Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Manajemen Lion Air Ditantang Buka Rekaman Selama Penerbangan JT 990

Kompas.com - 19/11/2015, 16:31 WIB
Andri Donnal Putera

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Untuk meluruskan apa yang sebenarnya terjadi dalam penerbangan Lion Air JT 990 Surabaya-Denpasar pada 14 November 2015 lalu, penumpang meminta manajemen Lion Air membuka rekaman selama penerbangan tersebut berlangsung.

Adapun sebelumnya, ada perbedaan keterangan antara penumpang dan manajemen Lion Air dalam menyikapi isu yang beredar di media sosial, yakni keluhan terhadap sikap pilot, kopilot, dan pramugari yang dinilai tidak serius menjalankan tugas dan terlalu banyak bercanda.

"Dibuka saja rekamannya, benar tidak apa yang saya laporkan itu. Semua orang yang beli tiket Lion Air saat pasti ada nomor handphone-nya juga, kan. Kontak saja," kata salah satu penumpang Lion Air JT 990, Lambertus Maengkom, saat dihubungi Kompas.com, Kamis (19/11/2015).

Lambertus adalah penumpang Lion Air yang menuliskan aduannya dalam kolom pengaduan kepada Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan, 15 November 2015.

Namun, aduannya hingga hari ini disebutnya belum ditindaklanjuti pihak Ditjen Perhubungan Udara.

Adapun sebelumnya, Lambertus menceritakan secara rinci apa yang terjadi dari penglihatan dia selama ada dalam penerbangan tersebut.

Saat pesawat persiapan hingga take-off maupun landing, kru di sana terlihat seperti bercanda dan tidak serius menjalankan tugasnya.

"Saya tidak dengar ada kata selamat ulang tahun. Kata-kata yang saya jelas dengar dan masih ingat, begini, 'Pramugari kami cantik yang ditinggal suami dalam pernikahan pertamanya.' Terus ada kata janda, cantik, dan hidung pesek yang diulang-ulang lewat announcement. Itu kan enggak sepantasnya," tutur Lambertus.

Kata-kata itu keluar saat pesawat mau take-off. Setelah itu, saat sedang take-off, terdengar ada suara bisik-bisik di bagian belakang pesawat. (Baca: Lion Air: Kopilot Sampaikan Pramugari Masih "Single" dan Sedang Cari Jodoh)

Kondisi umum saat take-off, lampu di pesawat dipadamkan dan cukup hening sehingga suara bisik-bisik dapat terdengar oleh Lambertus dan penumpang lain.

"Tiba-tiba terdengar suara, 'Hei, sini dong', sambil bisik-bisik. Itu yang saya bilang seperti suara mendesah. Jadi, bukan kedengaran di speaker, tapi memang terdengar langsung oleh penumpang," ujar dia.

Menurut Lambertus, penumpang yang mengetahui peristiwa itu bertanya-tanya. Lambertus mengaku melihat banyak penumpang yang menengok ke depan dan belakang serta meninggikan badannya seperti orang yang penasaran.

Setelah itu, take-off selesai, pesawat sudah stabil, lampu di kabin kembali dinyalakan. Selama pesawat stabil, belum ada hal yang aneh.

Hal aneh kembali terjadi saat pesawat sedang landing dan tiba di Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali. (Baca: Penumpang Lion Air JT 990 Takut Saat Pilot dan Kopilot Bercanda di Kokpit)

"Waktu pramugari announce, untuk penumpang yang akan transit bla bla bla, ada suara di speaker yang nyelak, 'Transit ke mana?' Di situ, menurut kami, bercandanya sudah keterlaluan. Pas pesawat benar-benar berhenti, ada suara lagi dari speaker yang bilang, 'Krunya nge-rock!'. Tidak educated banget," ucap Lambertus.

Terlepas dari apa yang terjadi, Lambertus menyayangkan keputusan manajemen yang hanya memberi sanksi kepada kopilot untuk tidak terbang selama dua pekan. (Baca: Lion Air Akui Ada Hal yang Tidak Pantas dalam Penerbangan JT 990)

Menurut dia, itu bukan sanksi yang sesuai dengan apa yang mereka dapatkan, yaitu ketakutan dan kekhawatiran karena awak pesawat bercanda dalam bekerja.

