KRL bekas, tetapi masih aktif beroperasi," ujarnya.
 
Untuk tahap awal, 30 gerbong JR East tipe 205 tersebut sudah mendarat di Jakarta pada bulan ini. Kuota selanjutnya akan dikirim secara kontinu hingga gerbong tiba seluruhnya pada bulan September mendatang.
 
Seperti diketahui sebelumnya, penambahan 120 gerbong baru tetapi bekas itu sebagai tindak lanjut PT KCJ terkait peningkatan jumlah penumpang KRL Jabodetabek. 
 
PT KCJ menargetkan 1,2 juta penumpang per hari pada tahun 2019. Hingga saat ini, PT KCJ mengklaim jumlah penumpang mengalami pertumbuhan mencapai 150 persen atau 870.000 per hari sejak tahun 2011. 
 
 
 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Keluhkan Dampak Banjir, Warga Kebon Pala: Rumah Rusak dan Timbul Penyakit

Keluhkan Dampak Banjir, Warga Kebon Pala: Rumah Rusak dan Timbul Penyakit

Megapolitan
Tips Memilih Sapi Kurban yang Berkualitas, Bisa Lihat dari Mulut dan Kakinya

Tips Memilih Sapi Kurban yang Berkualitas, Bisa Lihat dari Mulut dan Kakinya

Megapolitan
Bisnis Hewan Kurban, Wakil Wali Kota Jakut Beri Sapinya Ampas Tahu agar Gemuk dan Berkualitas

Bisnis Hewan Kurban, Wakil Wali Kota Jakut Beri Sapinya Ampas Tahu agar Gemuk dan Berkualitas

Megapolitan
Ketika Warga Kebon Pala Jatinegara Harus Hidup Berdamai dengan Luapan Kali Ciliwung

Ketika Warga Kebon Pala Jatinegara Harus Hidup Berdamai dengan Luapan Kali Ciliwung

Megapolitan
Kisah Endang, Jemaah Haji yang Ditinggal Wafat Istri di Bandara Jeddah

Kisah Endang, Jemaah Haji yang Ditinggal Wafat Istri di Bandara Jeddah

Megapolitan
Banjir di Kebon Pala Surut, Warga Mulai Bersihkan Sisa-sisa Lumpur

Banjir di Kebon Pala Surut, Warga Mulai Bersihkan Sisa-sisa Lumpur

Megapolitan
Wakil Wali Kota Jakut Juaini Yusuf Cari Peruntungan Dagang Hewan Kurban

Wakil Wali Kota Jakut Juaini Yusuf Cari Peruntungan Dagang Hewan Kurban

Megapolitan
Dukung JakPro Beri Pekerjaan Penghuni Kampung Susun Bayam, Anggota DPRD DKI: Warga Perlu Penghasilan

Dukung JakPro Beri Pekerjaan Penghuni Kampung Susun Bayam, Anggota DPRD DKI: Warga Perlu Penghasilan

Megapolitan
JakPro Berjanji Akan Berikan Pekerjaan untuk Warga Kampung Susun Bayam

JakPro Berjanji Akan Berikan Pekerjaan untuk Warga Kampung Susun Bayam

Megapolitan
Sejumlah Sopir Angkot Tanjung Priok Ingin Segera Gabung Jaklingko, Sudinhub Jakut: Belum Ada Kepastian

Sejumlah Sopir Angkot Tanjung Priok Ingin Segera Gabung Jaklingko, Sudinhub Jakut: Belum Ada Kepastian

Megapolitan
Terbentur Anggaran, Angkot Reguler di Jakut Belum Bisa Gabung JakLingko

Terbentur Anggaran, Angkot Reguler di Jakut Belum Bisa Gabung JakLingko

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Minggu 26 Mei 2024, dan Besok : Pagi ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Minggu 26 Mei 2024, dan Besok : Pagi ini Cerah Berawan

Megapolitan
Banjir Rendam Sejumlah Titik di Jakarta Imbas Luapan Kali Ciliwung

Banjir Rendam Sejumlah Titik di Jakarta Imbas Luapan Kali Ciliwung

Megapolitan
1 dari 2 Tersangka Penipuan Jual Beli Mobil Bekas Taksi 'Deka Reset' Ditangkap

1 dari 2 Tersangka Penipuan Jual Beli Mobil Bekas Taksi "Deka Reset" Ditangkap

Megapolitan
'Mayor' Terpilih Jadi Maskot Pilkada DKI Jakarta 2024

"Mayor" Terpilih Jadi Maskot Pilkada DKI Jakarta 2024

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com