Basuki mengaku sudah membaca seluruh buku tersebut, dan tidak ada yang perlu dikhawatirkan dari materi-materi di sana.
"Itu bukan ajaran? Ateis, saya sudah cek itu. Ternyata orang baca bukunya enggak sampai habis. Setelah baca bukunya, justru itu deradikalisasi (melawan ajaran radikal)," kata Basuki di Balai Kota, Rabu (2/9/2015).
Basuki mengaku menerima pesan singkat perihal foto potongan halaman buku itu dari beberapa temannya. Ia meminta warga, terutama orangtua murid, untuk tidak membaca buku itu sebagian saja. (Baca: Isi Buku "Program Pelajar Jakarta Berkarakter" Dinilai Menyesatkan, Ini Kata Kadis Pendidikan DKI)
Setelah membaca sampai tuntas, Basuki mengatakan bahwa buku pengembangan karakter itu diketahui mengajarkan nasionalisme. "Buku itu justru untuk menangkis paham ekstrem kanan," kata pria yang biasa disapa Ahok itu.
Lebih lanjut, ia menganggap penyebaran foto buku tersebut di media sosial sebagai salah satu bentuk kampanye negatif terhadap dirinya.
"Saya mah kalau demi nasionalisme, salah paham juga enggak apa-apa. Bagi saya, emas dibakar tetaplah emas," kata Basuki.
Kepala Bidang SMA Dinas Pendidikan DKI Jakarta Fathurin Zen menjelaskan, buku tersebut sebenarnya ingin membantah secara rinci perihal anggapan tokoh ilmuwan Barat yang menentang adanya Tuhan, melalui teori-teori ilmiah yang dikemukakan oleh ilmuwan Barat, seperti Charles Darwin dan Sigmund Freud, serta mengenai teori Big Bang dan lain-lain.
Fathurin mengatakan, halaman 7 di buku tersebut menunjukkan penjelasan tentang teori yang dianggap menyimpang dari agama Islam.
Namun, itu hanya sebagai pokok permasalahan yang dibahas. Sementara itu, penjabaran lengkapnya terdapat di halaman 12 dan seterusnya.
"Memang dalam teori tersebut menampilkan penggalan ayat Al Quran yang seolah melegitimasi untuk melakukan terorisme, padahal itu hanya penggalan ayat, bukan secara keseluruhan. Makanya saya katakan bahwa buku tersebut tidak boleh dibaca secara setengah-setengah," kata Fathurin.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.