Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemprov DKI Didorong Renegosiasi dengan "Manusia Perahu"

Kompas.com - 21/04/2016, 11:14 WIB
Nibras Nada Nailufar

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Lebih dari sepekan sudah warga Pasar Ikan dan Kampung Aquarium merelakan tanah mereka ditertibkan oleh Pemprov DKI Jakarta. Penertiban tetap dilakukan meski sempat ada penolakan dari warga yang puluhan tahun sudah tinggal di sana.

Mereka yang membayar pajak, membayar listrik dan air, serta diakui di KTP-nya beralamat di sana, dipindahkan oleh Pemprov ke rumah susun yang disebut lebih layak. Sayangnya, alternatif ini tidak diterima dengan baik oleh sebagian warga.

Mereka yang dengan keras menolak, kini bertahan hidup di perahu atau mengontrak tak jauh dari situ. Alasan yang paling sering dilontarkan warga yang menolak direlokasi ke rusun adalah karena jauhnya jarak dengan tempat mereka mencari nafkah.

Mereka yang berprofesi sebagai nelayan atau pedagang di sana, merasa tak bisa bekerja apabila harus pindah ke lokasi yang jaraknya jauh.

Sama dengan anak-anak mereka yang enggan meninggalkan sekolah asal dan beradaptasi di sekolah baru. Sembari menuntut pemerintah untuk mengganti rugi rumah mereka, para "manusia perahu" ini hidup seadanya, mengandalkan bantuan para dermawan yang entah sampai kapan bisa menopang hidup mereka.

Sosiolog Universitas Indonesia Daisy Indira Yasmine menilai alternatif yang diberikan pemerintah sebenarnya sudah cukup baik bagi warga.

"Itu sudah bagus daripada digusur, direlokasi, lalu nggak diakomodasi," kata Daisy kepada Kompas.com, Kamis (21/4/2016).

Menurut Daisy, perpindahan warga dari permukiman asalnya ke rumah susun merupakan akses ke taraf hidup yang lebih layak. Permukiman Pasar Ikan dan Kampung Aquarium yang padat, umumnya menyandang sejumlah masalah terkait kesehatan dan kelayakan.

"Bagaimana kesehatan di permukiman itu dulu, bagaimana anak-anak mereka mandi, apakah sehat, mungkin kalau sekarang di rusun lebih layak buat mereka," ujar Daisy.

Meski demikian, ia menilai penolakan direlokasi merupakan sesuatu yang wajar. Perubahan hidup yang begitu drastis ke hunian vertikal, akan dianggap sebagai hal yang menyeramkan bagi sebagian orang.

"Ketika berubah secara drastis suatu komunitas, itu akan terganggu. Mereka selama puluhan tahun tinggal di situ, lalu harus membangun budaya yang baru lagi, menerima budaya baru itu yang sulit," kata Daisy.

Kehidupan di perahu yang kini menyulitkan warga harus segera diatasi. Daisy mengatakan, perlu adanya renegosiasi antara Pemprov DKI dengan warga untuk mencari jalan terbaik.

"Negosiasi ulang, pemerintah harus tahu kenapa mereka nggak mau pindah, lalu baiknya bagaimana, harus ada dialog yang terbangun antara pemerintah dengan warganya," ujar Daisy.

Dengan adanya negosiasi, bukan tak mungkin warga akan senang pindah ke rusun. Karena jika dibiarkan berlama-lama, warga bisa jadi kembali menduduki tanah mereka dan menimbulkan masalah baru.

Daisy juga melihat kasus Pasar Ikan dan Kampung Akuarium sebagai pembelajaran bagi pemerintah dalam melakukan penertiban.

"Ke depan jangan sampai pembiaran oleh pemerintah sampai bertahun-tahun tinggal di tempat ilegal, harus ada tindakan cepat seharusnya," katanya.

Kompas TV Pasca Penggusuran, Warga Bertahan & Tuntut Ganti Rugi


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Keluhkan Dampak Banjir, Warga Kebon Pala: Rumah Rusak dan Timbul Penyakit

Keluhkan Dampak Banjir, Warga Kebon Pala: Rumah Rusak dan Timbul Penyakit

Megapolitan
Tips Memilih Sapi Kurban yang Berkualitas, Bisa Lihat dari Mulut dan Kakinya

Tips Memilih Sapi Kurban yang Berkualitas, Bisa Lihat dari Mulut dan Kakinya

Megapolitan
Bisnis Hewan Kurban, Wakil Wali Kota Jakut Beri Sapinya Ampas Tahu agar Gemuk dan Berkualitas

Bisnis Hewan Kurban, Wakil Wali Kota Jakut Beri Sapinya Ampas Tahu agar Gemuk dan Berkualitas

Megapolitan
Ketika Warga Kebon Pala Jatinegara Harus Hidup Berdamai dengan Luapan Kali Ciliwung

Ketika Warga Kebon Pala Jatinegara Harus Hidup Berdamai dengan Luapan Kali Ciliwung

Megapolitan
Kisah Endang, Jemaah Haji yang Ditinggal Wafat Istri di Bandara Jeddah

Kisah Endang, Jemaah Haji yang Ditinggal Wafat Istri di Bandara Jeddah

Megapolitan
Banjir di Kebon Pala Surut, Warga Mulai Bersihkan Sisa-sisa Lumpur

Banjir di Kebon Pala Surut, Warga Mulai Bersihkan Sisa-sisa Lumpur

Megapolitan
Wakil Wali Kota Jakut Juaini Yusuf Cari Peruntungan Dagang Hewan Kurban

Wakil Wali Kota Jakut Juaini Yusuf Cari Peruntungan Dagang Hewan Kurban

Megapolitan
Dukung JakPro Beri Pekerjaan Penghuni Kampung Susun Bayam, Anggota DPRD DKI: Warga Perlu Penghasilan

Dukung JakPro Beri Pekerjaan Penghuni Kampung Susun Bayam, Anggota DPRD DKI: Warga Perlu Penghasilan

Megapolitan
JakPro Berjanji Akan Berikan Pekerjaan untuk Warga Kampung Susun Bayam

JakPro Berjanji Akan Berikan Pekerjaan untuk Warga Kampung Susun Bayam

Megapolitan
Sejumlah Sopir Angkot Tanjung Priok Ingin Segera Gabung Jaklingko, Sudinhub Jakut: Belum Ada Kepastian

Sejumlah Sopir Angkot Tanjung Priok Ingin Segera Gabung Jaklingko, Sudinhub Jakut: Belum Ada Kepastian

Megapolitan
Terbentur Anggaran, Angkot Reguler di Jakut Belum Bisa Gabung JakLingko

Terbentur Anggaran, Angkot Reguler di Jakut Belum Bisa Gabung JakLingko

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Minggu 26 Mei 2024, dan Besok : Pagi ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Minggu 26 Mei 2024, dan Besok : Pagi ini Cerah Berawan

Megapolitan
Banjir Rendam Sejumlah Titik di Jakarta Imbas Luapan Kali Ciliwung

Banjir Rendam Sejumlah Titik di Jakarta Imbas Luapan Kali Ciliwung

Megapolitan
1 dari 2 Tersangka Penipuan Jual Beli Mobil Bekas Taksi 'Deka Reset' Ditangkap

1 dari 2 Tersangka Penipuan Jual Beli Mobil Bekas Taksi "Deka Reset" Ditangkap

Megapolitan
'Mayor' Terpilih Jadi Maskot Pilkada DKI Jakarta 2024

"Mayor" Terpilih Jadi Maskot Pilkada DKI Jakarta 2024

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com