"Menurut saya, itu bukan sanksi, itu hanya kasih waktu untuk investigasi. Kami masih tunggu penjelasan, permohonan maaf, dan siapa identitas pilot atau kopilotnya," tutup Lambertus.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

PKS dan Golkar Berkoalisi, Dukung Imam Budi-Ririn Farabi Jadi Pasangan di Pilkada Depok

PKS dan Golkar Berkoalisi, Dukung Imam Budi-Ririn Farabi Jadi Pasangan di Pilkada Depok

Megapolitan
Cerita Pinta, Bangun Rumah Singgah demi Selamatkan Ratusan Anak Pejuang Kanker

Cerita Pinta, Bangun Rumah Singgah demi Selamatkan Ratusan Anak Pejuang Kanker

Megapolitan
Soal Jakarta Tak Lagi Jadi Ibu Kota, Ahok: Jangan Hanya Jadi Kota Besar, tapi Penduduknya Tidak Kenyang

Soal Jakarta Tak Lagi Jadi Ibu Kota, Ahok: Jangan Hanya Jadi Kota Besar, tapi Penduduknya Tidak Kenyang

Megapolitan
Jukir Minimarket: Kalau Dikasih Pekerjaan, Penginnya Gaji Setara UMR Jakarta

Jukir Minimarket: Kalau Dikasih Pekerjaan, Penginnya Gaji Setara UMR Jakarta

Megapolitan
Bakal Dikasih Pekerjaan oleh Pemprov DKI, Jukir Minimarket: Mau Banget, Siapa Sih yang Pengin 'Nganggur'

Bakal Dikasih Pekerjaan oleh Pemprov DKI, Jukir Minimarket: Mau Banget, Siapa Sih yang Pengin "Nganggur"

Megapolitan
Bayang-bayang Kriminalitas di Balik Upaya Pemprov DKI atasi Jukir Minimarket

Bayang-bayang Kriminalitas di Balik Upaya Pemprov DKI atasi Jukir Minimarket

Megapolitan
Kala Wacana Heru Budi Beri Pekerjaan Eks Jukir Minimarket Terbentur Anggaran yang Tak Dimiliki DPRD...

Kala Wacana Heru Budi Beri Pekerjaan Eks Jukir Minimarket Terbentur Anggaran yang Tak Dimiliki DPRD...

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta 10 Mei 2024 dan Besok: Siang Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta 10 Mei 2024 dan Besok: Siang Cerah Berawan

Megapolitan
Sudah Ada 4 Tersangka, Proses Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Sudah Ada 4 Tersangka, Proses Penyidikan Kasus Tewasnya Taruna STIP Belum Final

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Peran 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP | 4 Tersangka Kasus Tewasnya Taruna STIP Terancam 15 Tahun Penjara

[POPULER JABODETABEK] Peran 3 Tersangka Baru Kasus Tewasnya Taruna STIP | 4 Tersangka Kasus Tewasnya Taruna STIP Terancam 15 Tahun Penjara

Megapolitan
Polisi Periksa 43 Saksi Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Polisi Periksa 43 Saksi Kasus Tewasnya Taruna STIP di Tangan Senior

Megapolitan
Pemprov DKI Diminta Bina Juru Parkir Liar agar Punya Pekerjaan Layak

Pemprov DKI Diminta Bina Juru Parkir Liar agar Punya Pekerjaan Layak

Megapolitan
Gerindra Berencana Usung Kader Sendiri di Pilgub DKI 2024

Gerindra Berencana Usung Kader Sendiri di Pilgub DKI 2024

Megapolitan
Munculnya Keraguan di Balik Wacana Pemprov DKI Beri Pekerjaan ke Jukir Liar Minimarket Usai Ditertibkan

Munculnya Keraguan di Balik Wacana Pemprov DKI Beri Pekerjaan ke Jukir Liar Minimarket Usai Ditertibkan

Megapolitan
Perolehan Kursi DPR RI dari Jakarta Berkurang 5, Gerindra DKI Minta Maaf

Perolehan Kursi DPR RI dari Jakarta Berkurang 5, Gerindra DKI Minta Maaf

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com