Sistem ini akan mengganti penggunaan buku tabungan sebagai alat pencatatan dengan kartu pintar terkait kegiatan bank sampah. (Baca: Ahok Janjikan Kemudahan Pengadaan Lahan untuk Bank Sampah )
Kepala Dinas Kebersihan DKI Jakarta Isnawa Adji mengatakan, Sibas ini nantinya akan mempermudah nasabah sekaligus mengoptimalkan peran bank sampah. Para nasabah bank sampah nantinya akan diberi kartu pintar.
"Kami ingin mengoptimalkan peran bank sampah di DKI Jakarta. Selama ini cara konvensional (menggunakan buku tabungan). Jadi nanti setiap nasabah bank sampah di DKI Jakarta akan memiliki smart card (kartu pintar)," kata Isnawa, di kantor Dinas Kebersihan DKI, di Cililitan, Jakarta Timur, Jumat pagi.
Dengan mengandalkan kartu pintar ini, lanjut Isnawa, nasabah dapat mengakses segala keperluannya terkait bank sampah.
Misalnya, untuk mengecek saldo tabungan atau mengetahui berapa banyak sampah yang sudah dikumpulkan.
Kartu pintar ini nantinya akan terkoneksi dengan Bank DKI. "Nanti di dalam smart card itu juga tertera berapa rupiah yang diperoleh dari hasil penimbangan sampah tersebut," ujar Isnawa.
Ia pun berharap, Sibas dapat diterapkan di setiap RT atau RW, sekolah, sampai dengan perkantoran di Jakarta.
Sistem ini diharapkannya mampu menarik masyarakat untuk lebih memanfaatkan sampah di lingkungannya sehingga bernilai ekonomi. (Baca: Ikut Bank Sampah, Warga Bisa Menabung dan Berobat Gratis)
Dengan demikian, Isnawa mencontohkan, anak-anak sekolah yang memegang kartu pintar ini dapat membeli peralatan sekolah dari hasil menukarkan sampah di bank sampah.
"Artinya warga Jakarta bisa nambah income tambahan walaupun cuma sedikit, dan di sisi lain dapat kurangi sampah di lingkungannya. Jadi bisa habis langsung sumbernya," ujar Isnawa.
Sampah-sampah yang dikumpulkan warga ini nantinya akan dikelola bank sampah. Misalnya saja sampah organik yang dapat dipilah untuk kemudian diolah menjadi kompos.
Sementara itu, sampah non-organik seperti plastik, dapat dikelolah menjadi barang-barang daur ulang.
Diharapkan mengurangi volume sampah
Menurut Isnawa, pengelolaan sampah di daerah sumbernya seperti ini dapat mengurangi ketergantugan warga membuang sampah ke tempat pembuangan akhir (TPA) seperti Bantargebang.