Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alumni Mengaku Tak Ada Lagi Kekerasan di IPDN

Kompas.com - 14/09/2015, 21:21 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Dewan Pengurus Nasional Ikatan Keluarga Alumni Perguruan Tinggi Kepamongprajaan (IKAPTK) Djohermansyah Djohan membantah pernyataan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama yang menyatakan masih banyak tindakan bullying di Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN). Menurut dia, siswa yang diterima di IPDN pun melalui berbagai seleksi.

Salah satunya dengan tes kompetensi berbasis computer assisted test (CAT). "Sekarang tidak ada lagi seperti itu, kami sudah menggunakan cara peraturan zero kekerasan," kata Djohermansyah di Balai Kota, Senin (14/9/2015). 

Mendengar pertanyaan wartawan dan jawaban Djohermansyah, Basuki berceletuk. "Yang suka bully itu STPDN (Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri) bukan IPDN. Ha-ha-ha," kata Basuki menyindir. (Baca: Ahok Usulkan Lulusan IPDN Juga Harus Ikut Tes Masuk CPNS)

Djohermansyah serta Dirjen Kesbangpol Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) M Luthfi tertawa dan menepuk pundak Basuki.

"Ah Gubernur nih bisa aja," kata Luthfi sambil menepuk-nepuk pundak Basuki. Lebih lanjut, selain tes kompetensi berbasis CAT, lanjut Djohermansyah, juga ada tes kedisiplinan.

Tes ini berguna untuk menjaga kedisiplinan yang tertanam dalam siswa IPDN. Ke depannya, Djohermansyah yang juga menjabat sebagai Dirjen Otonomi Daerah Kemendagri juga meminta adanya pemikiran panjang sebelum dibicarakan dengan Presiden.

"Kami punya jaringan organisasi di seluruh provinsi dan tentu banyak alumni bertanya. Makanya kami ke sini dan minta penjelasan secara objektif," kata Djohermansyah.

Sebelumnya Basuki mengusulkan pembubaran IPDN kepada Presiden Joko Widodo. Menurut Basuki, untuk menghasilkan PNS yang baik dan potensial tidak harus digembleng ala militer di IPDN.

Bahkan, lanjut dia, perusahaan swasta dan TNI/Polri mampu menyediakan PNS yang baik. "Buat apa ada sekolah gaya-gaya militer seperti itu? Swasta mampu (menghasilkan PNS baik), untuk apa menggunakan seperti itu? Kalau ada kasus kekerasan lagi, pasti banyak yang berpikir usulan saya masuk akal," kata Basuki beberapa waktu lalu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Pedagang Pigura di Bekasi Bakal Jual 1.000 Pasang Foto Prabowo-Gibran

Megapolitan
Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Ketika Pemprov DKI Seolah Tak Percaya Ada Perkampungan Kumuh Dekat Istana Negara...

Megapolitan
Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Pedagang Pigura di Bekasi Patok Harga Foto Prabowo-Gibran mulai Rp 150.000

Megapolitan
Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Upaya PKS Lanjutkan Hegemoni Kemenangan 5 Periode Berturut-turut pada Pilkada Depok

Megapolitan
PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

PKS Bakal Gaet Suara Anak Muda untuk Bisa Menang Lagi pada Pilkada Depok 2024

Megapolitan
Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Golkar: Elektabilitas Bukan Jadi Indikator Utama untuk Pilih Cagub DKI

Megapolitan
Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Polisi Periksa 13 Saksi dalam Kasus Anggota Polisi yang Tembak Kepalanya Sendiri

Megapolitan
Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Nestapa Agus, Tak Dapat Bantuan Pemerintah dan Hanya Andalkan Uang Rp 100.000 untuk Hidup Sebulan

Megapolitan
Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Ogah Bayar Rp 5.000, Preman di Jatinegara Rusak Gerobak Tukang Bubur

Megapolitan
Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Kapolres Jaksel: Brigadir RAT Diduga Bunuh Diri karena Ada Masalah Pribadi

Megapolitan
Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Polisi: Mobil Alphard yang Digunakan Brigadir RAT Saat Bunuh Diri Milik Kerabatnya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok: Siang ini Hujan Ringan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Warga yang 'Numpang' KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

[POPULER JABODETABEK] Warga yang "Numpang" KTP Jakarta Protes NIK-nya Dinonaktifkan | Polisi Sita Senpi dan Alat Seks dari Pria yang Cekoki Remaja hingga Tewas

Megapolitan
Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Harga Bawang Merah Melonjak, Pemprov DKI Bakal Gelar Pangan Murah

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Pemprov DKI Diminta Lindungi Pengusaha Warung Madura Terkait Adanya Permintaan Pembatasan Jam Operasional

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com