Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Kabar Burung" Penerima Suap Raperda Reklamasi Gegerkan DPRD DKI

Kompas.com - 07/04/2016, 06:48 WIB
Jessi Carina

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Setelah penangkapan mantan anggota DPRD DKI Mohamad Sanusi, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menduga masih banyak anggota DPRD DKI lain yang mendapat aliran dana.

Beberapa hari setelahnya, muncul sebuah broadcast message tanpa sumber jelas yang memuat daftar secara terperinci tentang nama anggota Dewan yang menerima suap untuk meloloskan raperda terkait reklamasi.

Suap yang dimaksud bukan berbentuk uang, melainkan dalam bentuk jalan-jalan ke luar negeri seperti Amerika. Ada pula yang disebut mendapat suap dalam bentuk umrah.

Selain itu, beberapa orang juga disebut-sebut menerima mobil Toyota Alphard. Sekretaris Dewan DKI Jakarta Muhammad Yuliadi sudah membenarkan bahwa Ketua DPRD DKI Prasetio Edi Marsudi melakukan perjalanan ke Amerika bersama keluarganya. Hal ini diketahui dari surat tembusan ke Kedutaan Amerika Serikat soal permintaan visa.

"Waktu itu ada Pak Prasetio dan keluarganya ke USA. Kami memberikan surat ke kedutaan bahwa yang bersangkutan ini Ketua DPRD. Itu saja, hanya untuk mempermudah mendapatkan visa," ujar Yuliadi di Gedung DPRD DKI Jakarta, Jalan Kebon Sirih, Rabu (6/4/2016).

Yuliadi mengatakan, perjalanan ini merupakan perjalanan pribadi dan bukan perjalanan dinas. Selain Prasetio, kata Yuliadi, beberapa anggota Dewan lain yang sempat pergi ke luar negeri adalah Wakil Ketua DPRD DKI Triwisaksana dan Ketua Fraksi PKS Selamat Nurdin. Keduanya melaksanakan umrah sekitar akhir tahun.

"Ada Pak Selamat dan Pak Sani (umrah)," ujar Yuliadi. (Baca: Lulung Bingung Kenapa Sanusi Mencari Uang Melalui Suap)

Selain mereka bertiga, tidak ada lagi anggota Dewan yang ke luar negeri untuk urusan pribadi. Sementara itu, perjalanan dinas ke luar negeri juga tidak ada.

Bantahan

Beberapa nama yang muncul dalam broadcast tersebut sudah berhasil dikonfirmasi. Misalnya saja Ketua Fraksi Partai Nasdem Bestari Barus yang disebut menerima mobil Toyota Alphard. Berdasarkan pengakuannya, mobil tersebut memang ada. Namun, mobil tersebut bukan pemberian gratis, melainkan akan dia beli.

Bestari mengatakan, Sanusi memberinya kesempatan untuk test drive terlebih dahulu. Mobil itu pun dia bawa untuk dicoba. Karena merasa cocok, Bestari berminat untuk membeli mobil tersebut. Akhirnya, dia meminjam uang dari Bank DKI sebesar Rp 450 juta dan menjual mobil Toyota Fortuner miliknya seharga Rp 270 juta.

"Saya itu mau bayar dengan pinjam uang ke Bank DKI dan saya juga jual mobil Fortuner saya. Setelah itu, mana dong BPKP sama STNK? Enggak keluar-keluar sampai ini hari," ujar Bestari.

Anggota DPRD DKI dari Fraksi Partai Gerindra, Prabowo Soenirman, juga membantah telah menerima Alphard. Menurut dia, kabar tersebut salah karena dia sendiri bukanlah anggota Balegda. Sejak awal, dia juga sudah menolak raperda tersebut.

"Kalau saya terima suap, saya siap ditangkap, siap dimiskinkan, saya siap dipenjara," ujar Prabowo.

Selain itu, Wakil Ketua DPRD DKI Triwisaksana juga menjadi salah satu yang disebut menerima suap dalam bentuk umrah dan Alphard. Dia pun membantah keduanya.

Halaman:


Terkini Lainnya

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Usul Heru Budi Bangun “Jogging Track” di RTH Tubagus Angke Dinilai Tak Tepat dan Buang Anggaran

Megapolitan
Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Polisi Sebut Pembunuh Wanita Dalam Koper Tak Berniat Ambil Uang Kantor yang Dibawa Korban

Megapolitan
Ketimbang “Jogging Track”, RTH Tubagus Angka Diusulkan Jadi Taman Bermain Anak untuk Cegah Prostitusi

Ketimbang “Jogging Track”, RTH Tubagus Angka Diusulkan Jadi Taman Bermain Anak untuk Cegah Prostitusi

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Minta Keadilan dan Tanggung Jawab Sekolah

Mahasiswa STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Minta Keadilan dan Tanggung Jawab Sekolah

Megapolitan
Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior, Keluarga Temukan Banyak Luka Lebam

Mahasiswa STIP Tewas Diduga Dianiaya Senior, Keluarga Temukan Banyak Luka Lebam

Megapolitan
Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Sebut Korban Tak Punya Musuh

Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior, Keluarga Sebut Korban Tak Punya Musuh

Megapolitan
Otopsi Selesai, Jenazah Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior Akan Diterbangkan ke Bali Besok

Otopsi Selesai, Jenazah Taruna STIP yang Tewas Dianiaya Senior Akan Diterbangkan ke Bali Besok

Megapolitan
Jadi Tempat Prostitusi, RTH Tubagus Angke Diusulkan untuk Ditutup Sementara dan Ditata Ulang

Jadi Tempat Prostitusi, RTH Tubagus Angke Diusulkan untuk Ditutup Sementara dan Ditata Ulang

Megapolitan
Heru Budi Diminta Tegur Wali Kota hingga Lurah karena RTH Tubagus Angke Jadi Tempat Prostitusi

Heru Budi Diminta Tegur Wali Kota hingga Lurah karena RTH Tubagus Angke Jadi Tempat Prostitusi

Megapolitan
Keberatan Ditertibkan, Juru Parkir Minimarket: Cari Kerjaan Kan Susah...

Keberatan Ditertibkan, Juru Parkir Minimarket: Cari Kerjaan Kan Susah...

Megapolitan
BPSDMP Kemenhub Bentuk Tim Investigasi Usut Kasus Tewasnya Taruna STIP

BPSDMP Kemenhub Bentuk Tim Investigasi Usut Kasus Tewasnya Taruna STIP

Megapolitan
Status Taruna STIP yang Aniaya Junior Bakal Dicopot

Status Taruna STIP yang Aniaya Junior Bakal Dicopot

Megapolitan
Duka pada Hari Pendidikan, Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior

Duka pada Hari Pendidikan, Taruna STIP Tewas Dianiaya Senior

Megapolitan
Mahasiswanya Tewas Dianiaya Senior, Ketua STIP: Tak Ada Perpeloncoan, Murni Antarpribadi

Mahasiswanya Tewas Dianiaya Senior, Ketua STIP: Tak Ada Perpeloncoan, Murni Antarpribadi

Megapolitan
Fakta-fakta Kasus Pembunuhan Mayat Dalam Koper di Cikarang

Fakta-fakta Kasus Pembunuhan Mayat Dalam Koper di Cikarang

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com