Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Massa Tolak Ahok Menekan PDI-P

Kompas.com - 08/09/2016, 08:21 WIB
Robertus Belarminus

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com -
Aksi menolak Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok sebagai calon gubernur DKI Jakarta kembali digelar ratusan massa di depan Kantor Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat, Rabu (7/9/2016). 

Ratusan massa yang mengaku korban penggusuran di Jakarta itu meminta Ketua Umum DPP PDI-P Megawati Soekarnoputri tidak memberikan rekomendasi untuk Ahok menjadi cagub pada Pilkada DKI 2017.

"Ahok ini condong ke pengembang yang jelas nyata-nyata sudah ada, terlihat di Pluit dan tempat lain. Yang jelas Ahok tidak pro rakyat kecil," kata salah satu koordinator aksi dari Sekjen Forum Tanah Merah Bersatu, Purwanto, di lokasi.

Warga membandingkan Ahok dengan mantan Gubernur DKI Jakarta sebelumnya Joko Widodo. Meski pernah berpasangan dengan Jokowi, warga mengaku tidak akan memilih Ahok.

"Sebagai massa Jokowi bukan berarti kami memenangkan Ahok, karena Ahok setelah Jokowi menjadi presiden dia sudah berbuat semena-mena, melakukan penggusuran," ujar Purwanto.

Dalam aksinya, warga mengutus 13 perwakilan menemui pengurus DPP PDI-P. Mereka disambut politisi PDI-P, Hamka Haq. Kepada warga, Hamka menjelaskan PDI-P belum memberi keputusan soal Pilkada DKI.

"Yang pokok di DPP belum menentukan dan belum pernah ada rapat DPP. Pak Hamka bilang yang jelas (PDI-P) lagi konsen di lima wilayah lain yang akan pilkada. Jadi DKI terakhir," ujar Purwanto.

Kompas TV Warga Demo Tolak Ahok jadi Cagub DKI

Warga cukup puas karena tuntutan mereka yang meminta PDI-P tidak merekomendasikan Ahok akan dibahas dalam rapat DPP PDI-P. Kepada warga, Hamka juga menyampaikan PDI-P akan mempertimbangkan semua masukan terkait Pilkada DKI.

"Hari ini front wong cilik bicara kita terima dan semua aspirasi itu nanti akan saatnya dibahas dalam rapat DPP menyangkut Pilgub DKI," kata Hamka, kepada ratusan warga.

Tekan PDI-P

Tak lama setelah bertemu Hamka, penggunjuk rasa membubarkan diri. Koordinator aksi menyatakan, unjuk rasa mereka baru tahap awal. Mereka akan terus mendesak PDI-P untuk tidak merekomendasikan Ahok maju pada Pilkada DKI Jakarta 2017.

"Ini baru langkah awal, kita akan menekan PDIP terus dan terlibat percaturan politik di DKI, supaya gubernur DKI tetap yang berpihak ke rakyat," ujar Purwanto.

Purwanto berharap, PDI-P sejalan dengan tuntutan warga. Jika tidak, mereka mengancam akan meninggalkan PDI-P.

"Kalau tidak maka seluruh akar rumput menarik diri dan tidak pilih PDI-P," ujar Purwanto.

Purwanto juga membantah aksi ini ditunggangi partai politik atau tokoh yang jadi rival Ahok terkait pilkada. Meski demikian, dirinya menilai, kader PDI-P seperti Risma dan Djarot Saiful Hidayat, layak untuk mendapat rekomendasi sebagai Cagub DKI asalkan kebijakannya pro dengan rakyat kecil.

"Kita belum condong ke sebuah individu," ujar Purwanto.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Tangis Haru dan Sujud Syukur Casis Bintara yang Dibegal Usai Diterima Kapolri Jadi Polisi...

Tangis Haru dan Sujud Syukur Casis Bintara yang Dibegal Usai Diterima Kapolri Jadi Polisi...

Megapolitan
Hadiah Sehabis Musibah bagi Satrio, Diterima Jadi Polisi meski Gagal Ujian akibat Dibegal

Hadiah Sehabis Musibah bagi Satrio, Diterima Jadi Polisi meski Gagal Ujian akibat Dibegal

Megapolitan
Nasib Nahas Efendy yang Tewas di Kali Sodong, Diburu Mata Elang dan Dipukuli hingga Tak Berdaya

Nasib Nahas Efendy yang Tewas di Kali Sodong, Diburu Mata Elang dan Dipukuli hingga Tak Berdaya

Megapolitan
Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 18 Mei 2024 dan Besok: Pagi ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Jakarta Hari Ini Sabtu 18 Mei 2024 dan Besok: Pagi ini Cerah Berawan

Megapolitan
[POPULER JABODETABEK] Kapolri Beri Hadiah Casis Bintara yang Dibegal dengan Diterima Jadi Polisi | Kilas Balik Kronologi Pembunuhan Vina Cirebon

[POPULER JABODETABEK] Kapolri Beri Hadiah Casis Bintara yang Dibegal dengan Diterima Jadi Polisi | Kilas Balik Kronologi Pembunuhan Vina Cirebon

Megapolitan
Berkoordinasi dengan Polda Jabar, Polda Metro Jaya Bantu Buru 3 DPO Pembunuh Vina

Berkoordinasi dengan Polda Jabar, Polda Metro Jaya Bantu Buru 3 DPO Pembunuh Vina

Megapolitan
Pria di Kali Sodong Dibunuh 'Debt Collector' Gadungan karena Tolak Serahkan Motor

Pria di Kali Sodong Dibunuh "Debt Collector" Gadungan karena Tolak Serahkan Motor

Megapolitan
KPU DKI Verifikasi Dokumen Dukungan Bacagub Independen Dharma Pongrekun hingga 29 Mei

KPU DKI Verifikasi Dokumen Dukungan Bacagub Independen Dharma Pongrekun hingga 29 Mei

Megapolitan
PPK GBK Ungkap Riwayat Kepemilikan Tanah Tempat Berdirinya Hotel Sultan

PPK GBK Ungkap Riwayat Kepemilikan Tanah Tempat Berdirinya Hotel Sultan

Megapolitan
Perubahan Jadwal KRL, Transjakarta, MRT, dan LRT Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta 19 Mei

Perubahan Jadwal KRL, Transjakarta, MRT, dan LRT Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta 19 Mei

Megapolitan
Epy Kusnandar Isap Ganja di Atas Pohon pada Waktu Subuh

Epy Kusnandar Isap Ganja di Atas Pohon pada Waktu Subuh

Megapolitan
'Bullying' Siswi SMP di Bogor Diduga karena Rebutan Cowok

"Bullying" Siswi SMP di Bogor Diduga karena Rebutan Cowok

Megapolitan
KDRT dan Terlibat Kasus Penistaan Agama, Pejabat Kemenhub Dibebastugaskan

KDRT dan Terlibat Kasus Penistaan Agama, Pejabat Kemenhub Dibebastugaskan

Megapolitan
Mayat di Kali Sodong Ternyata Korban Perampokan dan Pembunuhan, Polisi Tangkap Pelakunya

Mayat di Kali Sodong Ternyata Korban Perampokan dan Pembunuhan, Polisi Tangkap Pelakunya

Megapolitan
Ini Rekayasa Lalu Lintas di Bundaran HI Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta pada 19 Mei

Ini Rekayasa Lalu Lintas di Bundaran HI Saat Pencanangan HUT Ke-497 Jakarta pada 19 Mei

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com